Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Senin 18 Januari 2021: Unum, Verum, Bonum, Pulchrum
Benar bahwa hidup itu adalah sebuah pilihan dan menurut refleksi saya, sehebat apapun seorang manusia pasti ada celah minusnya.
Renungan Harian Katolik, Senin 18 Januari 2021: Unum, Verum, Bonum, Pulchrum (Markus, 2:18-22)
Oleh: RD. Frid Tnopo
POS-KUPANG.COM - Membandingkan cara hidup kita dengan cara hidup orang lain, itu tidak salah. Bahkan cara hidup orang lain bisa menjadi barometer untuk membangun cara hidup kita. Namun tentu setiap orang punya pilihan hidup masing-masing. Bukankah hidup itu sebuah pilihan?
Benar bahwa hidup itu adalah sebuah pilihan dan menurut refleksi saya, sehebat apapun seorang manusia pasti ada celah minusnya. Maka pilihan yang tepat untuk manusia beriman adalah senantiasa membandingkan seraya menyelaraskan cara hidupnya hanya dengan Tuhan yang diimaninya seturut pedoman Kitab Suci.
Menurut paham Filosofis Ontologis Thomas Aquinas, ada empat hal yang membuat suatu pilihan hidup itu tepat yakni unum (satu), verum (benar), bonum (baik) dan pulchrum (indah). Empat keutamaan ini, menurut Thomas Aquinas merupakan analogi proporsionalitas antara Pencipta (Tuhan) dan ciptaan (manusia).
Empat keutumaan di atas adalah sesuatu yang bisa dianalogikan kepada sifat dan hakekat Tuhan yang Transenden (Proprietates Transcendentales) tetapi serentak bisa dipahami oleh manusia dan manusia berusaha menyelaraskan cara hidupnya dengan Penciptanya.
Yesus menghendaki semua manusia berusaha untuk sejalan searah dengan cara hidup Tuhan. Maksud ini bisa dimengerti dari jawaban cerdik Yesus kepada mereka yang memprotes cara hidup murid Yesus yang tidak sama dengan cara hidup murid Yohanes Pembabtis soal puasa.
“Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka?..........tetapi waktunya akan datang.(Mrk. 2:19-20). Yesus bukan bermaksud menolak puasa tetapi pilihan yang tepat atas waktu dan cara yang tepat itulah yang dikendaki Yesus.
Dengan mengutarakan empat keutamaan di atas bukan maksud saya untuk menyamakan sifat dan hakekat Tuhan dengan manusia. Tetapi dengan empat keutamaan itu, manusia boleh menjadikannya kriteria untuk membangun cara hidupnya menurut asas Tuhan.
1. Unum (satu)
Hidup itu memamng pilihan tetapi pilihan yang terbaik adalah memilih satu diantara sekian pilihan. Inilah prioritas dan di atas prioritas itu manusia boleh menggerakan seluruh potensi dirinya. Pilihan yang satu itu fokus sedangkan memilih lebih dari satu itu bias. Kesadaran inilah yang bisa menyadarkan kita untuk tidak gelojoh dan serakah.
2. Verum (Kebenaran)
Kebenaran adalah kesesuaian (adequatio) antara apa yang dipikirkan dengan apa yang dikatakan atau diperbuat. Hal ini hanya bisa terjadi kalau orang jujur dengan diri sendiri (honestly). Kejujuran dengan dirinya sendiri itulah yang melahirkan kebenaran. Dunia membutuhkan manusia yang pikiran dan perbuatannya sejalan. Salah satu bom bunuh diri yang berpotensi meledakkan diri sendiri adalah berpikir lain, berkata lain dan berbuat lain.
3. Bonum (Kebaikan)
Kebaikan itu berelasi dengan kehendak/hasrat (appetites). Kebaikan itu adalah nilai (value). Suatu nilai yang menjadi hasrat dan kehendak serta diperjuangkan semua orang, itulah kebaikan. Kebaikan itu selalu mengarah kepada Bonum Commune (benefit/kemaslahatan). Oleh karena itu, kebaikan berlawanan dengan egoisme.
4. Pulchrum (Keindahan)
Sesuatu dapat dikatakan indah jika menyenangkan pandangan, batin dan budi kita. Menurut Thomas Aquinas, keindahan juga terletak pada perpaduan sifat unum, verum, dan bonum sebab sesuatu indah adalah karena kesatuannya, kebenarannya, dan kebaikannya yang memberi .rasa senang, gembira ,dan bahagia.
Keindahan memang selalu ditemukan dalam keberagaman yang harmonis. Harmonis bukan berarti sama, melainkan berjalan pada jalannya masing-masing dengan tujuan yang sama. Bhineka Tunggal Ika itu adalah pulchrumnya Indonesia.
Marilah kita berusaha membangun hidup kita dengan empat keutamaan di atas. Dengan demikian hidup kita akan menjadi lebih berdayaguna. Bukan saja berdayaguna tetapi kita bisa mejadikan diri kita prototipe kehadiran Allah yang nyata di dunia. Siapa bilang tidak? Selagi nadi masih berdenyut, teruslah berjuang. Tuhan memberkati. Salve.*
Simak juga video renungan harian katolik berikut: