Berita Sumba Terbaru
Jeritan Hati, Pemilik Rumah Makan Dapur Sumba dan Hasil Positip Swab Antigen Satgas Covid-19 SBD
Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya mengaku kaget bukan kepalang seketika menerima hasil rapid antigen tim satgas covid-19 Sumba Barat D
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Petrus Piter
POS-KUPANG.COM/WAIKABUBAK--- Yohanes Santosa Krisnasapu dan Lily Samapaty adalah pasangan suami istri selaku pemilik rumah makan Dapur Sumba yang beralamat di Jalan Tambolaka, Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya mengaku kaget bukan kepalang seketika menerima hasil rapid antigen tim satgas covid-19 Sumba Barat Daya dinyatakan positip virus corona tanggal 22 Februari 2021.
kan hanya keduanya tetapi bersama 7 karyawan lainnya dari total 38 karyawan rumah makan dapur sumba miliknya mengikuti rapid antigen di posko covid-19 Sumba Barat Daya yang bertempat di lapangan Galatama Tambolaka, Sumba Barat Daya tanggal 22 Februari 2021 dinyatakan positip.
Saat itu, ia kaget bukan main, kok bisa karena merasa dirinya bersama seluruh karyawan tidak sedang merasakan gejala mengarah ke penyakit virus corona. Di tempat usahanya, selalu memberlakukan ketat penerapan protokol kesehatan termasuk setiap tamu yang datang. Di tempat usahannya pula, tersedia alat rapid antigen yang secara rutin melakukan pemeriksaan mandiri dan semuanya negatif.
Saat itu sedang sibuknya mempersiapkan seluruh kebutuhan rumah makannya terkait rencana Presiden RI, Joko Widodo dan rombongan akan makan siang bersama di rumah makan dapur Sumba mililknya tanggal 23 Februari 2021 ketika berkunjung ke Kabupaten Sumba Tengah untuk meninjau lokasi food estate di Desa Makatakeri, Kecamatan Katikutana, Sumba Tengah, tanggal 23 Februari 2021.
Pemikiran persiapan itu seketika sirna bersamaan datangnya hasil rapid antigen satgas covid-19 SBD yang menyatakan keduanya serta 7 karyawan rumah makan dapur sumba positip virus corona.
Karena positip maka tim covid-19 SBD menyurati pemilik rumah makan dapur Sumba tertanggal 22 Februari 2021 dan surat itu baru diantar ke rumah makan dapur Sumba tanggal 25 Februari 2021 mewajibkan menutup usaha selama 14 hari ke depan hingga tanggal 7 Maret 2021.
Baca juga: Putra Presiden Jokowi Kaesang Jajaki Beli Bali United? Pengusaha Malaysia Akusisi Klub Indonesia
Pada saat datang mengantar surat itu, salah seorang staf tim covid-19 Sumba Barat Daya memarahinya, mengapa memposting ke media sosial facebook. Dia bahkan menangancam akan melaporkannya ke polres Sumba Barat Daya karena melanggar undang-undang informasi dan transaksi elektronik nomor 11 tahun 2008 dengan ancaman dua tahun penjara bahkan dipandang mengganggu kegiatan tim covid-19 SBD dengan memposting dimedia sosial facebook
Menurut Lilly Samapaty, ia hanya memposting kalimat, jangan mengcovidkan orang, dosa besar. Ia Tidak menyebutkan siapa-siapa dan lainya. Pertanyaannya, mengapa mesti tersinggung, kan tim satgas covid-19 Sumba Barat Daya sunggguh memahami benar pemilik rumah makan dapur sumba dan 7 staf yang sedang didatanginya itu, sedang menderita sakit virus corona, bolehkan tim satgas harus memarahinya dan mengancam melaporkan ke Polres Sumba Barat Daya.
Bukankah langkah itu justru membuat mereka lebih drop lagi ketahanan tubuhnya akibat positip virus corona hasil rapid antigen tim satgas covid-19 SBD di lapangan Galatama Tambolaka, SBD tanggal 22 Pebruari 2021.
Ditemui POS-KUPANG.COM di kediamanya di Kelurahan Wailiang, Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Senin (8/3/2021) pagi, Lilly Samapaty didampingi sang suami, Yohanes Santosa Krisnasapu lebih lanjut menceritakan, sama sekali tak terbesit sedikipun dalam pemikirannya untuk menolak hasil swab antigen tim covid-19 Sumba Barat Daya atau melawan pemerintah Sumba Barat Daya.
Mereka cuma bertanya, apakah benar-benar, kami berdua bersama 7 staf ini positip virus corona maka saat itu pula, meminta kepada tim satgas covid-19 Sumba Barat Daya agar melakukan pemeriksaan rapid antigen ulang terhadap keduanya bersama 7 karyawan lainnya dan meminta pemeriksaan satu persatu mengingat tim covid-19 SBD dalam hal pemeriksaan swab antigen menggunakan pooling test.
Mereka Hanya ingin memastikan saja, biar legah rasanya. Namun, tim satgas SBD menolak dengan alasan sedang memeriksa banyak orang. Sebelumnya, meminta agar pemeriksaan rapid antigen oleh tim satgas covid-19 Sumba Barat Daya dapat dilakukan di rumah makan dapur Sumba, biar tersendiri dan tidak ramai bersama warga lain.
Hal itu mengingat, saat itu bersama seluruh staf sedang sibuk mempersiapkan seluruh kebutuhan terkait rencana Presiden RI, Joko Widodo bersama rombongan akan singgah makan siang bersama keesokan harinya, tanggal 23 Februari 2021 ketika berkunjung ke Kabupaten Sumba Tengah meninjau lokasi pengembangan food estate.
Namun, saat itu semua diarahkan memeriksakan diri ke posko satgas covid-19 SBD di lapangan Galatama Tambolaka, SBD. Pertanyaan kami, mengapa ditempat lain bisa.
Karena tim satgas covid-19 SBD menolak maka disaat itu pula, memutuskan melakukan second opinion dengan melakukan pemeriksaan didua apotik di Kota Tambolaka, SBD. Bukan hanya di dua apotik itu saja, tetapi juga diperiksa dokter yang adalah staf kepresidenan yang hari itu juga datang ke rumah makan dapur Sumba untuk mengecek kembali persiapan rumah makan tersebut mengingat keesokan harinya, tanggal 23 Februarib2021, presiden datang ke Sumba dan hasilnya negatif.
Lalu, tiba-tiba, pak dokter yang memeriksanya itu, menerima telepon dari tim kepresiden menyampaikan kalau ada staf di rumah makan dapur Sumba positip virus corona dan dokter tersebut menyampaikan baru saja memeriksa dan hasilnya negatif. Namun staf kepresiden di Jakarta menyampaikan, kalau Presiden Joko Widodo hanya percaya tim satgas covid-19.
Seketika, paspampres dan staf kepresiden meninggalkan lokasi rumah makan dapur Sumba. Dan malam harinya, sekitar pukul 19.30 wita, datang salah seorang staf kepresiden menyampaikan permohonan maaf, presiden dan rombongan tidak jadi makan siang di rumah makan dapur sumba miliknya. Padahal persiapan sudah matang dan tinggal mengatur kursi meja makan saja. Keduanya menerima dan memahami keputusan tersebut.
Lalu selang beberapa hari kemudian, datanglah seorang dokter yang juga adalah staf tim satgas covid-19 SBD ke rumah makannya hendak belanja, ia melihat dokter itu, lalu menghampirinya serta menyampaikan, kalau dirinya bersama suami dan staf telah memeriksakan diri ke dua apotik /klinik dan seorang dokter yang adalah staf kepresiden dan hasilnya semua negatif.
Mendengar hal itu, dokter tersebut menyarankan agar melakukan pemeriksaan swab PCR ke rumah sakit umum Umbu Rara Meha Waingapu, Sumba Timur karena memiliki peralatan lebih canggih maka tanggal 26 Februari 2021, Ia (Lilly Samapaty) bersama staf berangkat ke Waingapu, Sumba Timur melakukan pemeriksaan swab PCR dan tanggal 27 Februari 2021, memperoleh hasil, semua negatif.
Sedangkan suaminya, Yohanes Santosa memilih berangkat ke Surabaya, Jawa Timur melakukan pemeriksaan swab PCR di rumah sakit nasional hospital Surabaya, Jawa Timur. Ia ingin memeriksakan diri di rumah sakit yang lebih canggih lagi peralatannya dan hasilnya negatif pula.
Mengapa kami melakukan second opinion ? Karena secara spikologis merasa terancam keselamatan kami dan ingin mendapatkan pembanding saja. Disisi lain hal itu menyangkut image terhadap usaha kami, nama baik usaha kami dan pokoknya segalanya. Dan itu wajar adalah hak pasien dan masyarakat.
Namun demikian, keduanya kembali menegaskan langkah itu bukan berarti menolak hasil rapid antigen tim covid-19 Sumba Barat Daya atau melawan pemerintah tetapi sebagai masyarakat Sumba Barat Daya berhak melakukan second opinion untuk memastikan diri benar-benar positip virus corona atau tidak sehingga dapat menentukan langkah penanganannya. Hanya ingin hati ini tenang saja. Kalau saja, hasilnya sama seperti ini, ya kami harus menjalani isolasi dan penanganan pengobatannya.
Selanjudnya, berdasarkan hasil pemeriksaan rapid antigen mandiri di dua apotik/klinik di Kota Tambolaka, Sumba Barat Daya dan hasil pemeriksaan swab PCR di RSUD Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, memutuskan menyurati tim covid-19 Sumba Barat Daya dan memperoleh jawaban tim covid-19 SBD yang meminta kembali membuka usaha rumah makan dapur sumba tanggal 1 Maret 2021. Menurut keduanya jawaban itu kurang memuaskan. Karena itu, dalam waktu dekat, akan kembali menyurati tim covid-19 SBD untuk meminta klarifikasi dan penjelasannya. Bila jawaban sama atau kurang memuaskan lagi maka pihaknya mempertimbangkan untuk mengambil langkah selanjutnya.
Menjawab pertanyaan apa yang diinginkan keduanya dari perjuangan ini, keduanya menyatakan, tim covid-19 SBD yang mengawali menyatakan pemilik rumah makan dapur sumba dan 7 staf positip virus corona berdasarkan hasil pemeriksaan rapid antigen tanggal 22 Februari 2021 maka kami juga menginginkan tim covid-19 SBD juga menyampaikan ke publik dengan mengumunkan pemilik rumah makan dapur sumba dan 7 staf negatif virus corona atau bebas virus corona berdasarkan hasil pemeriksaan swab PCR RSUD Waingapu, Sumba Timur dan hasil swab PCR rumah sakit nasional hospital Surabaya, Jawa Timur di media masa sebagaimana dilakukan tim satgas covid-19 sebelumnya. Kami tidak meminta apa-apa, cukup itu saja.
Karena hal ini menyangkut nama baik kami, usaha rumah makan kami, dapur Sumba," kata Lilly Samapaty diamini sang suami Yohanes Santosa.
Hal senada juga disampakan pengelolah resto Makan Dulu (Resto MD), Redemta Bato melalui telepon selulernya belum lama ini. Ia menjelaskan Berdasarkan hasil pemeriksaan rapid antigen tim satgas covid-19 SBD tanggal 22 Maret 2021, 17 pelajar dinyatakan positip dari 20 orang. Di hari itu pula ia melakukan pemeriksaan di rumah sakit Karitas Weetabula, SBD dan hasilnya semua negatif.
Selanjudnya, ia menelepon salah satu staf tim posko covid-19 SBD menyampaikan perbedaan hasil rapid antigen tim covid-19 SBD dengan hasil rapid antigen rumah sakit karitas Weetabula, SBD dan memperoleh kalau alat yang digunakan tim covid-19 SBD untuk melakukan tracing memiliki tingkat akurasi lebih tinggi dibandingkan lainnya. Pertanyaan saya, mengapa diijinkan terus beroperasi dan ia juga mempertanyakan tim covid-19 SBD meminta menutup usaha.
Karena itu, ia menyarankan hendaknya memperketat pengawasan atas pemeriksaan rapid antigen diluar posko covid-19 SBD, membenahi sistem kerja. Ia juga tetap membuka usaha karena kalau orang positip maka yang dilakukan adalah melakukan isolasi mandiri dan bukan menutup usaha. Hal itu demi menjaga aktivitas usaha ekonomi tetap berjalan dimasa pandemi ini.(petrus piter)
