MENGHARUKAN, Kisah 2 Orang Pemulung Ini Berubah Hidup Setelah Bertemu Menteri Sosial Tri Rismaharini
Yang pertama bernama Roni Adnan Bahar (36) dan berikutnya Irman Yudha Noor (48). Kedua pria ini punya pengalaman unik saat bertemu Mensos Risma.
MENGHARUKAN, Kisah 2 Orang Pemulung Ini Berubah Hidup Setelah Bertemu Menteri Sosial Tri Rismaharini
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Kamu mungkin tak percaya dengan kisah haru berikut ini. Dua orang pemulung di Jakarta ini berubah hidupnya setelah bertemu dengan Menteri Sosial yang baru diangkat Presiden Jokowi,Tri Rismaharini.
Baru satu dua hari melakukan blusukan di jakarta, Mantan Wali Kota Surabaya ini mengangkat derajat hidup orang-orang kecil, diantaranya dua orang pemulung ini.
Yang pertama bernama Roni Adnan Bahar (36) dan berikutnya Irman Yudha Noor (48). Kedua pria ini punya pengalaman unik saat bertemu Mensos Risma.
Roni Adnan Bahar memulai ceritanya kala bertemu Risma. Bahkan karena pertemuan itu, Roni berniat akan mengajak Menteri Sosial RI itu untuk pergi umrah bersama. Itu sebagai tanda terima kasih Roni atas kebaikan hati Risma.
"Bila diberi cukup rejeki oleh Allah, Roni Adnan Bahar (36) ingin mengajak Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma pergi umrah bersama."
Keinginannya itu sebagai ungkapan syukur karena Risma mengangkat derajat hidupnya.
Berkat mantan Wali Kota Surabaya itu, ia kini bekerja di Grand Kamala Lagoon Bekasi.
"Ini cita-citaku ya, nanti kalau ada rezeki, kalau ada izin dari Tuhan, aku pingin umrah bareng-bareng keluarga, sama Bu Menteri (Tri Rismaharini), sama kepala dinas sosial."
"Pengin banget bawa Bu Risma, pingin saja aku berterimakasih sudah membantu saya mendapat pekerjaan di Grand Kamala Lagoon gitu," ucap Roni kepada Tribun Network di Balai Karya Pangudi Luhur Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (23/1/2021) kemarin.
Roni sendiri merupakan PPKS yang dirujuk dari dari Dinas Sosial Kabupaten Subang pada 5 Januari 2021. Dia kini hidup di Balai Karya Pangudi Luhur, Bekasi bersama 20 orang PPKS lainnya.
Di Grand Kamala Lagoon, Roni bekerja sebagai seorang tukang kebun. Dia pun merasa senang lantaran pekerjaan yang dijalaninya tidak terlalu sulit.
"Ini sudah hari ke-12 saya kerja. Saya kerja di bagian perkebunan, bersih-bersih jalan, terus bagian potong-potong rumput, terus nyabut-nyabutin rumput. Senanglah," ucap Roni.

Roni sangat bersyukur mendapatkan kesempatan bekerja di Grand Kamala Lagoon. Sebab, menjadi seorang pemulung bukanlah hal yang sejatinya ia inginkan.
"Dari dulu aku juga kerja, bukan jadi pemulung. Pingin kerja dari pas lulus sekolah, keinginan saya maunya kerja, bukan jadi pemulung. Akhirnya bersyukur kemarin dapat kerjaan (dari Risma)," ucap dia.
Roni berharap bahwa pekerjaannya saat ini bisa dia jalani dengan baik. Bila sudah bisa mandiri secara finansial, kelak Roni ingin membuka sebuah usaha warung makan di kampung halamannya di Garut, Jawa Barat.
"Harapan saya, saya pingin buka usaha buat di Garut, kampung halaman, pingin buka usaha. Kalau maunya usaha yang dagang makanan gitulah," ucap Roni.
Selain itu, di Balai Karya Pangudi luhur, Roni mengaku ingin belajar ternak lele. Bila sudah bisa ternak lele sendiri, kelak ia akan membuat kolam lele di Garut.
"Kalau aku ikut pelatihan di sini, pingin ternak lele, ternak ikan, nanti kalau aku udah bisa ternak lele, mau bikin juga di Garut. Kolam lele sama ikan mas gitu," ujar Roni.
Awal Mula Roni Jadi Pemulung
Sebelum hidup di jalanan, Roni sempat hidup bersama saudaranya yang tinggal di kawasan Tanjungsari, Subang, Jawa Barat.
Namun, karena satu dan lain hal, Roni justru merasa bosan hingga akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dari rumah.
"Bosan kan kalau diem di rumah saudara tidak ada kegiatan apa-apa, cuma bantuin ini itu kan sepi, ah gimana kalau aku pingin kabur gitu kan," ucap Roni.
Pertamakali kabur dari rumah, Roni langsung berjalan menuju ke Bandung.
"Di sana ada saudara juga, pas lagi sepi saya kabur lagi dari rumah saudara yang di Bandung, kabur langsung ke Purwakarta, nekat gitu," ujar Roni.
Roni pun akhirnya kembali melarikan diri dari rumah dan langsung menuju ke Kabupaten Purwakarta.
Di Purwakarta, Roni hidup selama kurang lebih hampir tiga minggu sampai akhirnya menyerahkan diri ke dinas sosial.
Selama di Purwakarta, lanjut Roni, dirinya banyak menjalani hari-hari tanpa tidur. Di momen-momen sulit itulah Roni banyak berdoa, berharap kepada Allah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih pantas dijalani.
"Aku berdoa terus, salat, beribadah, berharap diberi pekerjaan yang lebih pantas lagi oleh Allah," ucap Roni.
"Kalau engga aku pingin banget di panti sosial, pingin mencari solusi untuk memperbaiki diri," sambung dia.
Roni pun akhirnya menyerahkan diri kepada dinas sosial Kabupaten Purwakarta. Di sana Roni mengaku sempat berbicara langsung dengan kepala dinas sosial, hingga akhirnya diberikan kesempatan untuk dipindahkan ke Balai Karya Pangudi luhur.
"Saya di Purwakarta dari pas sebelum tahun baru, saya waktu itu sudah bilang mau di antar ke sini (Balai Karya Pangudi luhur)," kata Roni.
"Dikasih syarat kalau saya harus benar-benar niat, jangan bikin malu kantor dinas yang ada di Purwakarta. Saya bilang saya serius, akhirnya saya diantar ke sini, ke Bekasi," sambung dia.
Irman Yudha Noor Tak Lagi Jadi Pemulung
Irman Yudha Noor (48), bersyukur bertemu Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma saat sedang nongkrong di kawasan Tritayasa, Jakarta Selatan awal bulan Januari lalu.
Pertemuan dengan Risma digambarkan sosok Yudha, sapaan akrab Irman Yudha Noor, sebagai bagian dari rencana Yang Maha Kuasa.
Berkat pertemuan itu, kehidupan Yudha kini sudah jauh lebih baik dan bahagia.
Bukan hanya diberikan tempat bernaung, Yudha yang merupakan seorang pemulung yang diberi kesempatan untuk bekerja di Grand Kamala Lagoon, Bekasi.
Yudha mengaku amat bersyukur dan senang atas kesempatan kerja yang diberikan.
"Amat sangat senang sekali, alhamdulilah, puji syukur saya, memang itu doa saya selama ini. Karena setiap saya mengayuh gerobak dan menapakkan kaki, itu yang selalu saya minta. Saya tidak pengin yang seperti ini (jadi pemulung), ini bukan saya," kata Yudha kepada Tribun Network di Balai Karya Pangudi Luhur Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (22/1/2021).
Yudha menceritakan, saat sedang berada di Tritayasa, salah seorang pemilik rumah tiba-tiba mempersilakannya untuk mandi.
Usai mandi, Yudha teramat kaget melihat mobil-mobil pejabat sudah ada di depan gerbang si pemilik rumah.
"Tiba-tiba kawan saya di luar teriak, 'Ada Ibu Menteri (Tri Rismaharini) datang," kata Yudha.
Saat itu Yudha dan kawan-kawannya sebenarnya sedang waspada karena kabar Menteri Sosial Risma kerap turun ke jalan-jalan di Jakarta sudah santer terdengar.
"Sebelumnya saya sering bicara sama kawan-kawan, hati-hati karena Bu Menteri sudah sering turun ke jalan," kata Yudha.
Hingga akhirnya bertemulah mereka semua secara langsung dengan Menteri Sosial Risma.
Beberapa teman Yudha saat itu langsung melarikan diri, mereka takut akan ditangkap dan dibawa ke dinas sosial.
Alih-alih mengikuti teman-temannya yang kabur, Yudha saat itu justru menghampiri Menteri Sosial Risma.
Yudha mengatakan, dia berharap akan diberikan bantuan langsung tunai (BLT) oleh Risma.
"Karena saya pikir saya masih punya fotocopy KTP, mudah-mudahan Ibu Menteri singgahi saya, hingga saya bisa mendapatkan BLT," ucap Yudha.
Bukannya mendapat BLT, Yudha justru mendapatkan hal yang lebih besar.
Yudha mendapatkan pekerjaan serta diberi tempat bernaung dan kehidupan baru yang selama ini dia harapkan.
"Saat saya mendekat, terus beliau bicara, 'Panjenengan pemulung?' nggih Bu. 'Panjenengan wis sue neng kene?' nggih Bu, kulo juga engga kepingin seperti ini (jadi pemulung)," kata Yudha.
"Kemudian beliau bilang, 'Panjenengan mau ikut saya?' saya jawab mau. Itu ibu mengajak saya dan memang tidak saya tolak, itu memang kemauan saya dari awal," ucap Yudha.
Yudha mengucapkan terimakasih kepada Menteri Sosial Risma yang telah mengangkat derajatnya.
Tidak semua orang, kata Yudha, memiliki nasib baik sepertinya.
"Menteri Sosial Risma, Alhamdulillah terimakasih kalau saat ini hidup saya sudah lebih bahagia, sudah lebih baik, dan Ibu Risma bisa mengangkat derajat saya. Tidak semua orang di jalan itu tidak seperti saya bernasib baik," ucap Yudha.
Awal Mula Jadi Pemulung
Awal mula menjadi pemulung, Yudha kerap nongkrong di sekitaran Mabes Polri di kawasan Tendean, Jakarta Selatan.
Yudha mengungkapkan, setiap hari Jumat, Mabes Polri biasa membagikan makanan dan kupon untuk para pemulung.
"Saat itu kondisi saya memang di jalan, untuk saya bertahan hidup saya sedikit mengharapkan rejeki dari polisi atau dari banyak orang, untuk menyambung hidup," ucap Yudha.
Sebelum berakhir hidup di jalanan, Yudha sebenarnya hidup bersama ibu dan ayahnya di Jakarta.
Pada 2018, ibu dan ayahnya menderita penyakit stroke.
Kedua orang tuanya sudah berusia di atas 60 tahun, sehingga memerlukan perawatan khusus dan penjagaan ekstra.
Kondisi fisik ayah dan ibunya saat kena stroke, kata Yudha, bahkan sudah tidak memungkinkan untuk melakukan hal-hal mendasar yang ada pada manusia.
"Maaf sampai saya harus memandikan ibu saya, nyebokin, bahkan sempat jatuh, karena ibu saya kena stroke, akhirnya harus saya pakaikan Pampers. Semua itu saya lakukan demi orang tua. Sama juga saat saya merawat bapak, saat bapak saya kolaps, maaf dia sampai harus buang air besar di kasur," ujarnya.

Namun, karena ibu dan ayahnya sakit stroke dan memerlukan perawatan khusus, Yudha pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya.
"Saya dulu akhirnya memutuskan untuk mengambil kesempatan merawat orang tua," ujar Yudha.
Pada 28 Mei 2018, ayah Yudha berpulang ke Rahmatullah.
Ia pun jadinya hanya tinggal bersama ibunya.
Selama satu tahun, Yudha bertahan dan terus merawat ibunya tercinta dengan kesabaran dan keikhlasan.
Hingga akhirnya kakak Yudha yang berdomisili di Yogyakarta membawa ibundanya pergi.
"Pada saat ibu diambil kakak saya di Jogja, saya sudah tidak punya tempat tinggal," jelas Yudha.
Yudha akhirnya hidup sendiri di Jakarta. Mengarungi angin malam kota tanpa tempat bernaung, setelah rumah ibunya dijual untuk biaya perawatan.
Mempertahankan hidup di jalanan tidaklah mudah.
Semua itu dilakukan Yudha atas dasar terpaksa, sekadar untuk menyambung hidup.
"Saya tidak ingin seperti ini, dan saya tidak ingin terjerumus dalam hal-hal yang negatif di jalanan,
Walau tidak mungkin bertahan seperti ini, tapi saya butuh makan. Paling tidak dengan sedikit pekerjaan halal, sempat bantu-bantu di pasar, apapun saya lakukan, sampai akhirnya hidup di jalan," kata Yudha.
Namun demikian, Yudha mensyukuri kondisi hidupnya hari ini.
Memiliki tempat bernaung dan diberi pekerjaan oleh Kementerian Sosial.
Yudha mengatakan, permohonan yang selalu dihaturkan dalam doa-doanya saat ini hanya satu, bisa kembali hidup bersama ibunya.
Dia sudah sangat merindukan ibunya tercinta.
"Pengin saya cuma satu, saya pingin bawa ibu sekali lagi, pingin bawa ibu hidup bareng lagi," kata Yudha.
"Alhamdulillah kondisi ibu sudah membaik, sudah mulai gemuk lagi, karena terakhir saya melihat, ini waktu masih sama saya (memperlihatkan foto ibunya), kondisinya seperti ini. Saya harus mandikan beliau, saya harus rawat (menangis)," ujar Yudha.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dulu Pemulung, Kini Hidupnya Lebih Baik Berkat Mensos Risma, Roni Adnan Ungkap Cita-citanya, https://www.tribunnews.com/nasional/2021/01/28/dulu-pemulung-kini-hidupnya-lebih-baik-berkat-mensos-risma-roni-adnan-ungkap-cita-citanya?page=all
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Yudha Tak Lagi Jadi Pemulung Setelah Bertemu dengan Risma: 'Hidup Saya Sudah Lebih Baik dan Bahagia', https://www.tribunnews.com/metropolitan/2021/01/26/yudha-tak-lagi-jadi-pemulung-setelah-bertemu-dengan-risma-hidup-saya-sudah-lebih-baik-dan-bahagia?page=all