KERINDUAN Umat Katolik Terima Hostia Tercermin Dalam Lagu Doa Komuni Spiritual,Dosen ini Penciptanya
Umat Katolik yang harus ikut merasakan sulitnya masa pendemi virus corona yang membuat mereka tidak ikut missa di gereja
KERINDUAN Umat Katolik Terima Hostia Tercermin Dalam Lagu Doa Komuni Spiritual , Ini Sosok Penciptanya
POS KUPANG.COM -- Umat Katolik yang harus ikut merasakan sulitnya masa pendemi virus corona yang membuat mereka tidak ikut missa di gereja
Akibatnua roti sakramen ekaristi atau hostia pun tak bisa diterima. Umat pun sangat merindukan makanan yang melambangkan penerimaan tubuh dan darah Kristus itu
Seorang dosen di Yogyakarta pun menciptakan lagu Lagu Doa Komuni Spiritual sebagai gemabaran kerinduan pada sakramen tersebut
Lagu Doa Komuni Spiritual (DKS) begitu mengena di hati umat Katolik Indonesia beberapa bulan terakhir ternyata diciptakan seorang dosen di Yogyakarta.
Baca juga: Gories Mere & Karni Ilyas Diperiksa Kejati NTTKasus Korupsi Rp3T, Ini Nasib Mantan Ka BNN & Bos ILC
Baca juga: Ini Sosok Istri Ke-2 Syekh Ali Jaber yang Cantik,Jarang Terekpose,Punya JabatanPenting,Anak Pejabat
Baca juga: Naomi Zaskian Gagal Jadi Istri Sule, Begini Kabar Sang Artis yang Kepergok Pakai Busana Pengantin
Baca juga: Pernah Dituding Jadi Pelakor, Mulan Jameela Tak Mau Dilepas Ahmad Dhani, Kini Rela Pisah Ranjang
Lagu doa itu mewakili kerinduan umat Katolik untuk menyambut komuni dalam sakramen Ekaristi atau misa di gereja yang hampir setahun tak dapat dilakukan karena pandemi Covid-19 . Lagu itu begitu syahdu dan mengena.
Siapa yang menciptakan lagu tersebut dan bagaimana proses kreasi hingga tercipta lagu yang begitu indah musiknya?
Lewat penelusuran di sejumlah media, Warta Kota berhasil menghubungi Dr drg Alma Linggar Jonarta MKes, sang pencipta lagu DKS.
Ia membubuhkan nama populer Damian Alma pada karya-karyanya.
Nama Damian diambil dari Santo Damianus sebagai pelindungnya dalam Sakramen Penguatan.
Dosen pada Departemen Biologi Oral Faktulas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada itu lalu menceritakan bagaimana proses ia menciptakan lagu tersebut pada medio Maret 2020.
“Sebenarnya tidak ada proses yang amat istimewa dalam pembuatan lagu itu. Hanya sehari sebelumnya, berjam-jam saya berkutat merangkai nada sampai jam 02.00 WIB, lagu bisa jadi, tapi masih tidak sreg, belum puas,” tutur ibu dari dua anak tersebut.
Karena sudah lelah dan mengantuk, Alma pergi tidur.
Pagi harinya setelah bangun, ia rombak total lagu itu dari awal dengan nada baru. Hanya dalam waktu satu jam lagu itu jadi.
Istri dari drg Agus Sri Gunarto SpBM itu awalnya meyakini proses pembuatan lagu itu seperti proses pembuatan lagu yang biasa ia jalani.
“Tapi saya baru menyadari bahwa ada invisible hands yang berperan dalam pembuatan lagu itu setelah melihat respon yang terjadi,” tutur Alma yang menempuh pendidikan sampai doktoral di UGM.
Hanya dalam 24 jam setelah lagu itu diunggah di youtube 19 Maret 2020, kanal Komsos Keuskupan Agung Semarang yang mengunggahnya kebanjiran ribuan viewer.
Dalam unggahan tersebut, lagu DKS karya Alma dinyanyikan Asriuni Pradipta dan musisi Agus Wahyudi Minarko.
Hingga kini kanal KAS mendapat 143.000 subscriber dan aransemen asli lagu tersebut di kanal Asriuni Pradipta ditonton 297.000 orang.
Ribuan umat merespon lagu itu sebagai musik yang indah yang mewakili kerinduan akan komuni kudus dalam sakramen ekaristi.
Paulina Dinartisti, pemusik di Keuskupan Agung Jakarta menyatakan, sebagai sebuah karya lagu itu memang indah.
Syair yang berasal dari doa mudah dicerna dan melodinya mudah ditangkap oleh umat.
“Suasana lagu yang dihadirkan pun mendukung permenungan dan suasana doa,” tutur umat Paroki Blok B Kebayoran Baru, Jakarta tersebut.
Syair lagu itu diambil dari doa yang dibuat Santo Alfonsus de Ligouri (1696-1787), uskup Italia yang juga seorang pujangga Gereja.
Dalam artikel di Mirifica.net Alma menulis, Uskup KAS Mgr Rubiyatmoko mengganti satu frasa dari terjemahan asli DKS.
Teks doa asli “I embrace you as if you were already there” diterjemahkan menjadi “aku memelukMu, karena Engkau hadir di sini”.
Organis gereja
Alma bercerita, sejak usia 14 tahun sampai sekarang ia menjadi organis di sejumlah gereja di Yogyakarta, yaitu Paroki Kotabaru, Nandan, dan sekarang Banteng.
Bahkan ketika menjalani riset ilmiah di Brisbane, Australia dan Tokushima, Jepang, dia juga menjadi organis di gereja setempat.
Selain menjadi organis, perempuan kelahiran Yogyakarta 15 November 1969 tersebut juga berusaha tetap terlibat dalam kor lingkungan atau wilayah gereja, walau tidak intens karena kesibukan pekerjaan utamanya.
“Saya bukan musisi profesional, hanya memuaskan hobi dengan cara membuat lagu-lagu rohani. Mengarang lagu sebagai sulih jiwa bermusik saya setelah tidak punya banyak waktu lagi terjun langsung sebagai penyanyi kor maupun organis gereja,” tuturnya.
Sejak menikah dan punya anak, Alma memang mengurangi aktivitas bermusik di gereja, meski tetap melatih kor di wilayah dan lingkungan sendiri.
“Jadi sebenarnya proses pembuatan lagu Doa Komuni Spiritual itu merupakan bagian dari penyaluran hobi. Tidak ada pengalaman spiritual yang menyertai. Hanya saya juga heran setelahnya, kok bisa menemukan notasi seperti itu,” tuturnya.
Awalnya, pada masa pandemi Covid-19, Alma sering membaca doa indah tersebut saat mengikuti misa daring.
Tiba-tiba terlintas dalam benaknya untuk membuat nada-nada lagu.
Baca juga: Lagu Diam Menjadi Viral hingga Terkesan Bernuansa Mistis, Ini Penjelasan Opung yang Menyanyikannya
Biasanya kalau sudah mendapat syair yang disuka, ia memang menjadi penasaran untuk menemukan nada-nada yang selaras dengan syair tersebut.
Kebetulan Romo Yustinus Slamet Witokaryono Pr, Ketua Komisi Sosial Keuskupan Agung Semarang juga mengusulkan kepadanya untuk membuat lagu dari doa tersebut.
“Awalnya masih melihat proses pembuatan lagu itu adalah proses seperti biasa saya membuat lagu. Tapi saya baru menyadari bahwa ada invisible hands yang berperan dalam membuat lagu itu setelah Komsos KAS menayangkan lagu itu dan langsung mendapat ribuan viewers,” tuturnya.
Respon positif meluas di kalangan umat dan semua umur dapat menguasai lagu itu.
Alma pun semakin takjub atas karya Roh Kudus yang diyakini bekerja dalam proses penciptaan lagu tersebut.
Penyelenggaraan Ilahi
Alma menuturkan, sejak dulu ia memang senang menulis, baik narasi maupun puisi sehingga punya kepekaan pada “rasa” setiap kata atau diksi.
Dalam membuat notasi DKS, ia melihat sense dari setiap kata atau frasa.
Ia mencontohkan bagaimana memasukkan nada minor saat musiknya masuk kalimat “Karena sekarang aku tak dapat menyambutMu dalam Sakramen Ekaristi….“ sebagai tanda kerinduan.
Namun pada bagian akhir lagu, Alma mengakhiri musiknya dengan nada mayor sebagai ungkapan pengharapan yang baik.
“Karena walau tanpa menerima komuni secara fisik, saya merasa bahwa dalam situasi pandemi ini, komuni spiritual adalah cara yang paling masuk akal dan aman, tentu dalam perspektif pengetahuan medis saya,” tuturnya.
Alma melihat bahwa tidak bisa menerima komuni bukanlah keadaan yang berlarut-larut disesali.
"Saya mengimani bahwa kejadian pandemik ini merupakan bagian dari Penyelenggaraan Ilahi yang di luar nalar manusia,” tuturnya.
Selain itu, momen penciptaan lagu itu memang tepat, yaitu sekitar dua bulan setelah pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Dalam kecemasan umat, terdapat kerinduan untuk secara ragawi merasakan kehadiran Tuhan dengan menyambut komuni dalam perayaan Ekaristi.
Sejak pandemi Covid-19 melanda, umat Katolik memang tidak pergi ke gereja untuk mengikuti perayaan ekaristi atau misa.
Ini mengikuti kebijakan pembatasan sosial berskala besar untuk mengurangi kegiatan kerumunan, termasuk di rumah ibadah.
Sebagai gantinya umat mengikuti misa secara daring.
Namun ada ritus yang tak dapat digantikan dalam perayaan ekaristi yaitu komuni.
Dalam komuni, umat menyambut tubuh Yesus yang disimbolkan lewat sepotong roti tanpa ragi yang diterimakan umat.
Lagu karya Alma kini mengisi selalu momen saat komuni dibagikan dalam perayaan ekaristi secara daring.
Menurut Alma, emosi kerinduan yang muncul dari lagu ini tak lepas dari aransemen indah dari Agus Wahyudi Minarko.
Keybordist kelompok musik Kua Etnika itu adalah alumni SMA De Britto sekaligus pemilik studio musik Reds Studio yang mengerjakan jingle, mars, maupun himne di Yogyakarta.
"Pertama dengar, agak susah. Lalu misa streaming Katedral sering dinyanyikan, lama-lama mulai terbiasa. Lalu ketemu lagu ini di youtube, dengar beberapa kali sudah hafal. Lagu yang indah, bikin rindu komuni langsung di gereja. Semoga pandemi ini bisa segera berakhir. Sehat-sehat untuk teman-teman, Tuhan memberkati,” tulis Chandrajaya di kanal youtube Achi Pradipta.
“Agamaku bukan katolik tapi smaku sekolah katolik, dan pas denger lagu ini waktu misa pembukaan tahun ajaran baru aku langsung kebawa banget. Rasanya kayak ada Tuhan di samping aku. Makasih ya Kak udah nyanyi lagu ini. Jujur, ini lagu pertama yang buat aku ngerasain kehadiran Tuhan”, tulis Nataniela Bertha Christanty.
Sebagian Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul SOSOK Damian Alma, Dosen Pencipta Lagu Doa Komuni Spiritual yang Syahdu dan Viral, https://wartakota.tribunnews.com/2021/01/17/sosok-damian-alma-dosen-pencipta-lagu-doa-komuni-spiritual-yang-syahdu-dan-viral?page=all.