Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Rabu 17 Maret 2021: ALLAH BEKERJA
Jawaban Yesus benar-benar telak. Allah tidak berhenti bekerja pada hari Sabat. Maka Yesus pun tidak berhenti
Renungan Harian Katolik, Rabu 17 Maret 2021: ALLAH BEKERJA (Yohanes 5:17-30)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Kepada orang-orang Farisi yang mempersoalkan bahkan mempersalahkan kenapa Ia menyembuhkan seorang lumpuh pada hari Sabat di kolam Betesda, Yesus mengatakan ini kepada mereka, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga" (Yoh 5:17).
Jawaban Yesus benar-benar telak dan pasti menggoyahkan pegangan mereka. Allah tidak berhenti bekerja pada hari Sabat. Maka Yesus pun tidak berhenti. Kiranya jawaban Yesus ini pun menguak pencerahan dengan pesan yang mendasar bagi siapa pun.
Tak disangkal bahwa menurut kitab Kejadian, Allah memang beristirahat pada hari ketujuh. Tetapi Allah beristirahat pada saat penciptaan, dari pekerjaan menjadikan alam semesta, dari pekerjaan menciptakan langit dan bumi serta isinya (bdk. Kej 1:1-2:7).
Pekerjaan lain yang berhubungan dengan berkat, anugerah, kasih, tak pernah berhenti dilakukan sedetik pun oleh Allah. Karya pekerjaan Allah menyangkut kehidupan dan keselamatan tetap berlangsung setiap hari dan setiap saat. Tak terbayangkan kalau Allah istirahat se-sekon memberikan nafas-Nya kepada kita manusia.
Philo, filsuf keturunan Yahudi dari Alexandria, mengatakan, "Allah tidak pernah berhenti berbuat sesuatu, dan seperti hakekat api membakar dan hakekat es mendinginkan, maka demikian jugalah hakekat Allah adalah bekerja".
Penulis Yahudi yang lain menulis, "Matahari bersinar, sungai mengalir, dan proses kelahiran serta kematian berlangsung terus pada hari Sabat sama seperti pada hari-hari yang lain. Itulah pekerjaan Allah".
Berbarengan dengan jawaban-Nya, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga", Yesus pun berkata, "sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak" (Yoh 5:19).
Jadi, kalau pada hari Sabat pun kasih serta anugerah Allah berlangsung terus, demikian juga dengan kasih yang mengalir keluar dari hati Yesus. Apalagi Ia tengah berhadapan dengan seorang lumpuh yang telah tiga puluh delapan tahun lamanya menderita dan tak ada seorang pun yang menolongnya.
Tugas pekerjaan untuk melepaskan penderitaan dan kemalangan orang, tak pernah ada istirahat apalagi berhenti. Tak ada pekerjaan lain yang lebih besar daripada melepaskan penderitaan orang lain.
Belas kasihan kita harus sama dengan belas kasihan Allah sendiri, yaitu tidak pernah mengenal istirahat atau berhenti. Pekerjaan-pekerjaan lain mungkin boleh dikesampingkan sejenak, tetapi pekerjaan belas kasihan harus tetap berlangsung terus.
Kita jumpai banyak dokter dan perawat yang rela mengorbankan waktu istirahat dan privacy bersama keluarga saat menerima panggilan ada pasien gawat yang harus ditolong. Kita saksikan ribuan petugas keamanan, polisi dan tentara, tak mengenal waktu libur hari raya Natal atau Idul Fitri, lantaran memenuhi panggilan tugas mengatur lalulintas, menjaga ketertiban dan keamanan.
Kita mendengar cerita pengalaman dan kesaksian tentang begitu banyak orang yang membaktikan diri tak kenal waktu, hanya bermodalkan pengabdian yang tulus. Kita pun punya kekayaan pengalaman pribadi dalam karya yang kita lakukan terdorong oleh belas kasihan.
Hari ini kita bermenung tentang diri kita sendiri dengan fokus membatin kata-kata Yesus: "Bapa-Ku bekerja, maka aku pun bekerja juga". Bahwa kita mengerjakan sesuatu karena kita telah melihat sendiri Bapa mengerjakannya. Sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang kita kerjakan. *
Ada video renungan harian katolik dari Seminari Tinggi Ledalero: