Reshuffle Kabinet

Menteri Kesehatan Baru Budi Gunadi Sadikin Bukan Dokter, IDI Tidak Keberatan, Yang Penting Ini

Pengangkatan Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan (Menkes) baru menggantikan Terawan Agus Putranto memantik komentar.

Editor: Agustinus Sape
KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA
Budi Gunadi Sadikin 

Menteri Kesehatan Baru Budi Gunadi Sadikin Bukan Dokter, IDI Tidak Keberatan, Yang Penting Ini

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Pengangkatan Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan (Menkes) baru menggantikan Terawan Agus Putranto memantik komentar. Soalnya, dia tidak berlatar belakang dokter atau tenaga kesehatan.

Namun, Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Zubairi Djoerban menilai bukan sebuah masalah jika Menteri Kesehatan ( Menkes) tidak berlatar belakang tenaga kesehatan.

Menurut dia, posisi Menteri Kesehatan adalah posisi manajerial yang akan mengatur jalannya kementerian mengatasi berbagai persoalan kesehatan.

“Saya kira dokter yang ahli manajemen bagus, orang manajemen yang kemudian paham dan berusaha maksimal memahami permasalahan kesehatan juga bagus menurut saya,” ucap Zubairi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (23/12/2020).

“Yang penting kan team work-nya nanti bagaimana dia merekrut pembantunya yang harusnya memang ahli dalam bidang kedokterannya sehingga keputusannya menjadi bermanfaat,” kata Zubairi.

Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Zubairi Djoerban.
Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Zubairi Djoerban. (Tangkap Layar YouTube/Najwa Shihab)

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo menunjuk Budi Gunadi Sadikin menjadi Menteri Kesehatan menggantikan Terawan Agus Putranto.

Sebelum menjabat sebagai Menteri Kesehatan, ia menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN mendampingi Erick Thohir yang menjabat sebagai menteri.

Selain itu, Budi Gunadi juga dipercaya menjadi Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional (Satgas PEN).

Zubairi yang juga menjabat Ketua Satgas Covid-19 IDI menuturkan, seorang menteri harus paham bidang kerja. Zubairi yakin dengan tim yang solid Budi bisa menyesuaikan diri dengan bidang kerjanya.

“Saya kira Pak Budi Gunadi ini sebelumnya track record-nya bagus namun kemudian harus dibantu oleh tim yang kuat untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan di Indonesia,” ucap Zubairi.

Ia mengatakan, selain Covid-19 masih banyak pekerjaan rumah yang harus bisa diselesaikan Menteri Kesehatan yang baru.

Penyakit TBC, HIV/AIDS dan Narkotika, menurut Zubairi masih menjadi masalah kesehatan yang menimbulkan penyebab kematian terbanyak.

“Jadi selain masalah Covid-19 banyak masalah lain yang memang perlu diatasi, jangan sampai terjadi collateral damage artinya masalah kesehatan lain juga harus diperhatikan,” ucap Zubairi.

“Dan saya kira track record beliau cukup baik untuk memahami ini,” tutur dia.

Penunjukan Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan disampaikan Presiden Joko Widodo di beranda Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Selasa (22/12/2020) sore.

Tak hanya Budi Gunadi, lima menteri baru juga diperkenalkan Jokowi.

Adapun kelima menteri baru lainnya yang diumumkan Jokowi ialah Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggantikan Wishnutama Kusubandio.

Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan menggantikan Edhy Prabowo.

Kemudian, Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama menggantikan Fachrul Razi.

Lalu, Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial menggantikan Juliari Batubara.

Selanjutnya ialah Muhammad Luthfi sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Agus Suparmanto.

Profil Budi Gunadi Sadikin

Budi Gunadi Sadikin memang tidak memiliki latar belakang dunia kedokteran atau kesehatan. Namun, dia bukan pemain baru dalam jajaran birokrasi pemerintahan.

Mengutip laman resmi Kementerian BUMN, Rabu (23/12/2020), profil Budi Gunadi Sadikin merupakan wajah lama di Kementerian BUMN. Ia beberapa wara-wiri menjabat berbagai posisi strategis di berbagai perusahaan pelat merah.

Berkuliah di bidang Fisika Nuklir di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus pada 1988, dirinya justru memilih berkarier di bidang keuangan. Dia juga memiliki sertifikasi sebagai Chartered Financial Consultant (ChFC) dan Chartered Life Underwriter (CLU) dari Singapore Insurance Institute pada tahun 2004.

ChFC adalah sebutan profesional yang telah menyelesaikan kursus komprehensif mengenai pendidikan keuangan. Mereka yang mendapatkan gelar tersebut dipahami memiliki pengetahuan dalam masalah keuangan dan memiliki kemampuan untuk memberikan nasihat yang baik.

Sementara itu, CLU adalah sebutan bagi seseorang yang memiliki speliasasi dalam asuransi jiwa dan perencanaan harta benda. Individu harus lulus serangkaian kursus dan ujian untuk menerima penunjukan.

Namanya mulai dikenal publik setelah didaulat menjadi Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang saat itu menjadi bank dengan aset terbesar di Indonesia.

Kariernya sebagai bankir terbilang sangat senior. Perjalanan karier Budi Sadikin di sektor keuangan cukup berliku, dari asuransi hingga perbankan.

Sempat menjadi Staf Teknologi Informasi di IBM Asia Pasifik, Tokyo, Jepang, pada 1988–1994, dia pernah menjadi General Manager Electronic Banking dan Chief GM Jakarta.

Tercatat ia pertama kali menjadi bankir saat bergabung dengan Bank Bali, Ia dipercaya memegang beberapa jabatan. Termasuk Chief General Manager Regional Jakarta.

Selepas dari Bank Bali, ia pernah menjabat sebagai Director of Consumer and Commercial Banking (Senior Vice President) untuk ABN AMRO Bank Indonesia & Malaysia.

Budi melanjutkan karier perbankannya dengan bergabung di PT Bank Danamon Tbk. sebagai Head of Consumer Banking (Executive Vice President).

Ia juga sempat menjadi Direktur Adira Quantum Multi Finance. Budi lalu berlabuh ke Bank Mandiri dengan posisi jabatan Direktur Micro dan Retail Banking.

Kariernya terus melesat hingga kemudian ditunjuk pemegang saham menjadi Direktur Utama Bank Mandiri pada tahun 2013.

Sempat menjadi Staf Ahli Menteri BUMN Rini Soemarno di periode 2016-207, dia kemudian diangkat menjadi Direktur Utama PT Inalum (Persero) seiring terbentuknya holding BUMN tambang.

Di tangan Budi Gunadi Sadikin, Inalum membeli 51 persen saham PT Freeport Indonesia. Keberhasilan itu atas kerja keras pemerintah dan tentunya Inalum dalam mencari pendanaan untuk membeli saham Freeport.

Tak lama menjadi Dirut Inalum, Budi Gunadi Sadikin kembali berganti jabatan di lingkup Kementerian BUMN. Di masa Menteri BUMN Erick Thohir, ia diplot menjadi Wakil Menteri BUMN. Ia mendampingi Erick Thohir sejak 25 Oktober 2019.

Di masa pandemi Covid-19, pria kelahiran Bogor, 6 Mei 1964 ini juga dipercaya menjadi Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional (Satgas PEN). Dalam menjalankan tugasnya, ia menegaskan aspek kesehatan ada di depan ekonomi, karena jika kesehatan membaik, maka ekonomi akan mengikuti.

"Nomor satu ini jelas, Pak Presiden jelas, bahwa yang di depan sektor kesehatan. Jadi kesehatan harus pulih dulu baru ekonomi, karena apapun yang kita lakukan, pandeminya pandemi kesehatan. Kita harus dorong itu (kesehatan) supaya pulih dulu, baru ekonomi menyusul," kata Budi Gunadi Sadikin pada 1 Oktober 2020 lalu.

* Kontroversi Menkes Terawan

Presiden Jokowi baru saja melakukan reshuffle kabinet.  Salah satu yang kena reshuffle adala Terawan Agus Putranto.

Terawan baru saja dicopot dari jabatannya.

Ya pencopotan Terawan Agus Putranto sebagai Menteri Kesehatan RI Joko Widodo dinilai oleh pengamat sebagai sesuatu yang wajar.

Hal ini mengingat sejumlah kontroversi Terawan selama Pandemi Virus Corona melanda Indonesia.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi me-reshuffle empat nama Menteri di Kabinet Indonesia Maju, dan satu di antara menteri yang dicopot ialah Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Kemudian, posisi Menteri Kesehatan digantikan oleh Budi Gunadi Sadikin.

"Budi Gunadi Sadikin, Dirut Bank Mandiri kemudian menjadi Dirut PT Asahan Alumuniium dan Wakil Menteri BUMN."

"Dan Sekarang kita berikan tanggung jawab untuk memimpin Kementerian Kesehatan," kata Presiden Jokowi di Istana Negara, Selasa (22/12/2020).

Diketahui, penggantian Menteri Kesehatan memang santer terdengar sejak isu reshuffle atau perombakan Kabinet Jokowi-Mak'ruf mencuat.

Berbagai pengamat menilai, sosok Terawan Agus Putranto memang layak untuk digantikan.

Hal itu lantaran kinerjanya sebagai Menteri Kesehatan yang sangat vital di masa pandemi Covid-19 ini, tidak memuaskan.

Terlebih, sosoknya kerap kali menuai kontroversi terkait desas-desus penanganan pandemi Covid-19.

Terawan pun dinilai sangat jarang tampil di hadapan publik untuk menjelaskan penanganan pandemi Covid-19.

Bahkan, jurnalis sekaligus presenter Najwa Shihab sampai mewawancarai bangku kosong untuk menyindir Terawan.

Sebab, sosoknya tidak pernah mau untuk hadir saat diundang ke acara Mata Najwa.

Padahal menurut Najwa, kehadiran Terawan sangat diperlukan untuk menjelaskan kepada publik terkait situasi pandemi Covid-19 di Indonesia.

Sementara, pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menilai wajar jika Terawan sulit muncul ke publik.

Sebab, sejak awal pandemi Covid-19, Terawan sering membuat pernyataan yang memicu kontroversi.

Seperti saat Terawan menyebut, orang Indonesia tidak akan tertular Covid-19.

"Sampai sekian lama ya Menkes tidak muncul, sebab komentarnya tidak friendly dan tidak memberi kejelasan kepada masyarakat," tutur Agus, dikutip dari Kompas.com.

Pernyatan-pernyataannya yang menuai kontroversi terjadi pada Februari-Maret lalu, saat awal pandemi menimpa Indonesia.

Hingga akhirnya, setelah pernyataannya menjadi kontroversi, Terawan mulai jarang tampil di hadapan publik.

Berikut tiga pernyataan Menkes Terawan yang menuai kontroversi saat awal pandemi Covid-19:

1. Bersyukur Covid-19 tak terdeteksi dan kekuatan doa

Pernyataan bersyukur Covid-19 tidak terdeteksi ini disampaikan Terawan pada 11 Februari lalu, saat virus corona belum terdeteksi di Indonesia.

Terawan mengaku heran dengan wartawan yang terus-terusan mempertanyakan keberadaan virus corona di Indonesia.

Ia memastikan pemerintah terus berusaha melakukan tes untuk mendeteksi Covid-19.

Terawan pun meminta masyarakat bersyukur karena virus corona belum terdeteksi di Indonesia.

"Kalau tidak (ada temuan virus corona) ya justru disyukuri, bukan dipertanyakan."

"Itu yang saya tak habis mengerti, kita justru harus bersyukur Yang Maha Kuasa masih memberkahi kita," kata dia.

Ketika itu sejumlah pakar dan epidemiolog sudah mempertanyakan kemungkinan Covid-19 masuk ke Indonesia, namun tidak terdeteksi oleh pemerintah.

2. Misinformasi soal pasien 1 dan 2

Pada 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia.

Menkes Terawan turut mendampingi Presiden Jokowi saat menyampaikan pengumuman.

Terawan menyebut kedua pasien adalah ibu dan putrinya yang tinggal di Depok, Jawa Barat.

Keduanya tertular dari warga Jepang domisili Malaysia yang sempat datang ke Indonesia dan berkunjung ke rumah mereka di Depok.

"Ini kan teman dekatnya, datangnya ke rumah dong. Di sini, di daerah Depok (rumahnya)," kata Terawan.

Terawan juga menyebut, warga Jepang itu baru terdeteksi positif corona setelah meninggalkan Indonesia dan tiba di Malaysia, setelah itu, Kemenkes melakukan penelusuran kontak.

Namun belakangan terungkap ada perbedaan informasi yang disampaikan Menkes dengan pengakuan kedua pasien positif Covid-19.

Pasien 2 menegaskan anaknya tak kenal dengan WN Jepang, hal ini berbeda dengan keterangan Menkes yang menyebut WN Jepang itu berkunjung ke rumah pasien di Depok.

"Anak saya tidak kenal," kata pasien 2.

Pasien 2 mengatakan, anaknya menjadi host dalam sebuah acara yang diselenggarakan di daerah Kemang.

Kebetulan, saat itu ada seorang perempuan WN Jepang di acara tersebut.

Pasien 2 juga menegaskan, ia dan anaknya lah yang berobat ke RS dan meminta untuk dilakukan tes Covid-19.

Permintaan ini diajukan setelah mereka mendapat kabar bahwa WN Jepang yang hadir di acara dansa dinyatakan positif corona.

Jadi, bukan hasil penelusuran kontak seperti yang disampaikan Terawan.

"Atas inisiatif saya, kami minta kepada dokter untuk dilakukan tes virus corona saja. Terus terang kami khawatir terhadap diri kami," kata pasien kasus 2.

3. Penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya

Terawan sempat mengaku heran dengan hebohnya respons publik pasca-pengumuman kasus pertama Covid-19 di Indonesia.

Terawan mengatakan, publik mestinya tidak perlu khawatir karena penyakit flu yang biasa menjangkiti warga Indonesia justru mempunyai angka kematian lebih tinggi daripada virus Corona.

"Padahal kita punya flu yang biasa terjadi pada kita, batuk pilek itu angka kematiannya lebih tinggi dari yang ini corona tapi kenapa ini bisa hebohnya luar biasa," kata Terawan di Kantor Kemenkes, Senin (2/3/2020).

Terawan menuturkan, respons publik atas virus corona ini disebabkan oleh cara pandang publik dalam melibat virus tersebut.

"Saya sebagai Menteri Kesehatan ya saya hanya mengimbau mau dibikin horor, heboh, atau tidak, itu tergantung kita semualah, tergantung sudut pandang kita," ujar Terawan.

Terawan juga menyatakan, Covid-19 merupakan penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.

Hal ini dikatakan Menkes terkait tiga pasien positif Covid-19 di Indonesia yang telah dinyatakan sembuh.

"Dan saya merasa sangat berbahagia. Bahwa teorinya benar bahwa memang ini adalah self limiting disease yang akan sembuh sendiri."

"Penyakit yang akan sembuh sendiri," kata Terawan saat jumpa pers di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Kamis (12/3/2020).  (Tribunnews.com/Maliana, Kompas.com/Ihsanuddin)

Artikel ini sudah tayang di https://bangka.tribunnews.com/amp/2020/12/22/menkes-terawan-dinilai-wajar-dicopot-karena-jarang-tampil-saat-pandemi-dan-sederet-kontroversi-ini?page=all

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Profil Budi Gunadi Sadikin, Jebolan Fisika Nuklir, Bankir, Lalu Menkes", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2020/12/23/071810026/profil-budi-gunadi-sadikin-jebolan-fisika-nuklir-bankir-lalu-menkes?page=all#page2.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved