Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Rabu 10 Maret 2021: MELAMPAUI TULISAN
Apakah ada ketentuan yang belum diatur dalam hukum Taurat sehingga Yesus mau memasukkannya dengan sejumlah pasal baru?
Renungan Harian Katolik, Rabu 10 Maret 2021: MELAMPAUI TULISAN (Matius 5:17-19)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Kepada orang-orang yang tidak senang dengan sikap dan perbuatan-Nya, Yesus katakan begini, "Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya" (Mat 5:17).
"Genap" sebagai kata dasar dari "menggenapi" memiliki arti penuh, utuh, tidak kurang, lengkap; tidak ganjil, tidak gasal, habis dibagi dua untuk bilangan.
Jadi, kata "menggenapi" pada umumnya dihubungkan dengan sesuatu yang belum lengkap, belum penuh, sehingga perlu ditambah, dicukupi, dipenuhi, dilengkapi.
Misalnya, jumlah pasukan pengibar bendera ditetapkan 15 anggota dan 1 komandan. Bila salah satu anggota tidak hadir, maka jumlahnya belum lengkap dan perlu dihadirkan atau dicari penggantinya untuk menggenapi saat baris berbaris dengan formasi tiga.
Kalau demikian, apa maksud Yesus dengan kata-kata-Nya bahwa Ia datang untuk "menggenapi" hukum Taurat atau kitab para nabi? Ia mau menggenapi apa dan dalam arti apa? Atau, apa yang kurang, belum lengkap pada hukum Taurat atau kitab para nabi sehingga mau digenapi oleh Yesus?
Apakah ada ketentuan yang belum diatur dalam hukum Taurat sehingga Yesus mau memasukkannya dengan sejumlah pasal baru?
Apakah ajaran dalam kitab para nabi itu masih belum lengkap atau penjelasannya masih kurang jelas sehingga Yesus mau "menggenapi"-nya dengan ajaran dan penjelasan yang lebih utuh?
Harus diakui bahwa semua yang ada dalam Kitab Suci orang Yahudi, yakni hukum Taurat dan kitab para nabi itu sungguh sudah memadai dalam mengatur hidup orang Yahudi. Tak ada yang keliru, tak ada yang salah. Makanya Yesus katakan bahwa "Ia datang bukan untuk meniadakannya".
Namun harus dipahami bahwa yang termuat dalam Kitab Suci itu hanya berupa rumusan ketentuan dan ajaran tentang pembolehan dan larangan. Buku itu penuh dengan peraturan dan ketetapan, atau pun resep suci. Maka Yesus datang menggenapi dengan memberi roh, jiwa dari peraturan dan ketentuan, yakni cinta kasih Allah kepada manusia.
Ini lebih penting dan mendasar. Kitab Suci itu memang berisikan warta bahwa sejak semula Allah merencanakan untuk menyelamatkan manusia yang berdosa dan rencana itu akan terlaksana dengan kedatangan Mesias, Sang Juru Selamat, yang tak lain adalah Putera Allah.
Maka, "penggenap" seluruh Kitab Suci itu memang diri Yesus sendiri. Kehadiran-Nya dengan ajaran dan perbuatan-Nya tak lain "menggenapi" apa yang diwartakan dalam Kitab Suci.
Kalau demikian maksudnya, saat mendalami Kitab Suci atau peraturan, ketentuan apa pun dalam hidup keagamaan, kita harus berusaha menemukan dan menghayati jiwa, roh yang terkandung di dalamnya.
Lalu, saat menerapkan Kitab Suci dalam hidup, kita tak bisa hanya merujuk dan menunjuk-nunjuk ayat-ayat tertentu sambil ngotot, "Ini lho yang tertera dalam Kitab Suci".
Kita harus ingat bahwa "penggenapannya" bukan dalam tulisan, melainkan dalam kehadiran, hidup dan karya Yesus yang menyata konkret dalam diri dan hidup kita. *
Simak juga video renungan harian katolik berikut: