Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Selasa 19 Januari 2021: HARI YANG SUCI

Hari Minggu disebut sebagai hari Tuhan.Pada hari ini kita tak hanya beristirahat, tapi juga mengkhususkan diri untuk beribadat.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Selasa 19 Januari 2021: HARI YANG SUCI (Markus 2:23-28)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Hari Minggu disebut sebagai hari Tuhan, hari yang dikhususkan untuk Tuhan. Pada hari ini kita tak hanya beristirahat, tapi juga mengkhususkan diri untuk beribadat.

Perayaan hari Minggu kiranya punya titik temu dengan hari Sabat. Hari Sabat bisa dianggap sebagai prafigurasi dari hari Minggu. Asal usulnya bisa ditelisik dalam karya penciptaan (bdk. Kej 1:1-2:3) dan adanya perintah tegas yang berasal dari Allah.

"Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, namun hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu ... Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya" (Kel 20:8-11).

Olehnya bisa dimengerti bila orang-orang Farisi mempertanyakan Yesus kenapa para murid-Nya memetik bulir gandum pada hari Sabat. "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" (Mrk 2:23-24).

Secara tidak langsung, orang-orang Farisi ingin mengatakan, antara lain begini: 'Engkau guru macam apa, bila Engkau tidak peduli dengan perbuatan para murid-Mu? Kenapa Engkau membiarkan kelakuan salah dari para murid-Mu?'

Yesus memberi tanggapan dengan menunjukkan inti persoalan yang semestinya dipahami, yakni makna dari hari Sabat itu sendiri. Kata-Nya, "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat ... Anak manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat" (Mrk 2:27-28). Apakah makna terdalam itu?

Hari Sabat itu memang suci, tak terbantahkan. Ini disetujui oleh semua. Namun yang lebih dulu "suci", bukankah manusia sendiri yang adalah ciptaan Allah langsung? Apa arti suatu hari, termasuk hari Sabat, bila tak ada manusia?

Lagi pula hari Sabat itu adalah suci dalam arti apa? Apakah ia menjadi suci, bila pada hari itu manusia tidak boleh melakukan banyak hal yang boleh dilakukannya pada hari-hari lain, ataukah ia menjadi suci justru karena dihayati sebagai hari ketenangan, penuh kedamaian;  diisi dengan melakukan hal yang khusus untuk Tuhan saja seperti kebaktian kepada Tuhan? Bukankah itu makna sebenarnya dari hari Sabat?

Dalam bingkai ini, Konstitusi tentang Liturgi memberi makna dasar dari hari Minggu yang diringkaskan begini: "Pada hari itu umat beriman wajib berkumpul untuk mendengarkan Sabda Allah dan ikut serta dalam perayaan Ekaristi, dan dengan demikian mengenangkan sengsara, kebangkitan dan kemuliaan Tuhan Yesus, serta mengucap syukur kepada Allah" (SC 106).

Maka, bagi kita, hari Minggu adalah hari yang utama, hari istimewa bagi Tuhan. Kita mengkhususkannya untuk Tuhan dan bersama Tuhan; kita mengisinya dengan suasana kedamaian dan cinta; kita menjaganya agar tak dicemari oleh kegiatan yang menjauhkan kita dari Tuhan. Hari itu suci karena dikhususkan untuk Tuhan yang menyucikan kita. *

Simak juga video renungan harian katolik berikut:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved