Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Rabu 17 Februari 2021, Rabu Abu, TOBAT: TANDA CINTA MANUSIA AKAN ALLAH

Tobat adalah tanda manusia berpaling kembali kepada Allah. Tobat menunjukkan tanda cinta, tanda kerinduan manusia akan Allah.

Editor: Agustinus Sape
Foto pribadi
Fr. Damianus Bell 

Renungan Harian Katolik, Rabu 17 Februari 2021: Rabu Abu, Puasa dan Pantang, TOBAT: TANDA CINTA MANUSIA AKAN ALLAH (Yoel 2:12-18; 2Korintus 5:20-6:2; Matius 6:1-6,16-18)

Oleh: Fr. Damianus Bell

Calon Imam Keuskupan Agung Kupang

POS-KUPANG.COM - Tobat adalah tanda manusia berpaling kembali kepada Allah. Tobat menunjukkan tanda cinta, tanda kerinduan manusia akan Allah. Bahwasannya, ketika manusia jatuh dalam dosa, manusia sendiri menciptakan jurang yang tak dapat diseberangi, tak ada penghubung kembali kepada Allah. Maka jalan mutlak yang Allah tawarkan adalah jalan pertobatan.

Ketika manusia bertobat, menyangkali diri dari tawaran duniawi yang memberikan kenikmatan semu, maka manusia ingin mempersatukan kembali diri dengan Allah dalam kebangkitan.

Nabi Yoel dalam bacaan pertama menyerukan pertobatan; "berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh" (Yoel 2:12b).

"Berbalik" menunjukkan sikap penyangkalan diri manusia dari kekuatan keinginan kedagingan, kembali kepada Allah. Puasa, menangis atau penyesalan, mengaduh atau doa merupakan jalan-jalan Allah bagi manusia yang dapat ditempuh untuk kembali kepada Allah.

Rasul Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus juga menyerukan pertobatan melalui abdi-abdi Allah atau pelayan-pelayan Allah atau nabi-nabi yang diutus.

"Dalam nama Kristus kami meminta kepada kamu: Berilah dirimu didamaikan dengan Allah" (2Kor.5:20b). Berdamai dengan Allah berarti mengekang segala gejolak batin, menyangkali segala kecondongan hati agar hati menjadi murni dan berkenan dipersatukan kembali dengan Allah. Sebab hati yg bernoda tak berkenan kepada Allah.

Kematian Kristus bagi dosa-dosa kita juga suatu janji bahwa bersamaNya semua sungguh akan dibangkitkan. Tentang kapan waktunya manusia bertobat, Allah menghendaki agar kini dan di sini (hic et nunc).

"Sungguh, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu" (2Kor.6:2b).

Penginjil Matius menyajikan tiga jalan utama bagi manusia yang dapat ditempuhnya sebagai jalan pernyataan pertobatan yang nyata. Pertama: hal memberi sedekah; Kedua: hal berdoa dan Ketiga: hal berpuasa.

Ketiga hal ini merupakan praktek keagamaan yang sangat penting bagi orang Farisi yang dibicarakan Yesus dalam bagian ketiga khotbah di bukit. Yesus menegaskan bahwa tindakan-tindakan religius demikian dilakukan demi menghormati Tuhan bukan semata menonjolkan diri. Yesus mengkritisi penonjolan diri orang-orang Farisi, bukan tindakan saleh mereka.

Pertama, bersedekah. Bersedekah berarti mengekang sikap ingat diri, melepas bebas akan keterikatan hal material dan melakukan tindakan kasih kepada orang-orang miskin, orang sakit, tak berdaya.

Kedua, berdoa. Yesus mengkritisi cara berdoa orang Farisi yang suka menonjolkan diri. Motif doa mereka semata-mata untuk mempublikasikan atau memamerkan diri. Yesus menginginkan agar dalam berdoa disampaikan dengan hati yang tulus dan ikhlas, dan tak perlu dilihat orang lain.

Ketiga, berpuasa. Puasa berarti menahan diri akan gejolak batin dan dorongan hawa nafsu terhadap tawaran kenikmatan duniawi. Hal ini tidak berkaitan dengan tindakan lahiriah yang mesti diperhatikan. Sejatinya puasa berarti latihan batin melepaskan serta menahan diri terhadap tawaran kenikmatan duniawi. Sebab Allah yang mahatahu mengetahui serta mengganjari tindakan tersebut.

Hari ini gereja merayakan "Rabu Abu". Gereja merayakan Rabu Abu dengan menandai diri dengan abu di dahi sebagai lambang pertobatan, kerapuhan, kerendahan hati, ketidaklayakan. Bahwasannya manusia berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Abu juga menjadi tanda kerapuhan manusia yang mudah jatuh dalam kelemahan dan dosa.

Dengan memasuki "Rabu Abu", maka gereja memulai masa prapaskah atau masa pertobatan selama 40 hari tanpa menghitung hari minggu. Masa ini disebut masa ret-ret agung, masa dimana manusia bergulat dengan diri, mengasingkan diri ke "gurun" kehidupannya untuk menemukan Allah. Masa ini akan genap pada hari Sabtu sebelum perayaan Minggu Palma.

Salam SEROJA (Sehat Rohani Jasmani).*

Simak juga video renungan berikut:

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved