Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Sabtu 6 Februari 2021: Vita Activa et Vita Contemplativa

Melalui analogi pengalaman alamiah ini, kita juga bisa memaknai pengalaman spiritual Kristiani, yakni: vita activa et vita contemplativa

Editor: Agustinus Sape
Dok Pribadi
Fr. Giovanni A. L Arum 

Renungan Harian Katolik, Sabtu 6 Februari 2021: Vita Activa et Vita Contemplativa (Markus 6:30-34)

Oleh: Fr. Giovanni A. L Arum
Calon Imam Keuskupan Agung Kupang
Berdomisili di Centrum Keuskupan Agung Kupang

POS-KUPANG.COM - Dalam kenyataan hidup sehari-hari, kita temukan fakta bahwa segala sesuatu yang bergiat atau bekerja butuh juga waktu istirahat. Tubuh yang lelah bekerja membutuhkan waktu istirahat yang cukup agar tenaga bisa pulih kembali. Bahkan, tumbuhan pun butuh waktu istirahat untuk memperbaiki sel-sel tubuhnya.

Melalui analogi pengalaman alamiah ini, kita juga bisa memaknai pengalaman spiritual Kristiani, yakni: vita activa et vita contemplativa (hidup aktif dan hidup kontemplatif).

Vita activa adalah hidup beriman yang aktif. Rasul Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Iman yang sejati harus berbuah dalam tindakan nyata. Cinta yang sejati haruslah cinta yang aktif.

Sementara vita contemplativa adalah model iman yang tenang. Kita membutuhkan energi kasih dari Allah. Hal ini dapat kita temukan jika kita menyempatkan diri untuk menyepi dari segala aktivitas dan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui doa, devosi dan sebagainya. Kita butuh waktu “sendiri bersama Tuhan” (solus cum Deo).

Injil suci yang kita renungkan hari ini mengangkat tema yang sama. Setelah para rasul kembali dari misi perutusan, mereka melaporkan segala yang mereka lakukan kepada Yesus sebagai bukti pertanggungjawaban tugas (Ay. 30). Setelah mendengar laporan misi tersebut, Yesus mengajak mereka untuk menyepi dan beristirahat. “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” (ay. 31).

Setiap karya pelayanan butuh jeda istirahat. Dan istirahat versi Yesus dan para murid bukanlah istirahat tanpa makna. Kita tahu bahwa “menyepi” dan “menarik diri ke tempat sunyi” adalah ungkapan yang biasa menunjukkan bahwa Yesus berdoa dan berkomunikasi dengan Allah Bapa.

Sebelum melakukan karya pelayanan-Nya, Yesus selalu menimba energi cinta lewat komunikasi personal dengan Allah Bapa. Demikian pula para murid. Yesus ingin mengajarkan kepada mereka pentingnya vita contemplativa, di mana seseorang harus “beristirahat dan menyepi” dari aneka kesibukan duniawi untuk mendengarkan Sabda Allah dan berbicara kepada-Nya dalam doa.

Yesus mengajarkan pentingnya keseimbangan vita activa (hidup aktif dalam karya pelayanan) dan vita contemplativa (hidup kontemplatif bersama Allah). Dengan cara ini pula, Yesus menghindarkan para rasul-Nya dari jebakan “puas diri” dan menganggap karya keberhasilan mereka adalah pencapaian yang perlu dibanggakan. Dengan menyepi dan berefleksi, para rasul belajar untuk bersyukur dan menyerahkan semua karya pelayanan kepada kehendak Allah.

Yang menarik juga dari bacaan hari ini adalah animo besar masyarakat untuk mengikuti Yesus dan akhirnya menghalangi Yesus dan para rasul-Nya untuk sejenak beristirahat. Di sini, kita akan melihat bagaimana gerakan hati Yesus yang ber-compassio kepada orang-orang yang mencari dan memohon pertolongan dari-Nya. “Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala” (Ay. 34).

Frasa “tergerak hati oleh belas kasihan” diterjemahkan dari kata Yunani “spalgchnizomai” yang berarti “to be move by compassion” (tergerak oleh compassio). Dan “compassio” (Latin) berarti “menderita bersama”. Yesus turut merasakan penderitaan mereka yang mencarinya bagai domba tanpa gembala.

Akhirnya, Yesus tidak melanjutkan istirahat-Nya dan memilih untuk mengajar dan bahkan selanjutnya ada mukjizat besar penggandaan roti. Di sini, Yesus mengajarkan para rasul-Nya untuk rela berkorban demi kepentingan banyak orang yang membutuhkan. Dasar pelayanan yang sejati adalah “tergerak hati oleh belas kasihan” (compassio).

Dari perikop Injil hari ini, kita belajar dua hal, yakni: yang pertama, hidup iman kita perlu seimbang antara vita activa dan vita contemplativa. Kita tentu perlu bekerja dan melayani orang, namun kita tidak boleh meninggalkan “saat intim bersama Tuhan dalam doa”.

Demikian pula, kita perlu beribadah dengan rajin, namun ibadah itu harus berbuah dalam kehidupan nyata.

Yang kedua, kita juga perlu belajar untuk mengasah sensitivitas “compassio” dan semangat rela berkorban demi kepentingan banyak orang.

Semoga Tuhan senantiasa memberkati perjuangan hidup kita. Salvete!*

simak juga video renungan harian katolik berikut:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved