Cerita Rakyat NTT
Cerita Rakyat NTT Raja Udang dan Sisir Perak Si Gadis dari TTU
Cerita Rakyat NTT Raja Udang dan Sisir Perak si Gadis dari Desa Noemuti, Kecamatan Meomafo Timur, Kabupaten TTU, Provinsi NTT, Indonesia.
POSKUPANGWIKI.COM - Cerita Rakyat NTT Raja Udang dan Sisir Perak si Gadis dari Desa Noemuti, Kecamatan Meomafo Timur, Kabupaten TTU, Provinsi NTT, Indonesia.
Salah satu cerita rakyat NTT adalah Raja Udang. Cerita tentang Raja Udang ini adalah cerita rakyat dari Desa Noemuti, Kecamatan Meomafo Timur, Kabupaten TTU, Provinsi NTT, Indonesia.
Bagaimana kisahnya?
Pada zaman dahulu kala, di Desa Noemuti, Kecamatan Meomafo Timur, Kabupaten TTU, hiduplah satu keluarga yang rukun.
Keluarga itu terdiri dari Bapak, Ibu dan anak-anak.
Mereka hidup bahagia, rumah tempat kediaman mereka sederhana, bersih, rapi dan teratur baik.
Halamannya ditanam dengan bunga-bunga beraneka ragam dan sedap dipandang mata,.
Selain bunga-bunga, ditanami juga bermacam-macam pohon.
Tak jauh dari situ terletak sebuah sungai yang bernama Sungai Noemuti, airnya sangat jernih.
Pada suatu hari, seorang anak gadis dari keluarga itu hendak pergi mandi.
Ia menyiapkan segala kebutuhan untuk dibawanya.
Tidak lama kemudian berangkatlah gadis itu ke sungai dengan membawa sebuah sisik perak peninggalan nenek moyangnya.
Di sana gadis itu mulai mencuci barang cuciannya, lalu mandi dan mencuci rambutnya yang panjang serta menyisirnya dengan sisir perak yang dibawanya.
setelah itu, ia menjunjung barang cucian serta menaruh sisir pada rambutnya bagian belakang.
Ia menyeberangi sungai dan berjalan kembali menuju rumah mereka.
Setiba di rumah dipegangnya rambutnya ternyata sisir peraknya tidak ada lagi.
Ia sangat sedih, karena sisir perak kesayangan dan satu-satunya peninggalan neneka moyang yang di wariskan kepadanya sudah tidak ada.
• Cerita Rakyat NTT : Nenek Belana, Si Kanibal dari Kabupaten Timor Tengah Selatan
• Cerita Rakyat NTT : Maka Ma Pena dari Amarasi, Pengorbanan Seorang Anak Perempuan
Antara sedih dan menyesal gadis itu memutuskan kembali ke sungai mencari sisir peraknya.
Ia mencari kesana kemari sepanjanag jalan, keseberang sungai dengan rasa bingung, sisir peraknya itu tidak dilihatnya.
Ia berdiri dalam keadaan bingung, tiba-tiba ia mendapat satu jalan dan ia mengikuti arus air dan mencari sisir itu mungkin terhanyut dibawa arus.
Segera ia berjalan mengikuti arus itu sambil mencari sisirnya yang hilang itu.
Tiba-tiba ia melihat Raja Udang.
Segera gadis itu bertanya kepada Raja Udang : "Hai Raja Udang apakah kamu melihat sisir perakku?".
Jawab Raja Udang : "Saya tidak melihatnya, coba tanyakan pada Raja Limbar."
Sang gadis itu melanjutkan perjalanannya, tak lama kemudian ia bertemu dengan Raja Limbar. Kepada Raja Limbar gadis itu berkata : "Raka Limbar, apakah engkau melihat sisir perakku?"
Raja Limbar menjawab: "Saya tidak melihatnya, coba tanyakan kepada Raja Belut."
Gadis itu berjalan terus, tak lama berselang ia bertemu dengan Raja Belut.
Kepada Raja Belut anga gadis bertanya lagi : "Hai raja Belut, apakah engkau melihat sisir perakku?"
"Saya tidak melihatnya," jawab Raja Belut. Coba tanyakan kepada Raja Buaya," kata Raja Belut.
Gadis itu berjalan terus menyusuri sungai sambil mencari sisir perak itu.
Ia hampir putus harapan bahwa sisirnya sudah hilang.
Sambil berjalan dan berpikr demikian tiba-tiba ia bertemu dengan Raja Buaya.
"Hai Raja Buaya apakah engkau melihat sisir perakku?"
"Tunggu sebentar saya pergi mengambilnya," kata Raja Buaya.
Raja Buaya segera berangkat. Tak berpa lama kemudian kembalilah Raja Buaya dengan membawa sebuah kotak yang dianyam dari daun lontar.
Raja buaya mendekati si gadis itu lalu menyerahkan kotak yang dibawanya sambil berkata: "Terima dan bawalah pulang, tiba di rumah baru engkau membukanya."
"Terimakasih banyak," jawab sang gadis itu.
Ia pun segera kembali ke rumah dengan hati yang sangat lenga dan gembira.
Karena sang gadis itu ingin sekali melihat sisirnya itu, maka duduklah ia ditengah jalan lalu ia membuka kotak itu.
Apa yang dilihatnya?
Dalam kotak itu ada bermacam-macam ulat. Si gadis itu hilang akal tak sadarkan diri.
Keluarlah ulat-ulat itu lalu memakan sang gadis sampai habis.
Pada akhri cerita ini pencerita berkata: "Foouh..... (bim sala bim).
Hancur seluruhnya dan masuklah ke dalam akar jagungku supaya bertambah subur ternyata esok pagi saya melihat daun jagungku segar bugar. (*)
Dilansir poskupangwiki.com dari buku Himpunan Cerita Rakyat NTT Seri I yang dibuat oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Arkelogi Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Provinsi NTT, Tahun 2004.