Sriwijaya Air Jatuh
MOMEN Terakhir Penumpang No 53 Sriwijaya Air: Bye Bye Keluarga Semua, Kita Pulang Kampung Dulu Ya!
Rekaman pesan perpisahan penumpang nomor 53 penerbangan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dibagikan melalui Instgaram beberapa saat sebelum lepas landas
Setelah putusnya kerja sama itu, Ramdani Ardali Adang mengaku khawatir dengan operasional Sriwijaya Air.
Sebab, dengan tidak adanya kerja sama tersebut, pasokan suku cadang untuk armada Sriwijaya Air terbatas.
“Setelah putus dengan GMF saya khawatir sekali, HIRA-nya merah. Memang sampai saat ini belum terjadi sesuatu, tapi dari indikasi tersebut berpotensi besar dengan keselamatan penerbangan,” kata Ramdani Ardali Adang.
Sebelumnya, beredar surat yang dikirim oleh Direktur Quality, Safety, and Security PT Sriwijaya Air Toto Soebandoro kepada Plt Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson I Jauwena agar maskapai itu berhenti beroperasi.
Rekomendasi ini disampaikan Kapten Toto dalam kapasitasnya sebagai Direktur Quality, Safety and Security Sriwijaya Air dan keputusan selanjutnya akan diserahkan kepada Plt Direktur Utama.
Surat rekomendasi itu bernomor 096/DV/INT/SJY/IX/2019 tertanggal 29 September 2019.
Dari laporan tersebut diketahui bahwa ketersediaan tools, equipment, minimum spare, dan jumlah qualified engineer yang ada tidak sesuai dengan laporan yang tertulis dalam kesepakatan yang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Menteri Perhubungan.
Namun, menurut Toto rekomendasi itu bersifat internal dan bukan untuk konsumsi publik.
“(Surat) ini masukan untuk perusahaan khususnya untuk Plt Direktur Utama (Jefferson Jauwena),” ujar Toto di Jakarta, Senin (30/9/2019).
Sriwijaya Air dianggap belum berhasil melakukan kerja sama dengan JAS Engineering atau MRO lain terkait dukungan line maintenance.
Hal ini berarti risk index masih berada dalam kategori 4A (tidak dapat diterima dalam situasi yang ada).
Ini dianggap bahwa maskapai tersebut dianggap kurang serius terhadap kesempatan yang diberikan pemerintah untuk melakukan perbaikan.
Atas dasar itu, maka pemerintah sudah mempunyai cukup bukti dan alasan untuk menindak Sriwijaya Air stop operasi karena berbagai alasan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan setelah diskusi dengan Direktur Teknik Sriwijaya Air dan Direktur Operasi Sriwijaya Air sebagai pelaksana safety, maka direkomendasikan Sriwijaya Air menyatakan setop operasi atas inisiatif sendiri (perusahaan) atau melakukan pengurangan operasional disesuaikan dengan kemampuan untuk beberapa hari ke depan, karena alasan memprioritaskan keamanan.
Hal ini akan menjadi nilai lebih bagi perusahaan yang benar-benar menempatkan keamanan sebagai prioritas utama.
Jika dalam beberapa hari kemudian Sriwijaya Air dengan persiapan yang lebih matang telah merasa siap kembali untuk beroperasi, maka manajemen cukup melaporkan kepada DKPPU untuk kemudian lebih mudah memperoleh izin terbang kembali.
Sebaliknya, jika Sriwijaya Air dinyatakan setop operasi karena tidak patuh terhadap standar dan regulasi yang berlaku, maka akan jauh lebih sulit untuk mendapatkan izin terbang kembali, dan menjadi preseden buruk di mata seluruh stakeholder dan masyarakat umumnya.
18 Pesawat Tak Terbang
Direktur Kelaikan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan ( Kemenhub) Avirianto mengatakan, maskapai Sriwijaya Air telah menghentikan operasi 18 pesawatnya.
Belasan pesawat itu tak dioperasionalkan karena dianggap tak laik terbang.
“Dari 30 pesawat yang terbang cuma 12, berarti sistem kontrol kami dari Sriwijaya bagian quality-nya sudah grounded 18 pesawat,” ujar Avirianto saat dihubungi, Senin (30/9/2019).
Avirianto menambahkan, pihaknya terus mengawasi kelaikan pesawat yang beroperasi di Indonesia.
Hal itu perlu dilakukan untuk memastikan keselamatan dalam penerbangan.
“Jadi kami awasi juga melibatkan inspektur-inspektur Sriwijaya sendiri kami authorized,” kata Avirianto.
Sementara itu, Fadjar Semirto mengakui ada belasan pesawatnya yang tak lagi beroperasi.
Imbasnya, frekuensi penerbangan maskapai itu pun turun drastis.
“Pesawat aja udah lebih dari 50 persen kan dari 30 ke 12. Apalagi frekuensi penerbangannya, turun rutenya yang diterbangi dari 245 jadi 110 sampai 120-an per hari,” kata dia. (Fotokita)
(*/ tribunmedan.id)
Artikel ini sudah tayang di Surya Malang dengan judul: Pesan Perpisahan Penumpang No 53 yang Hilang Bersama Sriwijaya Air, Diantar Keluarga Sampai Bandara, https://suryamalang.tribunnews.com/2021/01/10/pesan-perpisahan-penumpang-no-53-yang-hilang-bersama-sriwijaya-air-diantar-keluarga-sampai-bandara.
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Momen Terakhir Penumpang No 53 Sriwijaya Air: Byebye Keluarga Semua, Kita Pulang Kampung Dulu Ya, https://manado.tribunnews.com/2021/01/11/momen-terakhir-penumpang-no-53-sriwijaya-air-byebye-keluarga-semua-kita-pulang-kampung-dulu-ya?page=4.