Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Senin 15 Maret 2021: JALAN TUHAN MEMANG BEDA
Yesus kembali lagi ke Galilea, wilayah asalnya. Demikian dikatakan penginjil Yohanes. Kita pasti terperangah, heran dan rada-rada bingung.
Renungan Harian Katolik, Senin 15 Maret 2021: JALAN TUHAN MEMANG BEDA (Yohanes 4:43-54)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Yesus kembali lagi ke Galilea, wilayah asalnya. Demikian dikatakan penginjil Yohanes. Kita pasti terperangah, heran dan rada-rada bingung.
Masih segar diingat, para penginjil synoptik pernah memberitakan bahwa di Galilea, tepatnya di Nazaret, kampung halaman tempat Ia dibesarkan, Yesus pernah ditolak. Bahkan Ia dihalau keluar kota. Orang-orang sekampungnya membawa Dia ke tebing gunung, untuk melemparkan Dia dari tebing itu (lih. Mat 13:53-58; Mrk 6:1-6; Luk 4:16-30).
Terbayangkah bila kita yang ditolak dan diusir dari suatu tempat tugas? So pasti kita merasa berat untuk kembali lagi ke tempat itu. Kejadian tragis itu tentu menggores dan menyayat hati, sehingga menjadi pengalaman traumatik.
Seorang guru tua pernah memberi nasihat, "Usahakan agar kamu bisa diterima di suatu tempat. Kalau tidak, sepintar dan sejenius apapun dirimu; sehebat dan sebriliant apa ide dan gagasanmu; semuanya menjadi tak ada gunanya, bila orang tak menerima dirimu. Siapa yang akan mengikuti dan mewujudkannya bersamamu?"
Kenapa Yesus mau balik lagi, berkunjung ke Galilea, padahal Ia sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri?
Namun pertanyaan itu terjawab oleh catatan Yohanes berikut: "Maka setelah Ia tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta itu" (Yoh 4:45).
Ternyata Yesus mau kembali ke Galilea, karena Ia tahu bahwa orang-orang sekampung-Nya ada yang sudah berubah dan mau menerima Dia. Ada yang sudah berubah haluan menjadi percaya kepada-Nya.
Tapi ini penting, menurut catatan Yohanes, mereka itu berubah dan menjadi percaya kepada-Nya, bukan karena mendengar ceritera tentang Yesus dari orang lain. Mereka berubah dan percaya, justru karena mereka sendiri telah mendengar Ia berbicara dan mengajar. Cara mengajar-Nya memukau dan gampang dicerna. Apa yang diajarkan sungguh bernas dan bermakna.
Dengan mata kepala sendiri mereka menyaksikan apa yang Ia lakukan di Yerusalem. Dus, kata-kata serta perbuatan-Nya merupakan bukti paling nyata serta alasan yang tidak bisa dibantah untuk mereka berubah sikap dan pandangan terhadap diri-Nya.
Namun kiranya ada alasan lain yang tak kalah mendasar. Memang siapa pun tentu lebih senang datang lagi ke tempat di mana ia dinantikan dan diterima kehadirannya. Tapi rupanya Tuhan punya persepsi dan jalan pikiran lain. Ia tetap datang walaupun orang tak menerima Dia. Bukankah Ia diutus dan datang ke dunia justru karena kita manusia tak menerima-Nya?
"Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya tidak menerima Dia". Yesus datang meskipun Ia tahu bahwa milik kepunyaan-Nya tidak menerima Dia. Dia memang datang untuk menyelamatkan umat-Nya, meskipun banyak dari mereka yang menolak akhirnya membunuh Dia.
Ajaibnya, ketika Ia mati di salib, karena dibunuh oleh orang-orang yang menolak Dia, di situlah Ia menyelamatkan umat-Nya. Inilah rahasia pola pikir dan jalan yang ditempuh Tuhan yang melampaui apa yang kita mengerti. Justru karena kita menolak dan berdosa, maka Ia datang agar bisa menyelamatkan. Sebab Ia sebenarnya tidak menghendaki seorang pun binasa.
Dengan ini kita mendapat pelajaran yang sangat penting untuk hidup beriman kita. Barangkali kita sudah lebih dari cukup mendengar dari Yesus, mengalami perbuatan ajaib-Nya. Tapi mungkin kita justru belum berubah, atau enggan dan malah tak mau berubah pandangan dan sikap hidup kita terhadap-Nya.
Terkadang kita sudah mendengar bahkan telah mengalami sendiri kebaikan dari sesama kita. Tapi mungkin kita masih cukup sulit mengubah pandangan dan penilaian kita tentang dirinya. Kita belum sepenuhnya menerima dan mempercayainya.
Paling mendasar, kita mesti ingat, walaupun kita pernah menolak Tuhan, tetapi Ia tetap akan datang lagi. Karena Ia tetap kekeuh dengan niat dan maksud baiknya: mengampuni dan menyelamatkan kita. Bagaimana dengan kita? *
Simak juga video renungan harian katolik berikut: