AS-China Saling Tuduh di LCS, AS Posisi Kebebasaan Navitasi, China Tetapkan Garis Merah

AS-China Saling Tuduh di LCS, AS Posisi Kebebasaan Navitasi, China Tetapkan Garis Merah

Editor: Hermina Pello
YouTube/Frankly Explained
Konflik Laut China Selatan. AS-China Saling Tuduh di LCS, AS Posisi Kebebasaan Navitasi, China Tetapkan Garis Merah 

Makalah ini pada dasarnya adalah pengulangan Telegram Panjang 1946 karya George Kennan, yang menguraikan strategi "penahanan" Uni Soviet yang akan diadopsi AS dalam apa yang akan menjadi Perang Dingin asli tahun depan.

'Telegram yang Lebih Panjang' ini mendesak AS untuk melakukan hal yang sama terkait China sehingga pada 2050, AS dan sekutunya “terus mendominasi perimbangan kekuatan regional dan global”.

Di saat bersamaan mereka berusaha mencegah China mengambil alih Taiwan, atau bentuk lain aksi militer untuk mencapai tujuan regionalnya.

Mereka juga berharap melihat Presiden Xi Jinping “digantikan kepemimpinan partai yang lebih moderat”, dan mendorong rakyat Tiongkok “mempertanyakan dan menantang proposisi Partai Komunis selama seabad bahwa peradaban kuno Tiongkok selamanya ditakdirkan menuju masa depan otoriter.

Dokumen tersebut merupakan eskalasi dalam nada dan niat atas pernyataan garis keras oleh beberapa pejabat tinggi pemerintahan Presiden Trump, mulai Jaksa Agung Bill Barr hingga Menteri Luar Negeri Mike Pompeo - selama setahun terakhir.

Presiden Biden Bertekad Melawan Otoritarianisme

Baru-baru ini, pemerintahan Biden yang dilantik dengan cepat menyatakan komitmennya yang "kokoh" kepada Taiwan, sementara Biden sebelumnya mengatakan ia bertujuan untuk "memulihkan" kepemimpinan "demokrasi" AS di dunia melawan "otoriterisme".

Tom Fowdy, kolumnis Inggris menulis di Russia Today, Joe Biden mungkin ingin memikirkan kembali strategi jangka panjangnya untuk wilayah tersebut.

Hal ini dilihat dari respon sekutu Amerika di Asia yang tidak mau mengecewakan China.

Latihan militer di Teluk Tonkin dan Semenanjung Lizhaou menurut Fowdy menandai putaran ketegangan pemerintahan Trump ke Joe Biden.

Mike Pompeo telah menyatakan AS tidak mengakui batas laut "sembilan garis putus-putus" yang telah lama diklaim China.

Terbaru, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menelepon mitranya di Filipina dan menyatakan Amerika Serikat bersama sekutunya di Asia Tenggara melawan China.

Tidak ada harapan ketegangan di Laut Cina Selatan akan diselesaikan setelah pergantian pemerintahan Washington, bahkan jika retorika Blinken dan Biden tidak akan sekuat dan tidak stabil seperti Pompeo.

Beijing akan terus menetapkan garis merah yang tegas dan meningkatkan kehadirannya di Laut China Selatan.

Namun, kesalahan yang dibuat AS adalah mengasumsikan sekutu resminya, seperti Filipina, tertarik melakukan konfrontasi dengan China.

Sumber: Grid.ID
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved