Berita Timor Leste
Rakyat Menderita Pemuda Susah Cari Kerja, Bagaimana Kehidupan Timor Leste Usai Merdeka? Ini Kisahnya
Rakyat Menderita Pemuda Susah Cari Kerja, Bagaimana Kehidupan Timor Leste Usai Merdeka? Ini Kisahnya
POS-KUPANG.COM - Rakyat Menderita Pemuda Susah Cari Kerja, Bagaimana Kehidupan Timor Leste Usai Merdeka? Ini Kisahnya
Timor Leste pernah menjadi bagian dari bangsa Indonesia.
Bagaimana kabar rakyat Timor Leste setelah pisah dari Indonesia?
Baca juga: Hukum Membaca Surat Yasin di Kuburan, Diperbolehkan atau Tidak? Begini Penjelasan Ulama
Baca juga: 6 Klub Luar Ingin Rekrut Pemain Persib Bandung Pasca Liga 1 Tak Jelas, Klub Eropa Incar Pemain Ini
Baca juga: Sembuyi 5 Tahun, Terbongkar Kebusukan China Dokumen Rahasia Ini Ungkap Fakta Laut China Selatan APA?
Rakyat Timor Leste disebutkan hidup menderita setelah memisahkan diri dari Republik Indonesia.
Bahkan sebagian dari rakyatnya memilih keluar dari Bumi Lorosae.
Puluhan tahun elit Timor Leste berjuang agar bisa memisahkan diri dari Indonesia.
Perjuangan itupun diwarnai pertumpahan darah.
Hingga memakan banyak korban jiwa.
Setelah 24 tahun perjuangan itu akhirnya berhasil saat pemerintah Indonesia menawarkan opsi otonomi khusus kepada rakyat Timor Leste yang saat itu masih bernama Timor Timur.
Lebih dari 76 persen warga Timor Leste memilih untuk lepas dari Indonesia.
Dan pada Septemer 1999 pemerintah Indonesia termasuk TNI dan Polri meninggalkan wilayah kecil di bagian timur Pulau Timor itu.
Sebelum berdiri menjadi negara sendiri, Timor Leste merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ).
Tapi karena berbagai hal, Timor Leste memutuskan untuk melepaskan diri dari NKRI.
Tak mudah tentunya bagi Timor Leste untuk melepaskan diri dari NKRI.
Selain itu, membangun sebuah negara juga bukan perkara mudah bagi Timor Leste yang pernah nyaris kacau sejak melepaskan diri dari Indonesia.
Warga Timor Leste-Timor Leste hampir porak-poranda akibat ulah perwira militernya.
Namun tak berselang lama sejak saat itu, sebuah krisis hebat melanda Bumi Lorosae di mana rakyatnya marah dan ngamuk pada pemerintah.
Menukil Reliefweb, antara tahun 2006-2007, penduduk Timor Leste terlibat bentrokan dengn polisi dan pasukan militer bersenjata Timor Leste
Pada saat itu situasi politik di ibu kota Dili sangat mencekam, Februari 2007, gelombang kemarahan publik terjadi secara besar-besaran.
Penduduk sipil marah besar pada pemerintah Timor Leste hingga melakukan aksi perlawanan terhadap pemerintah.
Semuanya semakin buruk, ketika Perdana Menteri Xanana Gusmao memerintahkan untuk menangkap Alfredo Reinaldo.
Krisis tersebut terjadi pada pertengahan 2006 hingga 2007, semua berawal dari perkara yang cukup sepele, yaitu masalah pangan.
Baca juga: Hukum Membaca Surat Yasin di Kuburan, Diperbolehkan atau Tidak? Begini Penjelasan Ulama
Baca juga: 6 Klub Luar Ingin Rekrut Pemain Persib Bandung Pasca Liga 1 Tak Jelas, Klub Eropa Incar Pemain Ini
Baca juga: Sembuyi 5 Tahun, Terbongkar Kebusukan China Dokumen Rahasia Ini Ungkap Fakta Laut China Selatan APA?
Baca juga: Simak tim Tarkam di Tangerang, Gatra Family FC, Ini Profil dan Biaya yang Dikeleuarkan Sekali Main
Pemeritah Timor Leste, dipandang gagal menyediakan beras bagi rakyat Timor Leste, sehingga memicu gelombang kekerasan.
Penduduk Dili yang marah berusaha menjarah 700 ton beras di gundang di ibu kota Dili.
Penangkapan Alfredo Reinado ditambah kekurangan beras, memicu babak baru kekerasan di Dili.
Penduduk Dili dan anggota partai oposisi menuduh pemerintah menahan beras dari pasar.
Dengan rencana menggunakan distribusi beras sebagai alat untuk mengamankan kemenangan Fretilin dalam pemilihan mendatang.
Kekuatan militer Timor Leste. Timor Leste hampir porak-poranda di tangan rakyatnya sendiri akibat jatah beras berkurang.
Kekuatan militer Timor Leste. Timor Leste hampir porak-poranda di tangan rakyatnya sendiri akibat jatah beras berkurang. (The Guardian)
Mantan Perdana Menteri Mari Alkatiri, yang diturunkan jabatannya pada Juni 2006, menyatakan bahwa krisis beras adalah konspirasi yang dimaksudkan untuk melumpuhkan pemerintah yang didominasi Fretilin.
Anggota komunitas bisnis menyalahkan krisis pada kekurangan di pasar internasional.
Mereka menjelaskan bahwa Timor Leste adalah prioritas rendah bagi pemasok beras regional yang Memilih untuk memenuhi pesanan dalam jumlah besar baik dari Indonesia dan Filipina, di mana harga telah melonjak selama dua tahun terakhir.
Timor tidak asing dengan kerawanan pangan. Periode menjelang dimulainya musim hujan dikenal sebagai "musim lapar".
Dalam menghadapi hal ini, orang Timor mengandalkan kombinasi beras, jagung, umbi-umbian.
Pada saat itu, pemerintah memperkirakan Timor Lorosa'e membutuhkan 83.000 metrik ton beras per tahun.
Berdasarkan perhitungan hanya 90 kilogram per kapita, dibandingkan dengan angka antara 133 hingga 149 kilogram per kapita yang digunakan di Indonesia.
Dari 83.000 metrik ton yang dibutuhkan, Kementerian Pertanian menghitung produksi dalam negeri hanya 40.000 metrik ton.
Angka ini sebenarnya mungkin dilebih-lebihkan. Pada awal 1990-an produksi beras di Timor Leste melampaui 55.000 metrik ton selama empat tahun berturut-turut, tetapi kemudian turun menjadi rata-rata 41.000 metrik ton per tahun.
Namun, sejak 1999, kombinasi faktor-faktor kegagalan memelihara sistem irigasi, migrasi dari daerah pedesaan ke perkotaan.
Biaya yang tinggi untuk input, dan upah yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perkiraan saat ini sebesar 40.000 metrik ton per tahun tidak realistis.
Sementara itu, yang mengejutkan pengakuan rakyat Timor Leste adalah, stok beras di negaranya sudah kosong selama dua minggu, hingga memicu kekerasan di Dili.
Tanpa keterbukaan yang lebih besar dari para pejabat, tidak mungkin untuk memastikan mengapa Timor Leste mengalami krisis yang parah.
Yang jelas, kekurangan beras bukanlah konspirasi yang dimaksudkan untuk mendiskreditkan pemerintah atau rencana pemerintah untuk memenangkan pemilu 2007.
Sebaliknya, semua indikasi adalah bahwa program ketahanan pangan Kementerian Pembangunan telah melibatkan kurangnya transparansi (jika bukan korupsi langsung).
Baca juga: Hukum Membaca Surat Yasin di Kuburan, Diperbolehkan atau Tidak? Begini Penjelasan Ulama
Baca juga: 6 Klub Luar Ingin Rekrut Pemain Persib Bandung Pasca Liga 1 Tak Jelas, Klub Eropa Incar Pemain Ini
Baca juga: Sejumlah Daerah di NTT Hari Ini Diprediksi Terjadi Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang
Baca juga: Satu Lagi Pasien Positif Covid-19 Asal Manggarai Barat Meninggal Dunia di RSUD dr Ben Mboi Ruteng
Bahwa negara tidak memiliki kapasitas untuk menyalurkan beras kepada penduduk secara adil dan efisien, dan bahwa dengan mengambil beras.
Di Dili tangisan anak-anak yang kelaparan menyulut amarah, bahkan keputusasaan.
Saat kerumunan pria berkumpul di dekat National Logistics Centre, tentara Australia yang membawa senjata otomatis mendekati seorang pemuda yang tinggal di dekat situ untuk mencari informasi.
Ketika ditanya tentang situasinya, ayah muda tiga anak ini menjelaskan, "Seseorang mungkin pernah menjadi pahlawan selama perjuangan kemerdekaan, tetapi hari ini dia bisa menjadi pengkhianat."
Sambil menangis, dia berkata bahwa jika dia bisa meninggalkan Timor Leste akan lebih baik mati di tempat lain daripada hidup seperti sengsara di negaranya sendiri.
Timor Leste sendiri sempat diprediksi akan bangkrut.
Setelah negara itu tercatat sebagai negara termiskin di dunia yang berada di urutan ke 152 dari 162 negara.
Daftar yang dirilis oleh United National Development Progaramme (UNDP) itu didasarkan pada sektor perekonomian Timor Leste.*
Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id