Warga Lamagute Takut Hujan Pasir Gunung Ile Lewotolok Kembali Erupsi
Sebagian warga Desa Lamaau dan Desa Lamagute, Kecamatan Ile Ape Timur memilih kembali ke pengungsian di Kota Lewoleba
POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA - Sebagian warga Desa Lamaau dan Desa Lamagute, Kecamatan Ile Ape Timur memilih kembali ke pengungsian di Kota Lewoleba, setelah dipulangkan Pemerintah Kabupaten Lembata sejak Sabtu (2/1) lalu.
Mereka takut tinggal di desa karena setiap hari mereka dihantui suara gemuruh, gempa bahkan hujan pasir akibat erupsi gunung api Ile Lewotolok yang masih berlangsung.
"Kemarin ketika ada kegiatan di Waiwaru saya merasakan gemuruh terus menerus. Terus ada hujan pasir. Sehingga saya memilihnya ke sini," kata Lian Koten, warga Desa Lamagute, Kecamatan Ile Ape Timur saat ditemui wartawan di rumah keluarganya di Lamahora, Lewoleba, Kamis (7/1/2021).
Baca juga: Bunga Citra Lestari: Vaksin Pertama
Lian menuturkan, pada malam hari mereka susah tidur jika suara gemuruh erupsi mulai terdengar.
"Kebetulan saya juga pendidik. Saya pulang pergi Lamagute -Lewoleba untuk mengajar," kata Lian yang juga merupakan tenaga pendidik di TK Yos Sudarso Atawatung, Desa Lamagute ini.
Siti Samsiah Lema, warga Desa Lamaau juga memutuskan pulang ke posko utama pengungsi Lewoleba karena merasa tidak nyaman tinggal di desa.
Baca juga: Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam: Vaksin Sinovac Halal
"Tidur malam kami selalu mendengar gemuruh. Memang aman, sehingga masyarakat yang lain sudah di sana tapi saya sekeluarga merasa tidak nyaman," ungkapnya.
Pemerintah Kabupaten Lembata secara bertahap telah memulangkan para pengungsi erupsi gunung api Ile Lewotolok sejak Sabtu (2/1) lalu. Meski demikian, warga Desa Jontona hingga saat ini belum dibolehkan pulang karena berada dalam zona merah erupsi Ile Lewotolok.
Aktivitas gunung api Ile Lewotolok masih terus terjadi. Pada Jumat (8/1) pagi pukul 08.20 Wita, Ile Lewotolok mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu teramati ± 1.000 meter di atas puncak (± 2.423 meter di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.
Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok, Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi ± 25 detik.
Erupsi ini disertai gemuruh sedang. Saat ini Ile Lewotolok berada pada status level III (siaga) dengan rekomendasi masyarakat di sekitar Gunung Ile Lewotolok agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 Km dari puncak atau kawah gunung dan di dalam area sektoral di arah tenggara sejauh 4 Km dari puncak Gunung Ile Lewotolok hingga pantai.
Petugas di Pos Pemantau Aktifitas Gunung Api Ile Lewotolok, Stanislaus Arakian mengimbau masyarakat jangan panik. Tetapi selalu siaga dan mencari informasi tentang aktivitas Ile lewotolok dari sumber yang terpercaya.
"Kenapa sampai saat ini masih terdengar dentuman/gemuruh? Karena sampai saat ini material masih terus keluar dari dapur magma ditambah sistem Ile Lewotolok sudah terbuka, maksud sudah terbuka adalah magma dengan mudah keluar ke permukaan/tidak ada hambatan," kata Stanislaus.
Gemuruh dan dentuman itu menurut Stanislaus memang dipastikan berbahaya jika masyarakat dekat dengan pusat kawah. Tapi untuk masyarakat yang berada jauh dari kawah apalagi di luar radius 3 Km ancaman Ile Lewotolok belum sampai ke arah sana.
"Jadi saya mengimbau supaya masyarakat tidak perlu khawatir. Apabila khawatir lontaran batu akan sampai ke wilayahnya. Untuk saat ini kemungkinan itu sangat kecil sekali. Sebab, untuk menghasilkan lontaran batu yang jauh itu butuh suplai magma yang besar dan sistem gunungnya harus tertutup," jelasnya. (ll)