SMAK Giovanni Kupang Siap Laksanakan Belajar Tatap Muka
Pihak SMAK Giovanni Kupang siap melaksanakan proses belajar mengajar secara tatap muka jika diizinkan pemerintah
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Pihak SMAK Giovanni Kupang siap melaksanakan proses belajar mengajar secara tatap muka jika diizinkan pemerintah.
Hal tersebut diungkapkan Kepala SMAK Giovanni Kupang, Romo Drs. Stefanus Mau, Pr., pada Rabu (06/01/2021).
"Bilamana pemerintah mengizinkan kami (Sekolah) tatap muka, kami dari SMAK Giovanni Kupang siap untuk melaksanakan itu dengan menjalankan protokol kesehatan atau hal - hal yang dipersyaratkan oleh pemerintah," ungkap Rm. Stef.
Baca juga: SMPK Rosa Mystica Tunggu Keputusan Dinas P dan K NTT
Sampai saat ini, kata Rm. Stef, proses pembelajaran di SMAK Giovanni Kupang masih mengacu pada imbauan pemerintah bahwa yang melakukan sekolah tatap muka adalah wilayah yang zona hijau, sedangkan Kota Kupang masih berada pada zona merah.
"Sebetulnya, dari kesiapan sekolah kami di SMA Giovanni Kupang sudah siap," kata Rm. Stef.
Berkaitan dengan protokol kesehatan, sarana prasarana seperti alat cuci tangan, masker, hand sanitizer untuk siswa dan guru dan juga untuk penyemprotan lingkungan dan lain sebagainya SMA Katolik Giovanni Kupang sudah cukup siap.
Baca juga: 2021, RSIA Dedari dan Klinik DMH Tingkatkan Pelayanan dan Fasilitas
Meski demikian, ada pro kontra dari orangtua murid. Sebagian setuju dengan proses belajar tatap muka, sebagian lagi tidak setuju.
"Memang ada sebagian orangtua menghendaki sekolah tatap muka tetapi ada sebagian orangtua yang masih berkeberatan untuk tatap muka dengan melihat kondisi Kota Kupang yang jumlah (pasien) terpapar virus bukan makin berkurang tapi makin bertambah. Ini yang menjadi bahan pemikiran dari pihak sekolah dan juga para orangtua," jelas Rm. Stef.
Pihak sekolah juga baru saja menyelesaikan evaluasi pembelajaran dan penilaian yang diselenggarakan dua hari terakhir dan menemukan banyak permasalahan terkait pembelajaran jarak jauh (PJJ).
"Yang pertama soal aplikasi. Untuk guru, siap, artinya selama ini menggunakan aplikasi - aplikasi yang sangat familiar dengan siswa. Hanya saja soal kesiapan siswa. Tidak semua siswa itu memiliki handphone yang standar, tidak memiliki laptop, mereka juga mengalami kesulitan dengan jaringan, terkadang listrik, ada banyak permasahalan," ungkap Rm. Stef.
"Dari segi aplikasi saja ada banyak permasahalan, sehingga pembelajaran jarak jauh ini masih menyisihkan begitu banyak persoalan," lanjutnya.
Permasalahan berikut adalah soal materi. Lanjut Rm. Stef, SMA Katolik Giovanni Kupang tetap mengacu pada kurikulum 2013, tetapi dengan mengikuti saran dari Departmen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yaitu kurikulum Covid-19.
"Dalam arti bahwa kita mengambil kompetensi dasar yang esensial saja, itu yang kita ajarkan kepada siswa sedangkan kompetensi non esensial itu kita berikan dalam bentuk penugasan mandiri kepada siswa," terang Rm. Stef.
Permasalahan yang lain, ujarnya, ada pada proses penilaian. Pada aspek penilaian, banyak siswa juga terkendala kembali kepada aplikasi sehingga banyak siswa kadang tidak mengikuti penilaian harian, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru dan tidak dikumpulkan.
"Itu menjadi permasalahan sehingga kadang guru sulit sekali untuk melakukan penilaian secara menyeluruh," katanya.