Laut China Selatan
Jokowi Buka Suara, Ungkap Kunci Utama China VS Amerika Bisa Damai di Laut China Selatan, Apa?
Jokowi Buka Suara, Ungkap Kunci Utama China VS Amerika Bisa Damai di Laut China Selatan, Apa?
POS-KUPANG.COM - Jokowi Buka Suara, Ungkap Kunci Utama China VS Amerika Bisa Damai di Laut China Selatan, Apa?
Presiden Joko Widodo mengatakan, stabilitas di Laut China Selatan akan tercipta apabila semua negara yang terlibat menghormati hukum internasional.
Hal itu diungkapkan Jokowi usai menggelar pertemuan dengan Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin di Istana Merdeka, Jumat (4/2/2021).
• Aurel Hermansyah Nangis Saat Disuru Ashanti Minta ijinke Raul Lemas untuk Nikah, Istri Anang Kaget
• GALAK, Andin Tampar Elsa! Aldebaran Kecewa Reyna Bukan Anak Roy? Ikatan Cinta 16 Februari 2021 SERU!
• KUNCI Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 4 Halaman 70-77: Mengenal Keunikan Pakaian Adat Wanita Minangkabau
• Demi Keterangan, Budan Senior Rela Tanam Emas Berlian di Tenggorokannya,Roy Kiyoshi Ungkap Sosik ini
Dalam pertemuan itu dibahas sejumlah isu dunia, antara lain soal kudeta militer Myanmar, persoalan Rohingnya hingga Laut China Selatan.
"Kita juga bertukar pikiran tentang stabilitas dan keamanan kawasan. Saya menekankan bahwa stabilitas akan tercipta, termasuk di Laut China Selatan jika semua negara menghormati hukum internasional," ujar Jokowi saat menyampaikan keterangan pers yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Jumat.
"Terutama (menghormati) UNCLOS 1982 (konvensi hukum laut PBB tahun 1982)," lanjutnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengatakan, soal tuntutan maritim di perairan Laut China Selatan tersebut dan penyelesaiannya hendaklah dibuat secara aman berdasarkan prinsip-prinsip undang-undang antarabangsa yang disepakati secara universal.
Termasuk di dalamnya UNCLOS 1982.
Menurut Muhyiddin, semua pihak perlu menghindari tindakan yang menimbulkan ketegangan dan bersifat provokatif (self–restraint) serta tindakan militer.
"Malaysia berkomitmen untuk menyelesaikan isu-isu berkaitan Laut China Selatan secara konstruktif, menggunakan forum dan saluran diplomatik yang sesuai," tutur Muhyiddin.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berkali-kali mengingatkan kepada semua negara, termasuk Amerika Serikat dan China, untuk menahan diri buat menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
Konflik di Laut China Selatan dipicu oleh klaim atas pulau dan perairan oleh China, Brunei Darussalam, Taiwan, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.
Wilayah menjadi sengketa ini termasuk Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel.
• Aurel Hermansyah Nangis Saat Disuru Ashanti Minta ijinke Raul Lemas untuk Nikah, Istri Anang Kaget
• GALAK, Andin Tampar Elsa! Aldebaran Kecewa Reyna Bukan Anak Roy? Ikatan Cinta 16 Februari 2021 SERU!
• Presiden Klub Madura United Sarankan RD Berani Mainkan Pemain Jebolan Akademi MU ?
• Demi Keterangan, Budan Senior Rela Tanam Emas Berlian di Tenggorokannya,Roy Kiyoshi Ungkap Sosik ini
Keenam negara pengklaim itu berkepentingan untuk menguasai hak untuk stok perikanan, eksplorasi dan ekploitasi terhadap cadangan minyak dan gas, serta mengontrol jalur pelayaran di Laut China Selatan.
Nilai komoditas perdagangan melewati Laut China Selatan saban tahun sebesar $3,37 triliun atau sepertiga dari total perdagangan maritim dunia.
Sekitar 80 persen dari impor energi China dan 39,5 persen dari total perdagangan mereka melewati Laut China Selatan.
Sejak 2013, China mulai melakukan pembangunan di Kepulauan Spratly dan Paracel.
Tindakan tersebut mengundang kecaman internasional.
Mulai 2015, Amerika Serikat dan negara-negara lain, termasuk Perancis dan Inggris, melakukan apa yang disebut kebebasan operasi navigasi di Laut China Selatan.
BACA JUGA BERITA LAINNYA:
Laut China Selatan Kembali Memanas, China Beri Peringatan Keras kepada Inggris, Ini Fakta yang Terjadi
China memperingatkan Inggris dan negara Barat lainnya untuk tidak mengirim kapal perang ke Laut China Selatan.
“Negeri Panda” menyatakan bahwa pihaknya bakal mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kedaulatannya.
Ancaman tersebut dilontaskan China setelah muncul kabar kalau kapal induk terbaru Inggris, HMS Queen Elizabeth, akan dikerahkan ke Laut China Selatan dalam beberapa bulan mendatang.
Rencana pengerahan HMS Queen Elizabeth ke perairan tersebut merupakan bagian dari misi operasional pertamanya. Sepanjang 2020, ketegangan antara China dan Barat terus meningkat sebagaimana dilansir dari The Sun, Sabtu (2/1/2021).
Ketegangan tersebut disebabkan oleh berbagai sebab seperti penanganan China terhadap pandemi virus corona, penanganan terhadap aksi protes di Hong Kong, dan kendali atas Laut China Selatan. Sementara itu, Amerika Serikat ( AS) sering mengirim kapalnya melalui Laut China Selatan untuk menantang klaim China atas wilayah tersebut.
Selain itu, ada spekulasi bahwa Inggris akan melakukan hal yang sama ketika HMS Queen Elizabeth beroperasi penuh. Kapal induk tersebut diharapkan untuk bergabung dengan pasukan Angkatan Laut AS dan Jepang di dekat Kepulauan Ryukyu Jepang secepatnya pada 2021 menurut Kyodo News.
Dalam konferensi pers bulanan di Beijing pada Kamis (31/12/2020, Juru Bicara Kementerian Pertahanan China Tan Kefei ditanyai tentang rencana pengerahan HMS Queen Elizabeth tersebut di Laut China Selatan.
• Aurel Hermansyah Nangis Saat Disuru Ashanti Minta ijinke Raul Lemas untuk Nikah, Istri Anang Kaget
• GALAK, Andin Tampar Elsa! Aldebaran Kecewa Reyna Bukan Anak Roy? Ikatan Cinta 16 Februari 2021 SERU!
• Renungan Harian Katolik, Selasa 16 Februari 2021: Jauhilah Pengaruh Buruk!
"Pihak China percaya bahwa Laut China Selatan tidak boleh menjadi lautan persaingan kekuatan besar yang didominasi oleh senjata dan kapal perang,” kata Tan.
Dia menambahkan bahwa alasan sebenarnya adanya militerisasi di Laut China Selatan berasal dari negara-negara di luar kawasan tersebut. Pasalnya, China berpendapat bahwa kekuatan asing mengirimkan kapal-kapalnya ke Laut China Selatan, ribuan kilometer jauhnya dari rumahnya.
"Militer China akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunannya serta perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan," tutur Tan.
Sejumlah negara termasuk China, Taiwan, Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam membuat klaim atas sebagian Laut China Selatan.
Selain itu, berbagai negara lain ingin mempertahankan akses ke jalur pelayaran di daerah itu. Laut China Selatan disebut sangat seksi karena perdagangan global senilai 3,4 triliun dollar AS (Rp 48.326 triliun) melewati perairan itu setiap tahun.
Angka tersebut menyumbang sekitar sepertiga dari semua perdagangan maritim global. Selain itu, Laut China Selatan memiliki stok ikan yang melimpah serta cadangan minyak dan gas bumi yang besar.
Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menarik kecaman internasional atas pembangunan pangkalan militernya di perairan yang disengketakan tersebut. Gambar satelit juga menunjukkan jet tempur China dikerahkan ke pulau-pulau di wilayah tersebut.
• GALAK, Andin Tampar Elsa! Aldebaran Kecewa Reyna Bukan Anak Roy? Ikatan Cinta 16 Februari 2021 SERU!
• Demi Keterangan, Budan Senior Rela Tanam Emas Berlian di Tenggorokannya,Roy Kiyoshi Ungkap Sosik ini
• Aurel Hermansyah Nangis Saat Disuru Ashanti Minta ijinke Raul Lemas untuk Nikah, Istri Anang Kaget
Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag pada 2016 menemukan bahwa tidak ada bukti kalau China secara historis melakukan kontrol eksklusif atas perairan atau sumber daya mereka.
Keputusan itu mengatakan bahwa tidak ada dasar hukum bagi China untuk mengeklaim hak bersejarah atas sumber daya di Laut China Selatan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul https://nasional.kompas.com/read/2021/02/05/15100921/jokowi-stabilitas-di-laut-china-selatan-tercipta-jika-semua-negara-hormati