Kisah Kampung Naituta, Hampir 10 Tahun Tempati Rumah Tak Bersertifikat

kini warga harus kembali menemui masalah, sebab rumah yang ditempati tak memiliki secuil kertas kepemilikan.

Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Kisah Kampung Naituta, Hampir 10 Tahun Tempati Rumah Tak Bersertifikat
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
Warga kampung Naituta, kelurahan Manulai II sedang memperbaiki jembatan yang berlubang dan nyaris roboh. 

Kisah Kampung Naituta, Hampir 10 Tahun Tempati Rumah Tak Bersertifikat

POS-KUPANG.COM | KUPANG-- Cerita panjang di alami warga kampung Naituta, Kelurahan Manulai II, kota Kupang. Usai jembatan yang belum berusia 10 tahun nyaris melumpuhkan aktifias, kini warga harus kembali menemui masalah, sebab rumah yang ditempati tak memiliki secuil kertas kepemilikan.

Betapa tidak, rumah yang telah di tempati hampir 10 tahun itu, menyimpan kisah yang, bagi warga setempat ibarat berada di ujung jurang jembatan Naituta, nyaris roboh tadi.

Rumah yang di bangun atas bantuan pemerintah pusat dan di isi oleh hampir 100 kepala keluarga warga eks Timor - Timor itu, hanya memperlihatkan kokohnya tembok dari pandangan mata, namun roboh bila diterjang badai.

Wilayah ini, seolah hanya menjadi ladang pemilihan bagi politisi yang hanya mengeruk dan meninggalkan janji manis bagi warga Naituta.

"Tiap kali pemilihan, datang dan janji yang sama. Tapi setelah itu tidak ada tindaklanjut" kata Daud, warga Naituta Mengisahkan Pengalamannya kepada POS-KUPANG.COM, Selasa (2/3/21).

Daud bercerita, bangunan tersebut, di bangun oleh satuan kerja dinas pekerjaan umum dan perumahaan rakyat pada tahun 2012 lalu, untuk di tempati warga, namun terkait kepemilikan, hingga kini belum ada kepastian dari pemerintah.

Selain telah menggantungkan nasibnya kepada Pemkot dan DPRD kota Kupang, warga setempat memilih bertahan dan merana dengan mimpi memiliki rumah tersebut secara utuh.

Cerita yang sama di katakan Kristofel, pria pulau Timor, eks warga Timor Timor, yang masuk ke kampung Naituta dan menempati rumah tersebut sejak tahun 2014 silam, hingga kini hanya diam menunduk pada pengharapan agar rumah tersebut dapat terurai masalahnya.

Okto Musu, ketua RT setempat, sebagai perwakilan Pemkot paling dekat dengan masyarakat pun tak mampu menyelesaikan polemik ini. Bahkan, ia menuding warga belum terdaftar ke RT setempat sehingga sulit dalam mengurus sertifikat rumah sebagai hak milik warga.

Lebih parahnya lagi,  walikota Kupang, Jefri Riwu Kore yang sebagai kepala wilayah setempat tak mengetahui persoalan yang di alami warga kampung Naituta.

"Kurang tau itu masalahnya, nanti saya cek dulu" ucap Jefri, yang di konfirmasi POS-KUPANG.COM, Rabu (3/3/21), di sela kegiatannya memantau pencanangan vaksin bagi lansia di RS SK Lerik, Kupang.

Dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) kota Kupang, yang menurut warga telah di informasikan belum berbuat banyak, bahkan mungkin sebagian besar para anggota yang terhormat, tidak mengetahui peliknya kehidupan warga kampung Naituta.

Diketahui, kota Kupang sendiri memiliki luas wilayah 180,3 KM² dengan jumlah penduduk 441.565 jiwa yang tersebar di 6 kecamatan dan 51 kelurahan.

Berkas Dugaan Pembunuhan di Desa Watodiri Kabupaten Lembata Dilimpahkan ke Kejaksaan

Orang Tua Siswa Apresiasi Langka SMPN 4 Langke Rembong KBM Melalui Aplikasi Messenger WatsApp Group

Selain air bersih yang menjadi masalah rutin tiap tahunnya dimusim kemarau, kondisi lainnya yang menjadi sorotan yaitu proses pembangunan yang ada di kota Kupang, nyaris terus menuai masalah. (Laporan reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved