Wawancara Eksklusif

Kadis Dikbud NTT : Prestasi Siswa di Tengah Pandemi

memberi isyarat kepada sekolah untuk mereview kesepakatan sekolah tatap muka bersama orang tua dan komite. 

Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/RYAN NONG
Kadis Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi 

Ketika Pemerintah menghapus UN, dunia pendidikan tidak serta merta mati. Penghapusan UN bukan sebuah hal yang mencemaskan dunia pendidikan. Ada rasa optimis dan sikap positif karena memberi otonomi sekolah untuk mendesain soal ujian yang setara kualitas dengan soal UN.

Dari kunjungan kerja kami, kami temukan sekolah memiliki tabungan bank soal. Manajemen sekolah agar memanfaatkan soal berstandar nasional dan harus diujicobakan sehingga memiliki kualitas setara UN.

Dengan mencermati situasi di lapangan, Dinas bersama para guru tidak terlalu cemas ketika UN dihapuskan. Ini momentum bagi sekolah maka dunia pendidikan tidak merasa sebagai hal yang luar biasa.

Bagi dunia pendidikan, termasuk orang tua dan pemerhati pendidikan, UN dihaus bukan hal yang luar biasa. Hal positif yang dialami adalah dengan mengoptimalkan bank soal yang telah divalidasi oleh sekolah. Dinas sudah keluarkan surat edaran untuk optimalisasi ujian sekolah bdengan soal yang berstandar nasional yang telah disiapkan sekolah masing masing.

Hampir selama tahun pelajaran 2020-2021, tidak dilakukan belajar tatap muka, bagaimana koordinasi Dinas dengan provider yang menyediakan layanan internet? 

Situasi dan kondisi di berbagai kabupaten kota, ketika melaksanaak belajar online konsekuensi seperti apa? Pemprov NTT telah menganggarkan dan menyediakan hampir 5.000 android yang akan dibagi kepada siswa dengan mekanisme tertentu untuk sekolah yang berada di bawah naungan Provinsi. Pemerintah provinsi menyediakan android ini lewat berbagai perjuangan.

Di sisi lain, Kemenkominfo juga telah menyediakan internet gratis selama ini meski dengan segala keterbatasannya.

Kita minta kepada para Kepala dinas kabupaten/kota, untuk pendidikan tidak boleh loyo atau mati suri. Suka atau tidak suka, kita perlu menyesuaikan irama terhadap tuntutan seperti ini. 

Di Kabupaten Ende, Kota Kupang, Malaka, Timor,  Sumba dan Alor memiliki kepedulian yang sama. Ini komitmen luar biasa terhadap dunia pendidikan.  Salah satu jalan mencapai perkembangan adalah dengan pendidikan maka pendidikan tidak boleh mati suri. 

Langkah cerdas sekolah di Alor, misalnya, uang dari komite sebesar Rp8 juta dipakai untuk pengadaan radio. Siswa sangat enjoy dan sangat menikmati. Demikian pula ada banyak laporan kepala sekolah termasuk di Kota Kupang yang melakukan inovasi pembelajaran. 

Begitu juga di Kabupaten Ngada, SMK Regina Pacis misalnya,  malakukan kerjasama dengan RRI Ende untuk program yang sejalan dengan sektor pendidikan. Jadi android bukan satu satunya, sekolah harus memanfaatkan ruang ruang untuk digunakan sebagai media pembelajaran.

Apa pesan Bapak Kadis terhadap tenaga pendidik yang saat ini berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa meski berhadapan dengan situasi oandemi?

Berbicara BDR (Belajar Dari Rumah) maka aspek intelektual tidak menjadi satu satunya. Contoh salah satu siswa SMAN 3 Kupang, Yeyen. Meski di tengah pandemi, ia mampu melahirkan novel yang bagus, ini karya sangat imajinatif. Jadi pembuktian, ketika ada tekanan maka anak anak akan kreatif. Teman teman guru juga demikian, mereka tidak mati suri, contoh Mesra Pelandou yang juga aktif menghasilkan karya. 

Kita menginisiasi gerakan menulis 1.000 buku yang rencananya akan dilaunching 2 Mei mendatang. 

Jadi ketika situasi andemi Covid, siswa, guru dan orang tua tidak boleh mati, tetapi ketika ada tekanan maka harus melahirkan inovasi yang luar biasa seperti  Thomas Alva Edison yang melakukan percobaan berulang kali hingga berhasil. 

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved