Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Selasa 16 Maret 2021: AJAKAN BANGUN PERSAUDARAAN
Menurut catatan penginjil, ketika pertama kali Yesus pergi ke Yerusalem bersama murid-murid-Nya, Ia pergi ke Bait Suci, "Rumah Bapa-Nya".
Renungan Harian Katolik, Selasa 16 Maret 2021: AJAKAN BANGUN PERSAUDARAAN (Yohanes 5:1-16)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Menurut catatan penginjil, ketika pertama kali Yesus pergi ke Yerusalem bersama murid-murid-Nya, Ia pergi ke Bait Suci, "Rumah Bapa-Nya".
Ketika Ia pergi untuk kedua kalinya, Ia datang ke suatu tempat, di mana orang-orang yang tersingkir berbaring di sana sini. Mereka adalah orang-orang yang tak dikehendaki, dijauhkan, terbuang.
Tempat itu adalah sebuah kolam yang bernama Betesda, tempat penampungan orang sakit, orang buta, orang timpang, orang lumpuh (Yoh 5:2-3). Ini juga adalah "Rumah Bapa-Nya".
Terbayang tempat-tempat penampungan seperti rumah sakit kusta, rumah sakit jiwa, panti asuhan, panti wreda atau panti jompo. Memang kondisi tempat-tempat itu zaman kini sudah sangat jauh lebih memadai. Apalagi yang dikelola secara profesional dan beraroma bisnis.
Tapi sejatinya tempat-tempat seperti itu adalah tempat yang menyedihkan, membuat orang putus asa. Di dalamnya orang-orang cacat fisik dan mental, para orang tua lanjut usia, orang kusta yang kudung jari tangan atau kakinya, terbaring di tempat tidur, telentang di lantai, atau berjalan-jalan ke sana kemari tanpa tujuan, berbicara sendiri, atau menerawang hampa, bahkan tersedu menangis.
Orang-orang "malang" itu dibawa ke tempat-tempat penampungan itu oleh anak atau kerabatnya dengan maksud supaya mereka bisa mendapatkan pelayanan yang terbaik. Barangkali keluarganya tak lagi sanggup menangani dan merawatnya. Tapi bisa jadi mereka dikirim dan "diasingkan" ke tempat-tempat itu, karena orang-orang merasa malu atau tak ingin direpotkan.
Dalam cerita perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin (Luk 16:19-31), Yesus berkisah bahwa setelah mati, orang kaya itu menderita sengsara, sedangkan Lazarus berbahagia duduk di pangkuan Abraham. Maka si kaya pinta agar Lazarus bisa mencelupkan jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahnya.
Tapi Abraham berkata begini: "Di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami, tidak bisa menyeberang" (Luk 16:26).
Suatu jurang yang lebar memang sering tercipta dan memisahkan antar manusia: yang sehat dan sakit, kaya dan miskin, pintar dan bodoh, dsb. Tak hanya kelak, tapi juga terjadi dalam hidup ini.
Dengan datang dan masuk ke tempat penampungan itu, Yesus menyatakan kerinduan Allah yang amat dalam untuk menjembatani jurang yang memisahkan manusia, untuk membawa orang-orang yang berbeda-beda menjadi satu dalam solidaritas dan persaudaraan.
Yesus memanggil para murid-Nya untuk mengikuti-Nya, ketika Ia menjumpai orang-orang yang tersingkir itu. Ia mau menunjukkan kepada para murid bahwa setiap pribadi, apa pun kondisinya, adalah istimewa dan penting; setiap orang adalah anak Allah, dicintai oleh Allah.
Ia ingin menyatakan kepada mereka bahwa Ia diutus dan datang untuk menyembuhkan kelumpuhan hati manusia, dan untuk membawa manusia masuk ke dalam kehidupan.
Ia ingin agar mereka sadar bahwa perutusan mereka yang pertama haruslah tertuju kepada mereka yang hidupnya hancur dan tersingkir.
Ia ingin agar mereka pun tahu bahwa tugas mereka pula untuk menghidupkan dan menggalang solidaritas, membangun persaudaraan.
Semenjak pandemi Covid-19 merebak, sepertinya ada "jurang" yang memisahkan kita dengan gereja, "Rumah Bapa" kita. Kita lebih banyak memandangnya di layar kaca, lewat live streaming, misa atau novena online.
Ada kerinduan dari dalam hati kita agar virus itu bisa lenyap, vaksin bisa membentengi tubuh kita, dan kondisi sosial bisa kembali seperti dulu sehingga kita datang lagi ke "Rumah Bapa".
Kita berharap penuh doa, semoga Yesus mengajak kita lagi ke gereja, "Rumah Bapa" pada hari Minggu, atau setidaknya pada perayaan pekan suci nanti.
Rupanya kondisi pandemi setahun lebih ini setidaknya memelekkan mata kita bahwa sesungguhnya kita sedang diajak Yesus untuk mengikuti-Nya pergi dan mendatangi "Rumah Bapa" di tempat-tempat yang di dalamnya ada orang-orang malang, yang terabaikan, tersingkir.
Ia ingin agar bersama Dia, kita menyapa, menjamah, berbela rasa, berbagi hati dengan mereka. Ia ingin agar bersama Dia, kita menjembatani jurang yang memisahkan dan membangun persaudaraan yang penuh cinta. *
Simak juga video renungan harian katolik berikut: