Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Rabu 17 Februari 2021: Memaknai Hari Rabu Abu, Kita Hanya Debu
Masa prapaskah: momentum penuh rahmat untuk merespons dan menjawab seruan rahmat Allah dengan sikap tobat, puasa, amal dan doa.
Renungan Harian Katolik, Rabu 17 Februari 2021: Memaknai Hari Rabu Abu, Kita Hanya Debu (Matius 6 : 1-6,16-18)
Oleh: RD. Maxi Un Bria
POS-KUPANG.COM - Selamat Merayakan dan Memaknai Hari Rabu Abu. Sebagai saat istimewa bagi segenap umat Kristiani untuk bermenung dan merefleksikan betapa pentingnya spirit memperbaharui diri sebagai jalan spiritual untuk berekonsiliasi dengan Allah dan memperbaiki relasi personal dengan diri sendiri dan sesama.
Hari Rabu Abu sebagai hari pertama dimulainya masa Prapaskah. Momentum penuh rahmat untuk merespons dan menjawab seruan rahmat Allah dengan sikap tobat, puasa, amal dan doa.
Spirit pertobatan, puasa, amal dan doa dimulai dengan kesadaran fundamen bahwa sesungguhnya kita hanya debu dan bayangan. Kita cumalah manusia biasa yang rapuh dan berdosa di hadapan Allah. Pada Perayaan Hari Rabu Abu, segenap insan Kristiani kembali diingatkan bahwa mereka berasal dari abu dan akan kembali menjadi abu.
Karena itu Nabi Yoel menyerukan pentingnya pertobatan dalam hidup demikian, “ Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.’ Koyaklah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” ( Yl 2:12-13 ).
Sebagai manusia beriman kita diajak untuk mengembankan tiga sikap iman: berpuasa, berdoa dan beramal. Dengan berpuasa kita menata kembali disposisi batin dan mengevaluasi hidup personal secara mendalam untuk memperbaiki relasi kita dengan Tuhan dan sesama.
Dengan berdoa kita mengadakan dialog yang tulus dengan Allah untuk memohonkan rahmat agar puasa yang dijalankan efektif untuk pembaharuan hidup yang lebih baik dan berkenan bagi Tuhan. Doa juga menjadi kekuatan untuk menghadapi berbagai godaan duniawi yang dapat mengelabui mata dan mengaburkan niat suci dan motivasi dalam berpuasa dan ketika bersekutu dengan Tuhan.
Dengan beramal kita ditempa untuk belajar menjadi murah hati seperti Bapa yang murah hati. Perbuatan amal mengasah kebaikan dan kemurahan hati kita di tengah tatanan dunia yang cenderung mementingkan diri sendiri dan kurang peduli terhadap sesama.
Adapaun perbuatan amal yang direkomendasikan Yesus adalah tindakan amal yang dilakukan dengan tersembunyi. “Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tangan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Juga jangan muram wajahmu saat berpuasa, melainkan dengan gembira dan niat yang suci di hadapan Tuhan.
Puasa juga membantu manusia untuk mengembangkan auara positif, meningkatkan nutrisi rohani dan imun tubuh dalam menghadapi berbagai kecenderungan negatif yang dapat merusak relasi spiritual dengan Allah maupun relasi manusiawi dengan sesama.
Semoga Perayaan Hari Rabu Abu hari ini kembali menyadarkan kita untuk mengembangkan sikap pertobatan, puasa dan kerendahan hati dalam hidup karena sadar bahwa hari-hari ini terus berlalu dan bergerak berlanjut begitu cepat.
Sementara kita berada di dalamnya. Entahkah kita sadar bahwa kita ternyata hanyalah debu dan bayangan ( Pulvis et umbra sumus ) yang dulu pernah tidak ada dan suatu saat akan tiada pula?
Selamat Hari Rabu Abu. Salve.*