NTT Kekurangan Tenaga Spesialis Bedah Saraf

Provinsi NTT memiliki karakteristik, dengan jumlah penduduk 5,4 juta jiwa kekurangan tenaga spesialis bedah saraf

Penulis: Yeni Rachmawati | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Yeni Rachmawati
Dokter Spesialis Bedah Saraf Provinsi NTT, dr Elric Brahm Malelak SpBS 

Provinsi NTT memiliki karakteristik, dengan jumlah penduduk 5,4 juta jiwa kekurangan tenaga spesialis bedah saraf

POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Provinsi NTT memiliki karakteristik, dengan jumlah penduduk 5,4 juta jiwa, dengan 21 kabupaten dan 1 Kota, dengan memiliki sekitar lebih dari 500 pulau dengan pulau terbesar yaitu pulau Flores, Sumba dan Timor.

Dokter Spesialis Bedah Saraf Provinsi NTT, dr Elric Brahm Malelak SpBS mengatakan hal ini saat menjadi salah satu pemateri dalam kegiatan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan-Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia cabang Bali-Nusa Tenggara (PKB PERSPEBSI BALI-NUSRA), dengan tema Pelayanan Bedah Saraf secara daring.

Baca juga: Kasus Kekerasan Terhadap Anak di Ngada Semua Pelakunya Orang Dewasa, Ini Jumlahnya!

Elric menjelaskan bahwa kasus Neurotrauma harus segera ditangani karena memang merupakan kasus yang emergency dan live saving.

Di NTT yang merupakan Provinsi kepulauan, kita memiliki karakteristik geografis yang berbeda dari provinsi lainnya.

Baca juga: Harga Tahu dan Tempe Melonjak, Penjual Gorengan Alami Kesulitan

Selain itu kekurangan fasilitas kesehatan dan tenaga dokter ahli juga merupakan tantangan tersendiri.

Kata Elric, seperti di pulau Flores dengan populasi penduduk sekitar 1,8 juta jiwa dengan 8 kabupaten, memiliki 10 rumah sakit pemerintah, 8 rumah sakit swasta, tetapi tidak ada rumah sakit Tipe A dan tipe B, 8 Rumah sakit Tipe C dan 8 tipe D, hanya memiliki 2 CT Scan, di RS TC Hillers Maumere dan RS Siloam di Labuan Bajo.

"Selama ini pasien-pasien neurotrauma di daratan flores, lembata, dan alor kami arahkan ke kedua rumah sakit tersebut, kemudian dari kedua rumah sakit tersebut yang berkonsultasi dengan kami di Kupang jika bersedia di rujuk," tuturnya.

Menurutnya, jika dilihat perbandingan angka kejadian neurotrauma yang harus dioperasi (61%) dan angka rujukan, didapatkan masih rendahnya angka rujukan oleh karena masalah biaya transport dan biaya perawatan bagi yang belum mempunyai BPJS, kalau ada keluarga pasien yang mampu untuk dimobilisasi atau dirujuk ke Kota Kupang barulah akan dirujuk, sedangkan untuk pasien yang tidak sanggup di rujuk berarti hanya tindakan konservatif dengan obat-obatan.

Dikatakan Elric, dari Labuan Bajo ke Kupang jika menggunakan jalur laut hampir satu hari lebih, sehingga sangat sulit untuk melakukan tindakan tepat waktu.

Sementara jika menggunakan jalur udara, cukup memakan biaya sehingga tidak semua bisa dirujuk ke Kota Kupang.

Ia menjelaskan di Pulau Sumba dengan populasi hampir mencapai 750 ribu pendudukan, dengan empat kabupaten, dan yang paling besar adalah Waingapu Sumba Timur.

Ada 3 rumah sakit pemerintah dan 4 rumah sakit swasta, semuanya tipe C dan tipe D.

Ia mengatakan RS Umbu Rara Meha satu-satunya rumah sakit yang memiliki CT Scan, sehingga kasus neurotrauma di daratan Sumba diarahkan ke Waingapu dan dikonsultasikan dengan kami di Kupang, selama ini untuk kasus-kasus tertentu (kasus ekstradural) ditangani oleh dokter bedah umum. Kasus Neurotrauma berkaitan dengan golden periode (dibawah 6 jam).

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
  • Berita Populer
    Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved