Independen Coffee Shop Kupang: Merlisia Tonjolkan Latte Art

Independen Coffee Shop Kota Kupang: Melisia Liyanto Tonjolkan Latte Art

Editor: Kanis Jehola
POS KUPANG/ENOLD AMARAYA
Merlisia Liyanto 

Independen Coffee Shop Kota Kupang: Melisia Liyanto Tonjolkan Latte Art

POS-KUPANG.COM - PANDEMI Covid-19 bukan menjadi halangan bagi Melisia Liyanto berusaha. Wanita yang akrab disapa Merli ini justru merintis usaha kedai kopi. Independen Coffee Shop, demikian nama tempat usahanya.

Launching Independen Coffee Shop yang beralamat di Jalan Frans Seda No 16 Kota Kupang, kompleks Bank Christa Jaya, berlangsung, Minggu (14/2) lalu. Merli menjelaskan filosofi nama Independen beserta logonya. Nama Independen dipilih karena dia ingin menghadirkan sesuatu yang berbeda.

Fitri Novianti: Tereliminasi

"Waktu itu sempat ada beberapa nama yang muncul juga, cuma setelah diskusi dengan orang desain dan manager, aku pengen sesuatu nama yang identik dengan aku," jelas Merli saat Ngobrol Asyik Bersama Pos Kupang, Senin (22/2). Acara dengan tema Marketing Campaign Independen Coffee Shop itu dipandu Manager Promosi dan EO Pos Kupang, Clara Marli.

Ia juga menerangkan angka 178 yang tertera di logo Independen. Menurutnya, 178 menunjukkan tanggal Kemerdekaan Indonesia sekaligus hari ulang tahun Merli sendiri, yakni 17 Agustus.

"Jadi kata Independen itu sangat melekat dengan aku dan juga Indonesia dan ulang tahun aku dan Indonesia," ungkapnya.

Perjuangan Hidup Penyintas Covid-19 (Dari Kondisi Terparah CO-RADS 5 dengan Gejala Awal Ringan)

Merli memastikan ada hal berbeda yang disuguhkan Independen dengan coffee shop lainnya di Kota Kupang.

"Aku memfokuskan di latte art (seni menghias minuman di atas cangkir). Salah satu yang membedakan nanti adalah latte art, jadi aku udah tekankan kepada teman-teman di operasional juga, bahwa setiap kopi atau minuman yang keluar dari independen itu harus ada latte artnya," jelas Merli.

Menurutnya, di Kota Kupang masih belum ada coffee shop yang benar-benar fokus pada latte art. Independen Coffee Shop menjadi salah satu yang fokus di latte art tanpa mengesampingkan rasa dan harga.

Meski berasal dari keluarga pengusaha, Merli membangun Independen tanpa campur tangan kedua orang tua.

"Kita ada tim yang cukup solid, ada manager, ada admin, supervisor segala macam. Kita benar-benar terlepas dari orang tua dan hasil kerja keras kemarin dari usaha yang sebelumnya aku pakai untuk bangun Independen ini," tandasnya.

"Tapi tentunya aku masih sering konsultasi dengan orang tua, hal-hal yang mungkin aku belum terlalu paham, jadi orang tua tetap ada andil dalam kasih advice (nasehat)," tambah Merli.

Ia menjelaskan alasan memilih berusaha coffee shop. Menurutnya, karena ada kesempatan yang terbuka.

"Aku sebelum ini sudah berkecimpung didunia F&B (Food and Beverages -red) jadi emang pengalaman di F&B itu sudah ada. Kenapa aku memilih kopi, karena kopi itu bisa dibilang minuman wajib orang-orang sehari -hari dibanding jus atau boba. Kalau orang demen kopi pasti setiap hari dia harus minum dan aku melihat masih ada peluang di situ," papar Merli.

Independen Coffee Shop menyasar berbagai kalangan, mulai dari remaja usia 16 tahun hingga orang kantoran dengan usia 35 tahunan.

"Karena kemarin aku perhatiin itu anak SMA ada, orang kantoran juga ada. Karena lokasi kita juga lumayan strategis, dekat dengan kantor Gubernur, kantor BI, dekat dengan mall juga jadi lalulintasnya memang lumayan bagus," ujarnya.

Lokasi Independen Coffee Shop dekat dengan Kedai Kopi Kulo yang juga milik Merli. Kehadiran Independen untuk melengkapi Kedai Kopi Kulo. Jika Kopi Kulo menyediakan minuman dingin, Independen menyediakan yang panas dengan harga yang terjangkau.

"Untuk semua kalangan karena kita counting pricenya dari Rp 10.000 dan paling mahal itu Rp 25.000. Kopi Cappuccino Latte cuma Rp 23.000. Nanti kita keluarin menu-menu dingin juga, ice drink itu belasan ribu," sebut Merli.

Mengenai bahan baku, Merli mengatakan berasal dari NTT. "Saya komitmen untuk paling tidak, kita ada beans yang dari NTT dan juga kita pakai gula juga harus dari NTT, gula semut," ucapnya.

Ia bertekad melakukan marketing campaign secara online sehingga tidak harus menimbulkan kerumunan, sesuatu yang dilarang saat pandemi Covid-19. Merli mengaku bekerjasama dengan 40-an influencer.

"Kita suruh mereka bantuin post semacam bikin penasaran teman-teman di Kupang. Jadi marketingnya pun via online," jelasnya.

"Kita sekarang fokusnya jualan take away saja. Puji Tuhan meskipun take away, kita masih lumayan untuk penjualannya karena marketing campaign kemarin lumayan berhasil jadi brand awarnessnya udah dibangun," tambahnya.

Merli mengaku telah belajar dari brand-brand di luar NTT untuk fokus ke sosial media. Pasalnya, di sosial media lebih murah jika dibandingkan dengan memasang billboard, iklan di Tv yang biayanya mahal.

"Ini salah satu yang mau aku fokuskan di brand aku, di sosial media yaitu instagram, dibikin feed yang cantik, yang bagus dan setiap hari juga kita harus post sesuatu di Instagram kita biar ada engagement dengan customer jadi nggak cuma kuat dalam segi rasa produk kita, tetapi marketing melalui sosial media sekarang menurut saya sangat penting," beber Merli.

"Brand -brand yang baru mau launching saya sangat menyarankan kita boleh investasi disosial media. Sekarang sih Instagram, untuk jangka panjang, aku melihat instagram harus benar-benar dikelola," tambah Merli.

Menurutnya, setelah pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat PPKM) berakhir, maka Independen Coffee Shop sangat bisa digunakan untuk nongkrong karena tempatnya yang nyaman.

"Kita ada ruangan indoor untuk yang mau AC, mau kerja tugas, butuh ruangan yang tenang, terus ada ruangan outdoor untuk orang-orang yang mau ngerokok," ujarnya.

Selain itu, Independen menyediakan akses WiFi sehingga bagi kaum muda yang membutuhkan jaringan internet untuk mengerjakan tugas atau sekedar bermain, bisa nongkrong di tempat ini. (michaella uzurasi)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved