Mengintip Siselo Susurang, Festival Kampung Wuring Suku Bajo dan Bugis di Pantai Utara Flores
Kehidupan masyarakat nan unik yang didominasi oleh nelayan telah menjadi daya tarik tersendiri untuk disingkap.
Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
Mengintip Siselo Susurang, Festival Kampung Wuring Suku Bajo dan Bugis di Pantai Utara Flores
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Kampung Wuring yang berada di sisi utara Kota Maumere, ibukota Kabupaten Sikka dikenal sebagai salah satu perkampungan di atas air. Dalam beberapa tahun terakhir, kampung yang dihuni suku Bajo dan Bugis itu telah menjadi satu destinasi wisata sosial yang menarik magnet pelancong dan wisatawan.
Kehidupan masyarakat nan unik yang didominasi oleh nelayan telah menjadi daya tarik tersendiri untuk disingkap.
Adalah Siselo Susurang, sebuah festival hasil kerja sama antara Komunitas KAHE Maumere dengan Teater Garasi/Garasi Performance Institute dan didukung oleh Voice Indonesia mencoba mengajak masyarakat untuk terlibat bertukar kabar dan berbagi cerita tentang kebudayaan, lingkungan, dan kehidupan sosial masyarakat Kampung Wuring itu.
Maria Pankratia dan Ticha Solapung dari Komunitas KAHE Maumere menjelaskan, Siselo Susurang akan dilaksanakan secara daring dan luring di Kampung Wuring, sebuah pemukiman warga Bajo dan Bugis terbesar di Kabupaten Sikka sejak 14 Februari hingga 27 Februari 2021.
Siselo Susurang, kelas keduanya, menampilkan karya-karya film dokumenter, foto, buku resep, komik digital, dan dokumentasi proses yang dikerjakan bersama dengan warga kampung Wuring pada tahap penciptaan/produksi.
Karya-karya tersebut didasarkan pada isu, potensi, dan modal yang ada di kalangan warga kampung dan Komunitas KAHE sebagai fasilitator sekaligus co-creator.
Mereka menjelaskan, presentasi karya dan proses penciptaan dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain pameran dalam bentuk majalah dinding yang disebar di beberapa titik di tiga wilayah kampung Wuring, berikut perayaan syukuran, pertunjukan, dan diskusi yang dilakukan secara terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat serta diseminasi pengetahuan dalam bentuk pameran/pertunjukan melalui kanal-kanal virtual.
"Siselo Susurang bukanlah aktivitas awal di Kampung Wuring. Sejak Januari 2020 hingga Februari 2021, Komunitas KAHE telah melakukan beragam aktivitas bersama masyarakat Kampung Wuring, melibatkan warga kampung Wuring Leko, para ibu, serta kaum muda," ujar Ticha Solapung.
Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan, kata dia, antara lain live in, beberapa forum musyawarah, lokakarya, dokumentasi arsip dan potensi kesenian serta kebudayaan setempat.
Siselo Susurang, dijelaskan dia, bertujuan untuk mengakomodasi isu-isu sosial, ekspresi politis, dan kegelisahan masyarakat Kampung Wuring, melalui medium kesenian. "Isu-isu, problem, dan suara kampung Wuring dipresentasikan melalui seni pertunjukan dan pameran-pameran seni rupa," ujarnya.
Ia mengatakan, Siselo Susurang diharapkan dapat memberi pengaruh pada pengetahuan dan kesadaran masyarakat luas mengenai eksistensi dan kekayaan kampung Wuring yang sering disepelekan atau bahkan tidak dianggap.
Lebih luas lagi, Siselo Susurang hendak merangsang pengambilan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah daerah perihal pembangunan sumber daya manusia di kampung Wuring, terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi mereka.
"Pada akhirnya, Siselo Susurang merupakan sebuah hasil, apresiasi, perayaan, bentuk syukur, juga usaha kecil untuk merawat peradaban serta melestarikan budaya dan kehidupan bersama warga Kampung Wuring," tambah dia.
Ia juga menjelaskan, dalam prosesnya, hal yang menjadi perhatian Siselo Susurang adalah tetap mengaktifkan dan membangun partisipasi warga kampung yang terlibat dalam proses penciptaan untuk menyebarkan gagasan dan pesan, kegembiraan dan capaian, aspirasi dan harapan mereka pertama-tama kepada sesama warga kampung Wuring.
Siselo Susurang dibuka dengan pengajian yang dilakukan secara terbatas. Sementara itu, pameran dalam format wallpaper atau wall magazine dapat diakses di 6 titik selama 16 hari agar meminimalisasi kerumunan warga, sekaligus memberikan kesempatan melihat bagi masyarakat yang kebetulan berkesempatan melewatinya.
Video-video dokumenter akan diputar melalui TV kabel. Rangkaian diskusi akan dilangsungkan melalui platform Zoom, sedangkan pameran dapat diakses secara bebas di platform website laune.id (jadwal terlampir).
ia menjelaskan, disamping adanya keterbatasan akibat pandemi Covid-19, beragam mode pertunjukan virtual juga sengaja dirancang sebagai sebuah upaya menggalang lebih banyak keterlibatan pihak terhadap isu sosial budaya di kampung Wuring, sekaligus menjadi jembatan untuk mempertemukan kebudayaan di kampung Wuring dengan publik yang lebih luas.
Tentang Komunitas KAHE
Komunitas KAHE berbasis di Kota Maumere, Kabupaten Sikka. Komunitas KAHE bersifat kolektif, bergerak di bidang kesenian dan kebudayaan. Dalam kerja-kerjanya, Komunitas KAHE melihat kesenian dan kebudayaan sebagai medium produksi pengetahuan yang terkait secara dialektis dengan perkembangan masyarakatnya.
Program-program Komunitas KAHE dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pengembangan sumberdaya dan kapasitas anggota serta pengamatan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Program-program tersebut diinisiasi oleh individu atau kolektif, diusulkan, kemudian dirancang bersama-sama dalam komunitas.
Kerja-Kerja Utama Komunitas KAHE di antaranya adalah Festival Maumerelogia, M7.8SR – Refleksi Tsunami di Maumere dalam Memori Perubahan dan Ancaman, Performing Differences-Teater Garasi/Garasi Performance Institute, KAHE Exhibition, Klub Baca, Studio Teater KAHE, dan Jamming Sastra, Bermitra dengan Komunitas Huruf Kecil yang bergulat pada isu anak dan lingkungan.
• Dibongkar Raffi Ahmad, Begini Keinginan Nagita Slavina di Ranjang Saat Rafathar TakAda: Maunya Gitu
Siselo Susurang akan menjadi festival pertama Komunitas KAHE yang mengkombinasikan beragam bentuk pertunjukan dan diskusi, dan dilangsungkan melalui platform daring dan luring sekaligus.(Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong )