SBY Bawa Nama Bangsa Indonesia dan TNI dalam Kemelut Demokrat, Teddy Gusnaidi: Jangan Jadi Pengecut
Tubuh Partai Demokrat pun langsung memberikan reaksi keras degan hasil KLB tersebut yang dianggap ilegal
SBY Bawa-bawa Nama Bangsa Indonesia dan TNI dalam Kemelut Demokrat, Teddy Gusnaidi: Jangan Jadi Pengecut
Partainya Direbut Moeldoko, SBY Sebut Bangsa Sedang Berkabung,Teddy: Jangan Cengeng,Tuhan Tidak Suka
POS KUPANG.COM -- Kemelut dalam tubuh Partai Demokrat akhirnya memuncak dengan terpilhnya Moeldoko sebagau Ketua Umum Partai Demokrat veris KLB Deli Serdang , Sumatera Utara
Tubuh Partai Demokrat pun langsung memberikan reaksi keras degan hasil KLB tersebut yang dianggap ilegal
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku malu dan merasa bersalah, pernah beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepada Moeldoko.
Hal itu merespons terpilihnya Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, lewat kongres luar biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021).
SBY juga mengatakan, dengan adanya peristiwa itu, Partai Demokrat sedang berkabung, begitu juga bangsa ini.
Politisi PKPI Teddy Gusnaidi pun merespon pidato SBY tersebut.
Teddy meminta agar masalah internal SBY dan Demokrat jangan dijadikan sebagai masalah semua orang apalagi masalah bangsa.
• Luna Maya Akhirnya Mengaku Punyca Pacar, Bayang-bayang Ariel NOAH dan Reino Barack Pun Lepas

"@SBYudhoyono bilang dengan adanya KLB yang menjadikan Pak Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, maka Indonesia berkabung. Masalah anda jangan pernah dijadikan masalah semua orang, apalagi bangsa. Hadapi saja sebagai seorang laki-laki, jangan jadi pengecut," tulis Teddy di akun Twitternya, Sabtu (6/3/2021).
Teddy juga meminta SBY tidak perlu membawa-bawa Kantor Staf Kepresidenan ketika menyebut Moeldoko.
"@SBYudhoyono bilang KLB telah menetapkan KSP Moeldoko sebagai Ketua Umum Demokrat, tentu itu hal yg keliru, Mana ada institusi atau lembaga bisa menjabat? Yang menjabat itu orang per orang. Anda jangan selalu kaitkan ketidakmampuan anda ke negara. Jangan cengeng, Tuhan tidak suka," imbuhnya.
SBY sebelumnya menyebut Moeldoko sebagai sosok yang tidak ksatria lantaran merebut Demokrat dengan jalan ilegal.

SBY pun menyebut bahwa yang dilakukan Moeldoko jauh dari sikap kesatria.
"Sebuah perebutan kepemimpinan yang tidak terpuji dan jauh sikap kesatria dan nilai moral," kata SBY saat konferensi pers secara daring, Jumat (5/3/2021).
Tak hanya itu, SBY juga menyebut kelakukan Moeldoko tersebut membuat malu TNI.
Di mana sebelumnya Moeldoko menjabat sebagai Panglima TNI
"Hanya mendatangkan malu bagi perwira dan prajurit yang pernah bertugas di jajaran TNI," kata SBY.
Bahkan, SBY mengakui bahwa dirinya merasa malu pernah memberikan amanah jabatan kepada Moeldoko.
"Termasuk rasa malu dan rasa bersalah saya yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya. Saya mohon ampun kehadirat Allah SWT tuhan yang maha kuasa atas kesalahan saya itu," katanya.
Pidato lengkap SBY
Berikut ini pernyataan lengkap Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY, dalam pidato yang disampaikan dari kawasan Cikeas, Bogor, Jumat (5/3/2021):
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Saudara-saudara, hari ini kami berkabung,
Partai Demokrat berkabung. Sebenarnya bangsa Indonesia juga berkabung.
Berkabung karena akal sehat telah mati. Sementara keadilan, supremasi hukum dan demokrasi sedang diuji.
Hari ini, 5 Maret 2021, KLB Partai Demokrat abal-abal, KLB yang tidak sah dan tidak legal telah digelar di Deli Serdang, Sumatera Utara.
KLB tersebut telah menobatkan KSP Moeldoko, seorang pejabat pemerintahan aktif berada di lingkar dalam lembaga kepresidenan.
Bukan kader Partai Demokrat alias pihak eksternal partai, menjadi ketua umum Partai Demokrat, mendongkel dan merebutnya dari ketua umum Partai Demokrat yang sah, yang setahun yang lalu telah diresmikan oleh negara dan pemerintah.
Satu bulan yang lalu, kita semua masih ingat ketika Ketua Umum AHY secara resmi mengirimkan surat kepada yang mulia Bapak Presiden Jokowi tentang keterlibatan KSP Moeldoko dalam gerakan penggulingan kepemimpinan Partai Demokrat yang sah.
Dan setelah itu Ketua Umum AHY juga menyampaikan kepada publik tentang gerakan kudeta ini, banyak tanggapan yang bernada minir dan miring.
Mereka mengatakan, Demokrat hanya mencari sensasi, demokrat hanya play victim
KSP Moeldoko mengatakan itu hanya ngopi-ngopi, pelaku gerakan mengatakan itu hanya rapat-rapat biasa.
Sementara itu, kita juga masih ingat ada pula yang punya keyakinan bahwa KSP Moeldoko pasti mendapatkan sanksi dari atasannya karena ulahnya itu.
Ada pula yang mengatakan KLB ilegal tersebut tidak mungkin diberikan izin dan pasti akan dibubarkan oleh pihak kepolisian.
Negara pun tak mungkin dan membiarkan dan membenarkan. Itu tanggapan dan komentar sekitar satu bulan lalu.
Tetapi hari ini, sejarah mengabadikan apa yang terjadi di negara yang kita cintai ini.
Memang banyak yang tercengang, banyak yang tak percaya bahwa KSP Moeldoko yang bersengkongkol dengan orang dalam, benar-benar tega dan dengan darah dingin melakukan kudeta ini.
Sebuah perebutan kepemimpinan yang tidak terpuji, jauh dari sikap kesatria dan nilai-nilai moral.
Dan, hanya mendatangkan rasa malu bagi perwira dan prajurit yang pernah bertugas di jajaran Tentara Nasional Indonesia.
Termasuk rasa malu dan rasa bersalah saya, yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya.
Saya memohon ampun ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa atas kesalahan saya itu.
Sebagai seorang yang menggagas berdirinya Partai Demokrat, termasuk yang membina dan membesarkan partai ini dan bahkan pernah memimpinnya.
Tak pernah terlintas, tak pernah terlintas dipikiran saya bahwa Partai Demokrat akan dibeginikan, saya benar-benar tidak menyangka.
Karena sewaktu selama 10 tahun saya memimpin Indonesia dulu, baik secara pribadi, maupun Partai Demokrat yang saya bina, tidak pernah mengganggu dan merusak partai lain seperti yang kami alami saat ini.
Saudara-saudara, saya tahu bahwa Ketua Umum AHY yang terus-menerus memimpin upaya untuk mempertahankan kedaulatan partai telah mengeluarkan berbagai pernyataan.
Namun malam ini, dalam kapasitas saya sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, sebuah lembaga tertinggi dalam kepengurusan Partai Demokrat, saya perlu menyampaikan pernyataan dan penjelasan secara resmi guna merespons kongres luar biasa Deli Serdang hari ini.
Mengapa saya harus mengeluarkan pernyataan pada malam hari ini?
Karena sesuai dengan AD dan ART Partai Demokrat Tahun 2020 yang telah disahkan oleh negara dan pemerintah melalui Kemenkumham, kongres luar biasa atau KLB sebenarnya lebih menjadi domain majelis tinggi partai, bukan domain ataupun ketua umum Partai Demokrat.
AD dan ART sesuai dengan undang-undang partai politik yang berlaku saat ini, adalah peraturan dasar, bagi kehidupan partai politik.
Sama halnya dengan undang-undang atau konstitusi yang berlaku bagi negara yang baik itu Undang-undang Dasar maupun anggaran dasar mengikat secara hukum.
Karenanya segala kegiatan partai yang tidak sesuai dan bertentangan dengan AD dan ART adalah tindakan yang ilegal atau melawan hukum.
Mari kita lihat, apakah KLB Deli Serdang tersebut legal atau sah secara hukum?
Menurut AD dan ART Partai Demokrat Pasal 81 ayat 4 disebutkan bahwa kongres luar biasa dapat diadakan atas permintaan, nah, majelis tinggi partai atau;
B. Sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Dewan Pimpinan Daerah dan 1/2 dari jumlah Dewan Pimpinan Cabang serta disetujui oleh ketua majelis tinggi partai.
Mari kita uji sekarang, apakah KLB Deli Serdang ini sah secara hukum? ingat negara Indonesia adalah negara hukum pasal 1 Undang-undang 1945.
Majelis tinggi partai yang saya pimpin dan kini berjumlah 16 orang, tidak pernah mengusulkan kongres luar biasa.
Jadi syarat pertama sudah gugur. DPD yang mengusulkan KLB minimal 2/3 dari 34 Dewan Pimpinan Daerah, kenyataannya tidak satu pun yang mengusulkan, berarti nol.
Jadi tidak memenuhi syarat yang kedua.
DPC yang mengusulkan KLB minimal 1/2 dari 514 DPC, kenyataannya hanya 34 DPC yang mengusulkan, berarti hanya 7 persen dari seharusnya minimal 50 persen.
Jadi tidak memenuhi syarat yang ketiga.
Usulan DPD dan DPC harus mendapatkan persetujuan ketua majelis tinggi partai, dan saya sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai tidak pernah memberikan persetujuan atas pelaksaan KLB ini.
Jadi syarat keempat pun tidak dipenuhi.
Kesimpulan besarnya adalah semua persyaratan untuk diselenggarakannya KLB ini, gagal dipenuhi atau tidak dipenuhi, sehingga KLB ini benar-benar tidak sah dan ilegal.
Saya dengar ada akal-akalan dari pihak KSP Moeldoko dan para pelaku kudeta, bahwa sebelum mengangkat KSP Moeldoko menjadi Ketua Umum Partai Demokrat ilegal, AD dan ART yang sah diubah dan diganti dengan AD dan ART versi KLB Deli Serdang, sehingga penobatan KSP Moeldoko dianggap sah.
Pertanyaannya, apa bisa begitu? Mari kita lihat bersama.
Untuk mengubah AD dan ART, forumnya harus sah, baik kongres ataupun kongres luar biasa yang hendak mengubah AD dan ART juga harus sah.
Forum KLB Deli Serdang jelas tidak sah dan ilegal, sebagaimana yang telah saya jelaskan tadi, sehingga AD dan ART KLB Deli Serdang menjadi tidak sah.
Untuk diketahui, AD dan ART hasil kongres atau KLB yang sah pun harus mendapatkan pengesahan dari negara dan pemerintah melalui Kemenkumham.
Jadi, kalau KSP Moeldoko melalui telepon menanyakan keabsahan AD dan ART dan merasa cukup puas atau mengira bahwa AD dan ART Deli Serdang itu sah, KSP Moeldoko salah besar.
Berarti KSP Moeldoko tidak memahami undang-undang partai politik yang berlaku, dan juga tidak memahami AD dan ART Partai Demokrat.
Lagi-lagi makin kuat dan makin nyata bahwa KLB Deli Serdang benar-benar tidak sah adanya.
Saudara-saudara, ini kesempatan yang baik bagi saya untuk menyampaikan pesan kepada ketua umum dan segenap kader Demokrat di seluruh Indonesia.
Saya sangat merasakan apa yang para kader Demokrat rasakan saat ini.
Saudara pasti marah, terhina, merasa diperlakukan sewenang-wenang, geram kepada yang berkhianat dengan imbalan uang dan iming-iming kedudukan, dan rasanya ingin membalas perbuatan mereka.
Namun sebagai orang tua di partai ini, saya tetap meminta saudara bersabar namun gigih berikhtiar untuk mendapatkan keadilan yang sejati.
Saya tetap percaya, bahwa Bapak Presiden Jokowi memiliki integritas dan kearifan dalam menyikap gerakan pendongkelan dan perebutan kepemimpinan Partai Demokrat yang sah ini.
Saya juga tetap percaya bahwa negara dan pemerintah akan bertindak adil, serta akan sepenuhnya menegakkan pranata hukum yang berlaku.
Baik itu konstitusi kita, Undang-undang 1945, dan Undang-undang partai politik, maupun AD dan ART Partai Demokrat yang secara hukum juga mengikat.
Namun, dunia politik tak seindah yang kita mimpikan, gangguan terhadap Partai Demokrat, gangguan terhadap kita semua belum lah usai.
Karenanya, mari kita makin bersatu dan makin merapatkan barisan.
Di bawah komando dan kepemimpinan ketua umum AHY, saya mengajak para kader untuk berjuang bersama, berjuang sampai keadilan benar-benar kita dapatkan di tanah Indonesia ini.
Perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan dan kemandirian partai, adalah perjuangan yang suci dan mulia.
Ibarat peperangan, perang yang kita lakukan adalah perang yang dibenarkan, sebuah war of necessity, sebuah just war, perang untuk mendapatkan keadilan.
Semoga Allah SWT Tuhan yang Maha Kuasa menuntun langkah kita, serta memberikan pertolongan kepada kita semua.
Demikian pernyataan saya, sekian dan terima kasih. (*)
Tags
Teddy Gusnaidi PKPI
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Moeldoko
kudeta Partai Demokrat
MENARIK UNTUK ANDA
Veneer Ini 300 Kali Lebih Baik dari Gigi Palsu!
Saya Lari dari Istri ketika Tahu bahwa Dia Berusia 64 Tahun
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Partainya Direbut Moeldoko, SBY Sebut Bangsa Sedang Berkabung,Teddy: Jangan Cengeng,Tuhan Tidak Suka, https://wartakota.tribunnews.com/2021/03/06/partainya-direbut-moeldoko-sby-sebut-bangsa-sedang-berkabungteddy-jangan-cengengtuhan-tidak-suka?page=all.
Editor: Feryanto Hadi