China Semakin Mengerikan, Kini Bentuk Pasukan Berani Mati Siap Perang Lawan Tentara AS, Apa Sanggup?
Pasukan yang digembleng secara khusus tersebut telah siap melawan tentara AS (Amerika Serikat) dan sekutu AS yang berada di bawah NATO
Karena lawan mereka adalah NATO, kekuatan militer utama dunia.
Maka jika tentara China setengah-setengah dalam perang kelak, siap saja disapu bersih armada gabungan NATO.
Tentu banyak yang berambisi punya tentara super, tentara yang tahan sakit, tahan suhu dingin atau tetap bugar meski tak tidur. Tapi, seperti terlihat dalam proyek Iron Man yang dikembangkan AS, kendala praktis sering kali membuat program militer tak bisa diwujudkan sesuai harapan.

Disebutkan pula China "mengeksplorasi kemungkinan mengembangkan seragam canggih dan kolaborasi antara manusia dan mesin".
Tulisan ini disusun sebagian besar mendasarkan pada pendapat pakar strategi China. Namun, salah seorang penulis artikel tersebut, Elsa Kania, juga mengungkap hal lain.
"Memang penting mendiskusikan mengapa militer China membahas dan ingin mewujudkan ambisi mereka, tapi penting juga untuk mengakui kesenjangan antara ambisi dan kemampuan teknologi mereka secara riil," kata Kania.
Dr Helen O'Neill, pakar genetika molekuler dari University College London, Inggris, berpendapat pertanyaanya bukan soal apakah pengembangangan tentara super dimungkinkan atau tidak, tapi lebih ke apakah para saintis mau menggunakan teknologi yang tersedia.
Ia mengatakan teknologi yang dimaksud, penyuntingan genom dan kombinasinya dengan metode reproduksi berbantu (assisted reproduction), sudah semakin sering diterapkan di bidang transgenik dan pertanian.
"Namun untuk saat ini penerapannya pada manusia masih dianggap tidak etis," kata O'Neill.
Pada 2018, saintis China, He Jiankui, mengeluarkan pengakuan mengejutkan bahwa "ia berhasil mengubah DNA pada embrio dua gadis kembar agar mereka tak tertular HIV".
Pengakuannya memicu kemarahan. Penyuntingan DNA dilarang di banyak negara, termasuk China. Biasanya dibolehkan dalam situasi khusus dan hanya dibatasi untuk embrio hasil bayi tabung yang gagal.
Masih ada persyaratan lain, embrio tersebut dihancurkan dan tak dipakai untuk membuat bayi. He Jiankui membela diri namun ia kemudian dipenjara karena melanggar larangan pemerintah.

Jiankui menggunakan teknologi CRISPR untuk menciptakan gadis kembar yang ia katakan "mengalami penyuntingan DNA agar tak terkena HIV".
Metode CRISPR ini menjanjikan bisa menyembuhkan penyakit bawaan. Tapi apakah metode ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan militer? Apakah penyuntingan genetika bisa dipakai untuk membangun tentara dengan otot lebih kuat atau bisa bernafas normal di ketinggian?
Peneliti genetika di Francis Crick Institute, London, Christophe Galichet mengatakan dalam praktiknya tidak akan mudah.