Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Rabu 30 Desember 2020: Cuaca Hidup
Cuaca sulit diramalkan. Sinar matahari yang bersinar pada pagi hari sama sekali tidak dapat dijadikan patokan bahwa sepanjang hari akan oke-oke saja.
Renungan Harian Katolik, Rabu 30 Desember 2020: Cuaca Hidup (Lukas 2:36-40)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Seseorang menulis: "Hampir sebulan ini aku berada di Bali. Selama waktu ini, aku hanya menemui langit biru tak lebih dari hitungan lima jari. Itu pun tak berlangsung sepanjang hari. Kalaupun terlihat biru, masih saja awan putih dan hitam di sana sini. Tidakkah tahun 2021 nanti akan seperti itu?"
Cuaca memang kadang sulit diramalkan. Sinar matahari yang bersinar pada pagi hari sama sekali tidak dapat dijadikan patokan bahwa sepanjang hari akan oke-oke saja. Bisa saja sore atau malam datang hujan dengan guntur menggelegar. Dan, hidup pun nyaris seperti cuaca. Do not predict that your day will be pleasant by the state of the morning.
Umumnya orang bilang hidup harus terus berjalan. The show must go on. Tapi terkadang orang merasa kesal, bila hujan tak mau reda, atau panas mentari terus saja menyengat. Persis ketika orang menghadapi perusahaan atau keluarganya dihantam badai pandemi ini.
Orang kesal karena selama bertahun-tahun, siang dan malam, ia memanjatkan doa, agar semuanya baik, aman, maju, sejahtera. Kekesalan bukan karena terdampak pandemi, melainkan karena apa yang didoakan sama sekali tak terwujud.
Hana adalah seorang janda yang sudah berumur 84 tahun. Di daerah Palestina, janda dikenal sebagai kelas duanya dari kelas dua. Kaum lelaki kelas satu dan kaum wanita kelas dua. Dari kelas dua itu, wanita yang bersuami sebagai kelas satunya dan janda menjadi kelas duanya. Alhasil, seorang janda tak terhitung dalam masyarakat dan sangat menderita.
Namun bagi Hana, kesengsaraan itu tidak menjadikannya sedih, kesal, marah, dan berontak kepada Allah. Malah sebaliknya ia berserah diri sepenuh hati kepada Allah. "Ia tak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa" (Luk 2:37b).
Pada akhirnya Ia pun bertemu dengan Kanak-kanak Yesus saat dipersembahkan ke Bait Allah oleh Maria dan Yusuf. Melihat Kanak-kanak Yesus itu, ia mengucap syukur kepada Allah dan sebagai seorang nabi perempuan, ia pun berbicara tentang Kanak-kanak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
KITA?
Tak terasa kita di penghujung tahun. Cuaca hidup 2020 sebentar lagi akan tenggelam di baliknya. Bersamanya, berbagai hal yang telah kita alami dan jalani selama setahun ini akan ikut rebah di situ.
Kita akan memasuki dan menapaki tahun 2021. Seperti apakah cuaca yang bakal kita alami sepanjang tahun depan? Mungkin matahari akan lebih banyak bersinar ketimbang hujan atau badai. Atau, bisa saja sebaliknya. Bisa jadi ada di antara kita yang mulai membuat prediksi dan mengatur rencana matang. Tapi apakah segalanya akan seperti yang diharapkan atau diidealkan?
Suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, cuaca hidup kadang bisa sesuai yang diidamkan, tapi bisa pula tak sesuai yang diharapkan. Cuaca mungkin bisa menyenangkan, tapi bisa pula membuat kesa, jengkel.
Dalam menghadapi cuaca 2021 nanti, kita belajar dari Hana, janda tua itu. Apa pun cuaca hidup, kita "tak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa". Dengan itu, saatnya kita pasti akan bertemu dengan Kanak-Kanak Yesus dan hati kita akan berkobar-kobar mengucap syukur dan bercerita tentang Kanak-kanak itu kepada orang lain, bahwa Ia memang Imanuel, Allah beserta kita.*
Simak juga video renungan harian katolik berikut: