Breaking News

Berita Terkini Nasional

PDIP Kerap Dicap Sebagai Partai Anti-Ulama, Hasto Kristiyanto: Kepala Daerah Kami Banyak dari NU

Awalnya Gus Miftah mempertanyakan bagaimana PDIP melihat soal hadirnya kelompok intoleran. Simak penjelasannya

Editor: Benny Dasman
KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto di sela-sela Kongres V PDIP, Kamis (8/8/2019). 

POS KUPANG, COM -  Tudingan terhadap PDI Perjuangan (PDIP) yang kerap dianggap sebagai anti-ulama dan pendukung kriminalisasi ulama, ditanggapi Ulama kondang Gus Miftah.

Awalnya Gus Miftah mempertanyakan bagaimana PDIP melihat soal hadirnya kelompok intoleran.

Menjawab pertanyaan tersebut, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri selalu mengajarkan kader partai untuk berpolitik dengan keyakinan, menebar kebaikan, dan santun.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto diperiksa penyidik KPK, Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Jumat (24/1/2020) (Tribunnews/Ilham Rian Pratama)

Maka terhadap kelompok intoleran, PDIP memilih bahwa peran negara yang harus benar-benar muncul.
Menurutnya negara Indonesia sejak awal dibangun untuk semua.

"Bagaimana negara kita dibangun untuk semua. Dan itu diatur jelas di sila ketiga persatuan indonesia. Yang intinya adalah kebangsaan. Kebangsaan itu intinya semua sama, punya hak dan kewajiban yang sama," kata Hasto.

"Ketika Indonesia merdeka, tak ada itu dibeda-bedakan, apa sukumu, apa agamamu, apa status sosialmu, apa jenis kelaminmu. Setiap warga negara sama. Semua sama. Maka itulah yang dikembangkan oleh PDI Perjuangan, sikap toleran sebagai penjaga Pancasila," lanjut Hasto.

Lantas, Gus Miftah mempertanyakan PDIP yang kerap dianggap partai anti-ulama.

"Tapi kan selama ini PDI Perjuangan disebut antiulama?" tanya Gus Miftah.

"Tak ada itu. Buktinya banyak kepala daerah kami dari elemen keagamaan seperti NU. Tak ada kebenaran istilah PDI Perjuangan itu Anti-Islam atau pelaku kriminalisasi ulama," jawab Hasto.

Hasto menjelaskan, yang harus dipahami adalah bahwa dahulu pernah ada proses de-Soekarnoisasi di mana segala sejarah soal Bung Karno ditutup rapat.

Belakangan, Hasto mengaku dirinya pribadi bertemu banyak ulama NU.

Para kiai itu menyampaikan bahwa Soekarno adalah seorang NU dan santri.

"Bahkan Bung Karno diberi gelar Pahlawan Pembebas Bangsa-bangsa Islam. Karena kemerdekaan Maroko, Aljazair, Tunisia, itu mendapat dukungan penuh oleh Bung Karno," kata Hasto.

Ribka Tjiptaning Dimarahi Hasto 'Saya Punya Alasan Menolak Soal Vaksin' Karena Seorang Dokter

Pro dan kontra tentang vaksin mencari pembicaraan di tengah masyarakat.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved