Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Rabu 20 Januari 2021: PRIORITASKAN KEBAIKAN
Motivasi orang datang ke rumah ibadah bisa beragam. Ada yang sungguh berniat utuh untuk beribadah. Ada yang terdorong oleh kewajiban atau tugas.
Renungan Harian Katolik, Rabu 20 Januari 2021: PRIORITASKAN KEBAIKAN (Markus 3:1-6)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Motivasi orang datang ke rumah ibadah bisa beragam. Ada yang sungguh berniat utuh untuk beribadah. Ada yang terdorong oleh kewajiban atau tugas.
Tapi bisa jadi ada yang niatnya masih bercabang. Katakanlah, karena terpaksa atau dipaksa oleh orang lain. Atau, karena ingin bertemu dengan kenalan, kumpul-kumpul dengan gank-nya. Atau, bisa jadi juga sekedar mampir sebelum berbelanja, eyes shopping di mall. Dan sebagainya.
Jarang bahkan nyaris tak pernah orang datang ke rumah ibadat untuk mendoakan orang lain agar mengalami celaka atau kemalangan dalam hidup. Tak mungkinlah orang ke rumah Tuhan untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Apalagi mau memasang "umpan" agar orang lain berbuat kesalahan, sehingga ia memiliki bukti untuk menjatuhkannya.
Dalam kontestasi Pilpres lalu, semua tersentak dan heboh "ulah" Neno Warisman yang memanjatkan puisi doa saat Munajat 212, Kamis malam, 21 Februari 2019. Petikan sepenggal:
jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan tidak menangkan kami
Karena jika Engkau tidak menangkan
Kami khawatir ya Allah
Kami khawatir ya Allah
Tak ada lagi yang menyembah-Mu.
Penginjil Markus menampilkan sebuah kisah tentang "ulah" orang-orang Farisi. Kejadiannya pada hari Sabat Yahudi, di sebuah rumah ibadat yang dikunjungi Yesus. Mereka berada di rumah ibadat itu. Di situlah mereka biasa mangkal. Tapi kali ini mereka mempunyai niat khusus mengamat-amati Yesus, kalau-kalau ada sesuatu yang dapat dijadikan alasan untuk mempersalahkan Yesus. Lebih lagi, mereka menjadikan seorang yang mati tangannya sebagai "pancingan" untuk mendapatkan bukti kesalahan Yesus.
Bila direnungkan dengan tenang, nyatalah dengan jelas, bahwa orang yang beribadah pun bisa mempunyai niat yang jahat. Orang yang beragama pun dapat berakhlak buruk; menggunakan kesempatan dan sarana beribadah untuk mencelakakan orang lain.
Kita bisa belajar dari apa yang ditunjukkan oleh Yesus. Ia sangat sadar bahwa Bapa-Nya pernah bersuara kepada-Nya, "Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan" (Mrk 1:11). Pernyataan ini bukan hanya penegasan bahwa Ia dikasihi, tapi juga bermakna bahwa yang berkenan pada Bapa adalah menyelamatkan manusia. Inilah yang menjadi dasar seluruh hidup dan sepak terjang-Nya.
Karena dasar kesadaran inilah, meski hari Sabat dan akan "dipersalahkan", Ia tak gentar mengambil risiko, apa pun taruhannya, yakni menyembuhkan orang sakit yang mati sebelah tangannya itu. Serentak itu Ia berani menantang mereka yang ingin menjatuhkan-Nya,
"Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" (Mrk 3:4).
Kiranya kita dapat menangkap pesan penting yang dicetuskan dan ditunjukkan oleh Yesus. Bahwa dasar dari hidup sebagai orang beriman adalah kita memang dikasihi oleh Tuhan. Namun kita dikasihi untuk mencari kebaikan dan bukan untuk mencari-cari kesalahan; untuk melihat kebaikan dan bukan melihat keburukan; untuk memancarkan cahaya dan bukan untuk meredupkan terang. Dasar dan prioritas hidup kita adalah mengutamakan keselamatan. Alangkah indahnya, bila kebaikan, keselamatan menjadi visi dasar dari hidup kita. *
Simak juga video renungan harian katolik berikut: