Opini Pos Kupang
Hari Persaudaraan Internasional
Tanggal 4 Februari adalah Hari Persaudaraan Internasional ( The International Day of Human Fraternity)
Oleh : Frans X. Skera, Warga Kota Kupang
POS-KUPANG.COM - Tanggal 4 Februari adalah Hari Persaudaraan Internasional ( The International Day of Human Fraternity) pertama, berdasarkan penetapan Perserikatan Bangsa Bangsa pada bulan Desember 2020.
Penetapan tersebut merujuk pada dokumen Abu Dabi tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan hidup bersama yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar, Syeik Ahmad Al Tayyeb pada tanggal 4 Februari 2020 dalam pertemuan bersejarah kedua tokoh dari tanggal 3-5 Februari 2019.
Rupanya isi dokumen tersebut begitu mendasar dan penting, karena menyangkut hubungan antara sesama manusia dan lingkungan hidupnya, sehingga PBB bersepakat untuk menetapkan tanggal penandatanganan dokumen historis itu sebagai Hari Persaudaraan Internasional.
• Tim Gabungan Satgas Covid-19 Kabupaten Manggarai Timur Semperotkan Disinfektan di Area Publik
Penetapan PBB beralasan karena lembaga dunia ini tentu sangat berkepentingan dan mengharapkan agar sesama warga dunia tidak saja saling menghargai dan menghormati tetapi juga saling membantu.
Demikian juga kalau lingkungan alam dimana mereka tinggal bisa terus dipelihara dan dicegah kerusakannya, maka akan tercipta keserasian dan keseimbangan hidup antara manusia dan lingkungan alam serta seluruh isinya.
Karena Negara kita adalah salah satu anggota PBB maka penetapan hari persaudaraan Internasional ini perlu diketahui makna dan tujuannya oleh sebanyak mungkin warga Negara Indonesia.
• Edu Mandala: 130 Penyintas Covid-19 di Kota Kupang Donorkan Plasma Darah
Mengingat tulisan ini berkaitan dengan isi dokumen Abu Dhabi yang justru menginspirasi PBB untuk menetapkan Hari Persaudaraan Internasional, perlu disampaikan terjemahan dokumen singkat berbahasa Inggris sebagai berikut:
"Keyakinan, menuntun semua orang percaya untuk melihat sesama sebagai saudara yang harus ditolong dan dicintai. Melalui iman akan Tuhan yang menciptakan alam semesta, manusia dan ciptaan lainnya, orang-orang percaya dipanggil untuk mengekspresikan persaudaraan manusia ini, dengan melindungi ciptaan Tuhan dan alam semesta, serta membantu orang-orang yang paling miskin dan membutuhkan pertolongan."
Pesan kedua tokoh agama besar ini sangat jelas menekankan agar semua manusia yang beriman kepada Tuhan Pencipta semesta, mematuhi ajaran agamanya untuk saling mencintai, dan saling membantu. Karena kehidupan manusia sangat tergantung pada lingkungan alam dan isinya, maka manusia wajib pula memelihara dan mencegah kerusakan lingkungan alam .
Pernyataan kedua tokoh ini beralasan sebab dewasa ini masih ada konflik bersenjata yang menelan banyak korban. Begitu juga akibat pandemi Covid 19, ada begitu banyak orang yang menderita karena kemiskinan, pengangguran dan kehilangan pekerjaan.
Realita sosial ekonomi inilah yang tentunya mendorong PBB untuk menetapkan Hari Persaudaraan Internasional, tidak untuk sekadar diperingati tiap tahun, tetapi supaya pesan-pesan utamanya dilakukan warga negaranya masing-masing.
Peringatan pertama Hari Persaudaraan Internasional baru saja berlalu, mungkin tanpa diketahui banyak orang. Namun pesan-pesan utamanya, sangat mengena dengan keadaan di tanah air kita saat ini.
Sama kita ketahui bahwa ada begitu banyak anak bangsa yang saat ini sangat membutuhkan uluran tangan sesamanya, karena menderita sakit, dan kekurangan kebutuhan pokok, akibat pandemi dan kemerosotan ekonomi.
Bangsa ini patut bersyukur karena memiliki Presiden Jokowi yang selalu susah senang bersama rakyat sehingga cepat mengerahkan sumber daya yang tersedia untuk menolong mereka yang menderita sakit maupun kekurangan kebutuhan pokok.
Bangsa ini juga patut berbangga, karena sejak merebaknya Covid 19, semangat solidaritas di kalangan anak bangsa yang bhineka ini, tumbuh subur. Modal sosial berupa gotong royong, setia kawan, dan saling membantu sebagai perwujudan cinta sesama, sudah sejak lama ada, tumbuh dan berkembang.
Sikap dan perbuatan luhur ini, sebagai wujud pengalaman nilai-nilai Pancasila, justru dilakukan warga bangsa yang mayoritas beragama Muslim, bahu membahu dengan sesamanya pemeluk agama lain membantu mereka yang menderita, tanpa mempedulikan latar belakang suku dan agamanya.
Pesan Hari Persaudaraan Internasional juga dimaksudkan agar kita semakin sadar untuk memelihara dan mencegah kerusakan lingkungan hidup. Banjir bandang, tanah longsor dimana mana saat musim penghujan adalah bukti rusak dan kurang terawatnya lingkungan hidup.
Abarasi pantai, berkurangnya hutan bakau dan rusaknya biota laut adalah ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Jadi, bencana demi bencana alam yang terjadi, harusnya menyadarkan kita bahwa ada yang salah dalam perlakuan manusia terhadap alam.
Peringatan Hari Persaudaraan Internasional di waktu mendatang, hendaknya ditandai dengan tindakan nyata membantu mereka yang menderita dan upaya konkrit memelihara serta mencegah kerusakan lingkungan hidup.
Tentu diharapkan sudah ada program-program yang tepat dan berkelanjutan dari pemeritah propinsi dan kabupaten/kota untuk mengurangi kemiskinan dan memelihara serta memperbaiki lingkungan alam yang rusak.
Hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah yang telah mendapat mandat dari rakyat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi sehingga mereka bisa hidup lebih baik.
Dari pihak masyarakat diharapkan semakin tumbuh dan berkembangnya semangat solidaritas dari mereka yang lebih beruntung karena memiliki pekerjaan yang lebih baik daripada para nelayan, petani dan peternak yang tinggal di pedesaan. Solidaritas tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk "Peduli Fakir danTanah Air" menjelang setiap peringatan Hari Persaudaraan Internasional. Wujud nyatanya seperti antara lain: Semua ASN yang menduduki jabatan di propinsi maupun kabupaten/kota, menyisihkan sedikit penghasilannya untuk membantu para janda dan orang-orang tua yang sudah tak mampu bekerja, berupa bingkisan sembako (beras, ikan asin, minyak goreng, mie instan). Jumlah atau banyaknya, tergantung keiklasan hati mereka yang memberi.
Hal yang sama juga bisa dilakukan para pengusaha dan pensiunan yang pendapatannya berkecukupan, serta siapa saja yang tergerak hatinya untuk membantu sesama yang menderita.
Dalam hal ini, hal penting yang patut dicatat adalah, tidak boleh ada paksaan, karena hakekat solidaritas adalah kerelaan berdasarkan rasa setia kawan, senasib seperjuangan, sehingga mau menanggungkan penderitaan orang lain. Kalau hal ini terlaksana, maka semua orang yang solider, sudah melakukan perbuatan Pancasila.
Sedangkan cinta tanah air, bisa dilakukan antara lain dengan "gerakan tanam air hujan" melalui kegiatan membuat jebakan-jebakan air di lingkungan sekitar atau di daerah sekitar sumber air.
Hal ini erat kaitannya dengan persediaan air untuk konsumsi dan usaha pertanian yang terasa kurang, dan jangan sampai lebih berkurang lagi di tahun tahun mendatang.
Gagalnya program TJPS Propinsi pada Maret-September 2020 antara lain disebabkan oleh keurangan air.
Pemerintah perlu turun tangan untuk menggerakan masyarakat guna berpartisipasi dalam kegiatan ini, sekaligus mengerahkan peralatan berat seperti excavator, pada tempat-tempat yang membutuhkannya.
Kalau gerakan ini dilakukan terus menerus, tidak saja akan memanen sumber sumber mata air baru, tetapi juga mencegah erosi dan banjir bandang. Jangan biarkan air hujan yang hanya turun sekitar 3-4 bulan setahun, mengalir percuma ke laut, menyebabkan banjir dan mengikis humus tanah. Jangan pula menganggap hal ini sepele, sebab akibat ulah kita yang kurang bertanggung jawab sekarang, anak cucu kita menderita dikemudian hari.
Kota Kupang misalnya, warganya sudah lama mengeluh karena kekurangan air, tetapi Pemerintahnya tidak tergerak membuat jebakan-jebakan air, dan mengerahkan masyarakatnya untuk kegiatan tersebut. Tiap musim hujan kita menyaksikan pemandangan sama yaitu jalan raya yang landai, berfungsi sebagai saluran yang mengalirkan begitu banyak air hujan berikut sampah ke laut.
Kalau Pemerintah peka dan tanggap terhadap kesulitan air yang sudah puluhan tahun dikeluhkan, pasti cepat bertindak guna bersama masyarakat menanam air pada musim hujan. Hasilnya memang tidak instan, tetapi pasti ada setelah beberapa tahun. Biaya untuk membuat jebakan jebakan airpun jauh lebih murah daripada taman taman, air mancur dan lampu lampu hias yang mulai padam sebagian.
Gerakan "peduli fakir dan tanah air", sebagai wujud cinta sesama dan lingkungan alam, kalau berlanjut tiap tahun, tidak saja merupakan modal sosial yang menunjukkan jati diri orang NTT, tetapi juga memperlihatkan ketanggapan warga NTT terhadap pesan-pesan Hari Persaudaraan Internasional.
Warga NTT, dengan demikian telah menjadikan kegiatan "mencintai sesama dan peduli lingkungan hidup sebagai "habitus" atau kebiasaan yang pada gilirannya akan berdampak pada terwujudnya kebaikan bersama (bonum commune). Walau sudah berlalu, mari sambut Hari Persaudaraan Internasional dengan terus meningkatkan solidaritas terhadap sesama yang menderita dan cinta tanah air. (*)