Ansy Lema Soroti Kursi Wakil Bupati Ende, Harus Pakai Logika dan Etika
sudah lama sekali Bupati Djafar Achmad, memimpin Ende tanpa wakil, hampir dua tahun.
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
Ansy katakan, jabatan wakil bupati penting dan strategis untuk membantu Bupati sebagai kepala daerah, dalam urusan pembangunan, percepatan pembangunan, pelayanan publik dan pemberdayaan rakyat. "Karena itu jangan dibuat lama," ungkapnya.
Ansy menyebut Bupati Djafar Achmad adalah kader PDI Perjuangan, demikian juga Fery Taso, ketua DPRD Ende. Menurutnya, kalau PDI Perjuangan menempatkan kadernya lagi sebagai wakil Bupati, maka orang Ende akan bilang kalian semua rakus sekali. "Ini tidak sehat untuk demokrasi," ungkapnya.
Ansy menjelaskan, demokrasi harus ada logika dan etika. Logikanya, yakni, kekuasaan tidak boleh berlama-lama lowong, karena ada tangung jawab untuk kerja pembangunan, pelayanan publik, perberdayaan masyarakat yang tidak bisa hanya dikerjakan oleh Bupati.
"Lalu yang kedua harus ada etikanya. Etikanya kan, ini yang orang bilang etisnya dalam berpolitik itu, kursi ini ditinggalkan oleh partai Golkar mestinya kader partai Golkar yang mendapatkan itu, siapapun dia," ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjut Ansy, PDI Perjuangan mestinya mendorong, mensuport calon yang diusulkan oleh Partai Golkar.
"Kenapa? Politik ini kan dua hal, how to get power, bagaimana mendapatkan kekuasaan, lewat Pilkada, pemilihan langsung dan sudah berdarah-darah. Dan partai pengusung utama ketika itu kan partai Golkar," ungkapnya.
Menurutnya, jika saat ini terjadi permainan macam-macam dan demikian partai Golkar tidak mendapat kekuasaan, Ansy katakan, ada problem etika dalam berpolitik.
Dia tegaskan, jika hari ini Golkar sudah punya calon wakil Bupati Ende, maka posisi PDI Perjuangan harus mendukung calon partai Golkar.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oris Goti)