Tanamkan Nilai Kebudayaan, Sekola Gembira Akan Selenggarakan Festival Tutu Koda Untuk Anak
mengetahui dan mencerna cerita dan pesan moral yang tersingkap di balik tradisi lisan yang diwariskan turun temurun.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
Tanamkan Nilai Kebudayaan, Sekola Gembira Akan Selenggarakan Festival Tutu Koda Untuk Anak
POS-KUPANG.COM|LEWOLEBA--Kelas Kebudayaan Sekola Gembira akan menyelenggarakan Festival Tutu Koda bagi anak-anak di Kabupaten Lembata pada bulan April 2021 mendatang.
Rencananya, festival budaya ini akan mengangkat kembali tradisi lisan dua kebudayaan besar di Lembata yaitu Kedang dan Lamaholot. Abdul Gafur R Sarabiti, pengampu Kelas Kebudayaan di Sekola Gembira, menjelaskan kegiatan Festival Tutu Koda melibatkan anak-anak supaya mereka melek akan budayanya, paham nilai dan moralitas kebudayaannya.
"Setelah mengadakan riset dan survei tentang tradisi lisan seperti pantun, legenda, mitos, teka-teki dan peribahasa yang masih dituturkan atau yang hampir bahkan yang telah punah, kami akan menyusun rangkaian kegiatan festival tersebut menjadi satu rangkaian kegiatan yang menyenangkan dan mudah dipraktikan oleh anak-anak dan remaja," kata Gafur yang juga adalah pegiat budaya Ditjen KEMENDIKBUD ini.
Gafur berujar dalam festival ini anak-anak dapat mendengarkan, mengetahui dan mencerna cerita dan pesan moral yang tersingkap di balik tradisi lisan yang diwariskan turun temurun.
Nilai-nilai dalam kebudayaan, katanya, sejak dahulu kala telah menjadi petuah moral bagi kehidupan sosial budaya masyarakat yang bermukim di Pulau Lomblen Lembata.
"Sementara ini kami baru mulai menyusun deadline waktu survei dan dokumentasi tradisi lisan di Lembata. Kami berharap rencana yang sudah kami komunikasikan dengan bidang kebudayaan di dinas terkait dapat menjadi awal yang baik bagi kolaborasi antara bidang kebudayaan dan Sekola Gembira Lembata," tandasnya.
Kepala Sekola Gembira saat ini Mardoatillah berujar kebanyakan peserta didik mereka memang adalah anak-anak pesisir Lewoleba dengan usia yang bervariasi. Ada anak yang baru mau beranjak sekolah, ada yang putus sekolah, anak SD dan SMP.
"Nampak sekali anak anak gembira. Apalagi anak SD itu tidak butuh yang monoton. Jadi kita bawa mereka belajar sambil bermain," ungkap Mardoatillah yang juga masih menuntut ilmu di Universitas Terbuka.
Dia sadar pendidikan yang monoton dan membosankan menyebabkan anak-anak tidak semangat belajar, apalagi menyerap materi pelajaran. Sekola Gembira selalu memastikan kalau anak-anak belajar dengan rasa gembira. Maka, di Sekola Gembira anak-anak belajar sambil bermain, bermain sambil belajar.
Untuk menumbuhkan rasa nasionalisme, Kelas Kebangsaan juga sudah pernah menggelar Film Soedirman.
Sedangkan, Kelas Lingkungan menggelar nonton film The Bajau dan terlibat dengan komunitas muda lainnya melaksanakan Festival Sampah untuk menumbuhkan rasa cinta lingkungan dalam diri anak-anak.
• Polres Belu Laksanakan Program Kampung Tangguh di Silawan
• Bupati Ende Djafar Positif Covid-19 yang Kontak Erat Diswab Antigen
Selain bergerak dalam dunia pendidikan, para relawan Sekola Gembira juga banyak terlibat dalam aksi-aksi kemanusiaan.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)