Opini
Ansy Lema: Asyiknya Menyerap Aspirasi
ANGGOTA DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan dapil NTT II Ansy Lema menjadi buah bibir masyarakat NTT.
Ansy Lema: Asyiknya Menyerap Aspirasi
Oleh: Apolonius Anas
Direktur Lembaga Bimbingan Kursus dan Pelatihan U-Genius Kefamenanu
ANGGOTA DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan dapil NTT II Ansy Lema menjadi buah bibir masyarakat NTT. Beberapa media online lokal dan nasional memberitakan kesuksesannya menyuarakan pada tingkat nasional kesulitan hidup beberapa kelompok masyarakat petani dan nelayan di NTT.
Dalam pemberitaan seperti dimuat pada laman Pos-Kupang.com 5/1/2021, disebutkan bahwa setahun terakhir ia berhasil menjalankan tugasnya sebagai legislator yang piawai menyuarakan isi hati masyarakat NTT. Sebanyak 732 unit alat mesin pertanian disalurkan ke beberapa wilayah di NTT.
Uniknya, bukan hanya Dapil NTT 2 sebagai basis pemilih yang mengantarnya ke Senayan saja yang disuarakannya. Tetapi juga daerah lain di NTT ikut keciprat oleh kepiawaiannya sebagai penyambung aspirasi. Tampaknya ia mempunyai cara luar biasa menyerap dan mengimplementasikan aspirasi masyarakat pada level nasional.
Aspirasi yang Menginspirasi
Apa yang dilakukan oleh Ansy Lema menunjukkan contoh yang ideal dan terpuji dari seorang legislator zaman now. Bahwa di alam demokrasi kepentingan rakyat harus diutamakan di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Ansy Lema benar-benar menjadi corong yang tepat bagi rakyat NTT karena ia terbukti melakukan hal-hal yang luar biasa sebab mampu mempertemukan maksud dan keinginanan masyarakat di NTT dengan pemerintah pusat.
Lihat saja, belum genap satu periode menjadi anggota DPR RI, ia sudah melakukan hal-hal yang fenomenal. Apalagi kalau dua atau tiga periode. Tentu saja NTT mengalami keuntungan dan perubahan luar biasa dari figur Ansy Lema.
Memang dalam forum nasional dibutuhkan "powerful voice" dari seorang legislator agar maksud dan kehendak rakyat tercapai. Agar suara seruannya di Senayan didengar maka hal yang harus menonjol yakni pada aspek figuritas, popularitas, intelektualitas, religiositas dan humanitas.
Pada situasi ini patutlah disimpulkan bahwa menjadi seorang legislator sejati, ulung dan diandalkan rakyat adalah orang yang mampu melihat, memikirkan dan menyuarakan aspirasi rakyat. Modal ketokohan tidaklah cukup, namun harus diimbangi dengan kualitas-kualitas lain yang mumpuni. Seorang legislator mesti piawai atau punya kecakapan dalam hal diplomasi.
Menjadi anggota dewan apalagi di level pusat mesti jujur pada panggilan nurani dan berani bersuara berdasarkan hati nurani itu. Jiwanya harus mampu mewakili juga jiwa-jiwa rakyat sebagai klien di dapilnya. Ia juga harus menjadi perantara yang baik sehingga permohonan rakyat di dapil direalisasikan pemerintah.
Seorang legislator harus matang dalam hal intelektualitas, religiositas, dan juga matang dalam prinsip humanitas. Bukan hanya matang dalam duit. Ketiganya punya keterkaitan dan kalau perlu nilainya harus berimbang.
Kalau dicermati dengan baik, rekam jejak figur Ansy Lema dalam kancah politik NTT dan tanah air belum seberapa seperti politisi ulung dan tajir asal NTT lainnya. Di pemilu yang lalu, hampir saja ia tidak terpilih menjadi anggota DPR. Namun niat tulus dan kekuatan dalam konsep legislasi dan diplomasinya yang luar biasa dari dirinya memudahkan baginya untuk menggapai apa yang diharapkan masyarakat.
Hal yang dilakukan oleh Ansy Lema juga sekaligus mempertegas bahwa menjadi anggota dewan yang benar bukan hanya punya modal politik. Apalagi ambisi politik sesat dan sesaat seperti beberapa politisi yang berhenti di tengah jalan hanya karena larut dan terjebak dalam keserakahan dan hedonisme.
Nilai Humanitas Anggota DPR
Persoalan utama legislator kita saat ini bukan terletak pada intektualitas dan religiositanya, melainkan pada faktor humanitasnya. Umumnya anggota dewan lebih mementingkan diri sendiri terutama gurita bisnisnya. Setelah menjadi dewan ia lebih sibuk ke urusan bisnisnya. Mereka juga terperangkap dan terjebak dalam ego sektoral yang justru jauh dari esensi dan nilai berdemokrasi.

Memang sudah membudaya bahwasannya para legislator kita lebih suka berjuang ( fight) untuk rakyat di akhir tahun masa jabatan atau menjelang pemilu. Pada saat itu mereka menabur sejuta uang dan janji sejuta janji. Sering turun gunung, lembah atau berada di sudut-sudut kampung.
Sikap pragmatisme seperti itu semakin menjadi-jadi dalam beberapa proses pemilu belakangan ini. Saat sekarang ini mereka kurang menggigit berdedikasi untuk rakyat. Jangankan menjadi figur yang mengispirasi masyarakat, menyerap aspirasi saja tidak lihai dan cekat.
Jadwal reses hanya sebagai rutinitas bagi-bagi receh. Namun nihil dalam diplomasi di level atas. Jiwa diplomasinya sedikit lemah dalam menjembatani keinginan rakyat dan pemerintah. Jadi kekeliruannya terletak pada nilai humanitas dari para legislator yang lemah. Kekeliruan itu terletak pada salah paham tentang posisi rakyat sebagai kliennya di hatinya.
Rakyat hanya sebagai kuda tunggangan politiknya. Namun tidak menyandarkan diri pada nilai nilai kemanusiaan bagaimana kepentingan rakyat diutamakan. Kalau prinsip humanitasnya diperbaiki, maka rakyat tidak kesusahan atau terus terbelakang lagi.
Pada konteks NTT saat ini, kita bersyukur punya Ansy Lema yang peka dan tidak pekak terhadap rintihan rakyat khusus masyarakat petani dan nelayan. 732 alat mesin pertanian bukan hal yang mudah bagi seorang yang baru seumur jagung menjadi legislator di Senayan. Tidak seperti legislator lain yang bertahun-tahun duduk di singgasana terhormat.
Ansy Lema sangatlah fenomenal untuk konteks NTT saat ini. Ia sosok politisi yang punya kerinduan dan berkanjang dalam pengabdian yang tulus memastikan aspirasi rakyat harus diperjuangkan.
Itu berarti usaha yang dilakukan oleh Ansy Lema adalah bentuk konektivitas antara tiga kematangan tadi, yaitu kematangan intelektualitas, religiositas dan humanitas. Ia cerdas dan cekat menimba aspirasi rakyat, mengimani suara rakyat sebagai suara Tuhan dan mengedepankan nilai kemanusiaan dan keadilan sosial dalam menyuarakannya di Senayan. Alhasil pemerintah tertegun pada niat yang tulus itu. Bantuan mengalir bagai air ke NTT.
Yang paling menonjol dari figur Ansy Lema adalah kematangan humanitasnya itu. Ia sangat peduli pada rakyat. Ia memastikan bahwa prinsip-prinsip kemanusian khususnya bagi orang NTT harus diperjuangkan di tingkat Pusat. Hal ini perlu mengingat Provinsi NTT selalu dicap terbelakang dalam berbagai sektor kehidupan, misalnya bidang pendidikan, pertanian, peternakan dan sektor kehidupan lainnya.
Kalau NTT mau maju dan makmur lebih cepat, maka butuh Ansy-Ansy yang lain yang lebih asyik dalam menyerap aspirasi. Katakanlah ada puluhan anggota DPR RI dari NTT duduk di berbagai komisi di Senayan. Seandainya mereka punya nyali dan kehendak baik seperti Ansy Lema, niscaya NTT tidak dikategorikan tertinggal lagi. Sebab para legislator kita mampu menjembatani keinginan rakyat melalui upaya menjaring aspirasi rakyat yang asyik dan menarik.
Semoga figur Ansy Lema-Ansy Lema yang lain mulai bermunculan bagi orang NTT. Sebab sudah lama warga NTT terperangkap dalam cap-cap aneh terbelakang dan tertinggal. Maka perlu anggota legislatif seperti Ansy Lema yang tidak lemah dalam menyuarakan keinginan dan kebutuhan rakyat.*