Anies Baswedan Dijepit 2 Banteng Moncong Putih Hasil Survei Terbaru Median, Siapa Sih? Simak Di Sini

Meski berstatus mantan narapidana, Ahok ternyata masih disebut-sebut sebagai figur yang pantas masuk dalam bursa calon gubernur DKI periode 2024-2029.

Editor: Frans Krowin
Kompas.com
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok hadir saat pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Minggu (20/10/2019). Jokowi dan Maruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden masa jabatan 2019-2024.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO) 

Anies Baswedan Dijepit 2 Banteng Moncong Putih Hasil Survei Terbaru Median, Siapa Sih? Simak Di Sini

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Anies Baswedan semakin disorot. Setidak sorotan itu muncul setelah sebuah lembaga survei merilis hasil survei terbaru 2021. 

Survei tersebut dilakukan oleh Media Survei Nasional (Median) untuk proses survei pada 31 Januari-3 Februari 2021.

Survei itu menunjukkan hasil yang mengejutkan. Nama Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok kembali mencuat membayang-bayangi Anies Baswedan yang kini Gubernur DKI Jakarta. 

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok masih menjadi pilihan sebagian warga Jakarta sebagai calon pemimpin jika Pilkada DKI digelar saat ini.

Meski berstatus mantan narapidana, Ahok ternyata masih disebut-sebut sebagai figur yang pantas masuk dalam bursa calon gubernur DKI periode 2024-2029.

Hasilnya, elektabilitas Ahok berada di posisi ketiga, di bawah Gubernur DKI Anies Baswedan dan Menteri Sosial Tri Rismaharini.

Direktur Riset Media Survei Nasional (Median) Ade Irfan Abdurrahman mengatakan, semula pihaknya melakukan survei tanpa menyodorkan nama alias pertanyaan terbuka (top of mind).

Sebanyak 8,5 persen responden warga Jakarta mengaku ingin Ahok kembali menjabat Gubernur DKI.

Di atas Komisaris Utama Pertamina itu, yakni Anies dengan elektabilitas 40,5 persen dan Risma 16,5 persen.

"Yang menarik di posisi ketiga secara top of mind, Ahok muncul di posisi ketiga dengan angka 8,5 persen," ujar Ade dalam konferensi pers virtual, Senin (15/2/2021).

Ahok memang bukan nama baru di panggung politik Jakarta. Di Ibu Kota, ia memulai karier sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta berpasangan bersama Joko Widodo pada 2012.

Setelah Jokowi terpilih menjadi Presiden RI pada Pilpres 2014, Ahok menggantikan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Namun, jauh sebelum berkarier sebagai politisi di Jakarta, Ahok memiliki beragam latar belakang, mulai dari pengusaha hingga menjadi anggota legislatif.

Kepemimpinan Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat menjadi gubernur selalu dibanding-bandingkan oleh warganet
Kepemimpinan Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat menjadi gubernur selalu dibanding-bandingkan oleh warganet (Kolase foto Wartakotalive.com)

Pengusaha Timah di Belitung

Lulus sebagai sarjana Teknik Geologi dari Universitas Trisakti, Ahok tak langsung bersentuhan dengan dunia politik.

Dia memilih menjadi seorang pengusaha dan mendirikan CV Panda di Belitung pada 1989 yang bergerak di bidang pertambangan timah.

Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Ahok kembali melanjutkan pendidikan tinggi ke jenjang magister di bidang manajemen keuangan.

Setelah lulus, dia kemudian bekerja di PT Siamxindo Primadya di Jakarta yang bergerak di bidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik.

Setelah dirasa cukup modal, pada 1992, Ahok kembali ke Belitung dan mendidikan PT Nurinda Ekapersada. Pabrik itu didirikan di Dusun Burung Mandi, Desa Mangkubang, Belitung Timur.

Pabrik pengolahan pasir kwarsa pertama di Belitung tersebut kemudian ditutup pemerintah dengan alasan dijadikan wilayah hutan lindung di area pertambangan pabrik yang didirikan Ahok.

Instagram @btpnd
Ahok dan Puput Nastiti Devi
Instagram @btpnd Ahok dan Puput Nastiti Devi (Instagram @btpnd)

Menjadi Wakil Rakyat

Setelah menjadi pengusaha, pada tahun 2004 Ahok terjun ke politik bernaung bersama Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB).

Sebagai seorang keturunan Tionghoa, tidak mudah bagi Ahok untuk meyakinkan masyarakat Belitung memilih dia menjadi wakil rakyat.

Namun, metode blusukan ke pelosok Belitung membuat masyarakat memberikan kepercayaan Ahok untuk mewakili suara mereka di DPRD Kabupaten Belitung periode 2004-2009.

Pada saat menjabat sebagai anggota Dewan, Ahok dikenal dengan integritasnya yang tinggi dan tidak sama sekali melakukan politik uang pada pemilihnya.

Dia juga dikenal tegas menolak praktik korupsi dan tidak menerima uang perjalanan dinas fiktif dari DPRD serta familiar dengan gerakan blusukan menemui warga.

Menjadi Bupati Belitung Timur

Moncer meraih suara sebagai politisi di kancah legislatif, Ahok mencoba peruntungan menjadi eksekutif dan mencalonkan diri sebagai bupati Belitung Timur tahun 2005-2010.

Dia berhasil meraih suara 37,13 persen suara dan dinobatkan sebagai pemenang dalam pemilihan bupati Belitung Timur periode 2005-2010.

Setelah menang menjadi bupati, Ahok tak langsung berpuas diri. Dia kembali mencoba peruntungan dalam pemilihan gubernur Bangka Belitung.

Namun, Ahok gagal menjadi pemenang dalam pilkada tersebut.

Setahun sebelum masa jabatannya sebagai bupati Belitung Timur, Ahok maju sebagai calon anggota legislatif tingkat pusat dari Partai Golkar dan berhasil lolos dengan mudah.

Ilustrasi. Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menemui Menko Maritim, Rizal Ramli.
Ilustrasi. Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menemui Menko Maritim, Rizal Ramli. (Warta Kota.Com)

Wakil Gubernur dan Gubernur DKI Jakarta

Pada 2012, Ahok kembali maju mendampingi Jokowi sebagai calon wakil gubernur dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta dan berhasil menjadi pemenang.

Dua tahun kemudian, Jokowi maju mengikuti pemilihan presiden dan berhasil memenangi pemilihan persiden bersama calon wakil presidennya, Jusuf Kalla.

Otomatis, Ahok yang menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI mengisi kekosongan jabatan Gubernur DKI yang ditinggal Jokowi.

Karier politik Ahok yang moncer akhirnya tersandung kasus penistaan agama menjelang Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.

Ahok menghadapi kasus penistaan agama sejak 2016 dan divonis dua tahun penjara pada 9 Mei 2017, lalu dinyatakan bebas pada 24 Januari 2019.

Apakah Ahok Bisa Maju Dalam Pilkada?

Kesempatan untuk bisa mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta bisa didapat Ahok apabila sudah melewati lima tahun sejak hari dibebaskan dari tahanan.

Hal tersebut tertuang dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 56/PUU-XVII/2019 yang memungkinkan seorang mantan narapidana mencalonkan diri sebagai gubernur, tetapi dengan syarat menunggu jeda waktu lima tahun setelah melewati masa pidana penjara.

Selain itu, Ahok juga wajib mengumumkan mengenai latar belakang dirinya sebagai mantan narapidana jika ingin mencalonkan diri sebagai kepala daerah.

Putusan MK tersebut mengubah Pasal 7 ayat 2 huruf G Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada yang sebelumnya tidak ada persyaratan jeda waktu, kini harus ada jeda waktu lima tahun.

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (kiri) dan Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan (kanan).
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (kiri) dan Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan (kanan). (tribunnews.com)

Banyak Juga Warga Pilih Ahok

Elektabilitas Anies Baswedan masih berada di posisi teratas di mata warga Jakarta jika dilakukan pemilihan gubernur DKI Jakarta saat ini.

Sementara dua tokoh lain yang berada di bawah Anies, yakni dua politisi PDI Perjuangan, yakni Tri Rismaharini alias Risma dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Direktur Riset Media Survei Nasional (Median) Ade Irfan Abdurrahman mengatakan, awalnya pihaknya melakukan survei tanpa menyodorkan nama alias pertanyaan terbuka (top of mind).

Responden ditanya siapa pilihan pemimpinnya di Ibu Kota. Hasilnya, nama Gubernur DKI Jakarta saat ini berada di posisi teratas.

"Di posisi pertama masih Anies Baswedan di angka 40,5 persen," kata Ade dalam konferensi pers virtual, Senin (15/2/2021).

Sementara posisi kedua, responden paling banyak menyebut nama Risma dengan angka 16,5 persen.

Risma belakangan banyak mendapat sorotan publik setelah aksi blusukan di Ibu Kota sebagai Menteri Sosial.

Ade mengaku cukup terkejut karena sebagian responden masih menyebut nama Ahok, mantan Gubernur DKI.

Sebanyak 8,5 persen responden mengaku ingin Ahok kembali menjabat Gubernur DKI. Angka itu masih lebih tinggi dibanding nama Sandiaga Uno, mantan Wakil Gubernur DKI.

"Yang menarik di posisi ketiga secara top of mind, Ahok muncul di posisi ketiga dengan angka 8,5 persen barulah kemudian disusul dengan Sandiaga Uno 5,3 persen," tutur Ade.

Nama-nama lainnya yang muncul, yaitu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Mantan Wakil Gubernur DKI Djarot Syaiful Hidayat, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi hingga artis Baim Wong dengan masing-masing 0,5 persen.

Adapun survei tersebut dengan cara tatap muka dengan populasi survei warga Jakarta yang memiliki hak pilih dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi dan gender.

Sampel yang digunakan 400 responden dengan margin of error sebesar +/- 4,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

"Survei ini kami danai sendiri dan kami gunakan dana lebih dari survei-survei kami sebelumnya," ucap Ade.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat Ahok Masih Dipilih Warga Jakarta sebagai Calon Gubernur...", Klik untuk baca: https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/15/16514271/saat-ahok-masih-dipilih-warga-jakarta-sebagai-calon-gubernur?page=all

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Survei Median Cagub Jakarta: Elektabilitas Anies Teratas, Risma dan Ahok Membuntuti", Klik untuk baca: https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/15/12454701/survei-median-cagub-jakarta-elektabilitas-anies-teratas-risma-dan-ahok?page=all

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved