Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Kamis 11 Maret 2021: PEKA "MEMBACA" PIKIRAN
Yesus mempunyai kemampuan luar biasa, bukan hanya mengusir setan yang membisukan, melainkan juga untuk mengetahui pikiran orang.
Renungan Harian Katolik, Kamis 11 Maret 2021: PEKA "MEMBACA" PIKIRAN (Lukas 11:14-23)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Dalam ilmu pengetahuan, membaca pikiran disebut sebagai akurasi empati yang menuntut orang untuk bisa ‘membaca’ pikiran orang lain lewat kata-kata yang diucapkannya, emosi yang disiratkannya, serta bahasa tubuh yang ditunjukkannya.
Untuk membaca pikiran orang lain, yang dibutuhkan bukan hanya kecerdasan otak, melainkan kepekaan hati dan insting untuk mendengarkan. Hal ini akan muncul ketika seseorang memiliki kepekaan sensori, yaitu kemampuan diri untuk melihat sinyal non-verbal seseorang yang mungkin menandakan kesedihan, keraguan, kekesalan, kebohongan, dan sebagainya.
Dulu ada pesulap, magician terkenal. Tapi ia lebih suka menyebut dirinya mentalis. Katanya, ia bisa membaca dan mengendalikan pikiran orang. Dalam setiap pertunjukkannya, ia selalu mengarahkan orang dengan petunjuk atau suruhan darinya, dan dengan itu ia dapat mengetahui apa yang ada dalam pikiran orang. Meski begitu, sesungguhnya ia tak bisa membaca dan mengetahui apa yang dipikirkan orang. Yang bisa ia lakukan adalah berusaha menebak atau membaca apa yang telah ia pikirkan yang diarahkannya pada orang.
Penginjil Lukas membuat catatan ini dalam injilnya, "Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka". Catatan ini berkaitan dengan kisah Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Banyak orang menjadi heran. Tetapi dari antara orang banyak itu, ada yang menyelutuk sinis, "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan". Ada pula yang masih meragukan dengan meminta tanda dari surga kepada Yesus.
Lukas menegaskan bahwa Yesus "mengetahui pikiran" mereka yang menuduh-Nya itu. Itu berarti Yesus mempunyai kemampuan luar biasa, bukan hanya mengusir setan yang membisukan, melainkan juga untuk mengetahui pikiran orang. Tanpa mengarahkan orang dengan pikiran-Nya; tanpa membimbing orang untuk melakukan apa yang IA pikirkan; Yesus ternyata mampu untuk mengetahui pikiran orang.
Hal yang penting direnungkan, ternyata Yesus tahu bahwa orang mempunyai pikiran jelek, negatif tentang diri-Nya. Ia tahu bahwa perbuatan baik-Nya membebaskan orang dari cengkraman setan dan membahagiakan penderita, diartikan secara begitu jahat.
Kita bisa bermenung sejenak. Betapa sering hal yang sama dialami oleh banyak orang yang berhati baik. Mereka berbuat baik dan bertujuan baik, tetapi ada saja orang yang sangat gemar mencari kelemahan pada mereka. Mereka hanya melihat yang jelek, dengan kacamata jelek. Bahkan mereka menyerang, menyebarkan keburukan, menggosipi, menyebarkan hoaks, dan memfitnah. Akibatnya, yang diumbar keburukan dirinya, difitnah, mudah putus asa, dan mungkin juga terpancing emosi. Apalagi bila fitnah-fitnah semacam itu harus dihadapi terus-menerus, seakan tak berujung.
Ada pesan bermakna dari catatan Lukas, "Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka". Kita harus ingat bahwa Tuhan pasti tahu pikiran kita, juga hati kita. Apa saja yang kita pikirkan, yang kita rasakan, yang kita niatkan, pasti diketahui Tuhan. Olehnya, kita harus berpikiran baik tentang Tuhan, pun tentang orang lain. Apalagi kalau orang lain itu melakukan hal yang baik, berbuat baik, bertujuan baik. *
Simak juga video renungan harian katolik berikut: