Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Senin 18 Januari 2021: "KAIN" BARU
Ketika melihat baju seragam putranya sobek, ibu-ibu tempo dulu pasti akan mengambil tindakan menambal baju yang sobek itu.
Renungan Harian Katolik, Senin 18 Januari 2021: "KAIN" BARU (Markus 2:18-22)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Tambal-menambal adalah hal yang biasa dalam hidup. Ketika berkendaraan dan ban sepeda motor gembos, orang pasti mencari tukang "tambal ban" atau "tambal benen". Ketika melihat baju seragam putranya sobek, ibu-ibu tempo dulu pasti akan mengambil tindakan menambal baju yang sobek itu.
Nampaknya kegiatan tambal-menambal ini juga tak asing di mata Yesus. Ia pasti melihat apa yang pernah dilakukan Maria, ibu-Nya, pun kebanyakan ibu-ibu di kampung-Nya Nazareth. Tatkala mau memperbaiki bajunya yang sobek, mereka umumnya memilih kain penambal yang sesuai dengan kondisi baju yang mau diperbaiki. Kain baru tentu tak akan ditambalkan pada kain tua. Sebab yang baru itu lain mutunya dengan yang lama.
Dengan latar kebiasaan yang dilihat dan dialaminya, Yesus menyampaikan pemikiran-Nya kepada orang-orang Farisi yang mempertanyakan kenapa murid-murid-Nya tidak berpuasa.
"Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya" (Mrk 2:21).
Apa pikiran-Nya?
Yesus sadar bahwa mereka yang menanyakan puasa murid-murid-Nya bersikap salah. Mereka datang kepada-Nya dengan otak yang telah berisikan "paradigma dan pola" yang sudah mendarah daging, dipegang teguh dan kekeuh dipertahankan, padahal tak selaras zaman, bahkan telah ketinggalan zaman. Lebih parah lagi, hati mereka tak hanya diwarnai iri hati, tapi juga dipenuhi dengan niat busuk, maksud jahat untuk menolak dan menyingkirkan-Nya.
Dengan bicara tentang hidup baru lewat lambang antara lain kain baru, Yesus menyadarkan siapa saja akan adanya kenyataan baru yang perlu dihadapi dengan sikap baru pula. Sekaligus Ia ingin membangunkan kesadaran bahwa sikap baru itu tidak ada pada orang fanatik dengan pendapat dan pola pikirnya; orang yang sudah "terisi" visi, pandangan, pendapat, keyakinan, kebiasaannya; orang yang gampang tergoncang emosi, status quo dan harga dirinya sewaktu mereka berhadapan dengan kenyataan baru yang berbeda dengan yang diyakini dan dihidupinya.
Tak salah lagi, Yesus pasti memperkenalkan diri sebagai "Kain Baru". Kain baru ini diperuntukkan bagi manusia. Ia datang untuk manusia. Tetapi siapa yang akan "memakai"-Nya di bumi ini? Pasti bukan manusia yang sudah memiliki kainnya sendiri.
Dalam praktek hidup sehari-hari, mungkin kita harus menambal ban atau menambal baju, lantaran situasi darurat, karena uang tak punya atau mencukupi; kita barangkali terbiasa melakukan tambal sumbal diri kita. Tapi seperti kita tahu bahwa ban atau baju yang ditambal tak awet umurnya, tak bertahan lama; sejatinya kita harus menggunakan yang baru, memakai "Yesus" sepenuhnya. Olehnya, kita minta dan membiarkan diri agar Roh membaharui diri kita, Roh bekerja dengan cara-cara yang baru dalam diri kita. *
Simak juga video berikut:
