Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Sabtu 19 Desember 2020: Tahan Banting

Ini kisah tentang Zakharia dan Elisabet.Sang suami adalah seorang imam Yahudi dan sang istri berasal dari keturunan Harun, imam agung.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Sabtu 19 Desember 2020: Tahan Banting (Lukas 1:5-25)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Ini kisah tentang Zakharia dan Elisabet. Pasutri ini bukan orang sembarangan. Sang suami adalah seorang imam Yahudi dan sang istri berasal dari keturunan Harun, imam agung. Keduanya tergolong orang baik.

Penginjil Lukas menulis dengan jelas tentang mereka. "Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat" (Luk 1:6).

Tapi sayang, mereka punya problem yang tak bisa dibilang kecil. Mereka dirundung problem penderitaan besar. Soalnya "mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya" (Luk 1:7).

Perlu dicatat, tidak mempunyai anak adalah suatu aib, dianggap sangat hina pada zaman itu; sesuatu yang memalukan, mencemarkan. William Barclay menulis, "Rabi-rabi Yahudi mengatakan bahwa ada 7 (tujuh) orang yang dikucilkan dari Allah dan daftar itu dimulai dengan ‘seorang Yahudi yang tidak mempunyai istri, atau seorang Yahudi yang mempunyai istri dan tidak mempunyai anak".

Padahal dari kata-kata Malaikat kepada Zakharia, ‘doamu telah dikabulkan dan Elisabet, istrimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu’ (Luk 1:13), jelas terbaca bahwa mereka pasti pendoa dan mereka tentu berdoa dengan intensi khusus, yaitu agar dianugerahkan anak.

Berarti ada sesuatu yang paradoks. Mereka hidup saleh, taat, benar, dan secara khusus bertugas melayani Tuhan; tetapi ternyata mereka mempunyai problem, berada dalam penderitaan. Seakan mereka tidak mendapat berkat oleh kesalehan hidupnya. Menjadi saleh ternyata tidak berbanding lurus dengan memperoleh berkat, menjadi terberkati.

Ini menunjukkan bahwa orang yang beriman, saleh, dan melayani Tuhan, bisa saja mengalami problem dan penderitaan; bahkan problem dan penderitaan itu bisa dialami berlarut-larut, selama kurun waktu yang panjang; dari masa muda hingga tua.

Berkaca pada pengalaman Zakharia dan Elisabet, teringat lagi kata-kata sekenanya dari seorang rahib, "Jangan percaya pada ajaran yang mengatakan bahwa orang yang beriman dan taat hidupnya akan enak terus, penuh mukjizat, kaya, bebas dari masalah dan penderitaan".

Kita menangkap pesan untuk diri kita. Kalau dihadapkan dengan masalah; kalau hidup kita penuh dengan penderitaan; itu tidak selalu menunjukkan bahwa kita tidak beriman atau bahwa kita pasti tidak mendapat curahan berkat dari Tuhan. Sebaliknya seandainya hidup kita baik, berhati tulus, bertakwa dan baik di hadapan Tuhan, tak berarti kita bebas dari yang namanya derita.

Satu hal yang indah dan harus kita tiru dari Zakharia dan Elisabet adalah sekalipun mereka punya problem, penderitaan sekian besar dan berlarut-larut; dan sekalipun hidup mereka "seolah-olah tidak diberkati", tetapi mereka tetap setia kepada Tuhan dalam hidup maupun pelayanan mereka!

Kita harus mengakui bahwa dalam hidup, ada kalanya kita meraih keberhasilan demi keberhasilan; banyak berkat yang kita terima, seperti kesehatan, rezeki, terhindar dari kecelakaan; banyak intensi dan doa novena yang terkabulkan. Namun ada kalanya pula kita tertimpa masalah demi masalah. Rumah barusan dibobol maling, menyusul anak tertangkap polisi karena terjerat narkoba, lalu muncul pandemi yang berimbas bisnis mandek dan terbelit utang di bank atau koperasi.

Pertanyaan reflektifnya, apakah kita hanya setia kepada Tuhan di kala mendapat banyak berkat? Apakah kita akan tetap setia kepada Tuhan sekalipun segala sesuatu rasanya kacau, tidak beres dalam hidup kita? Apakah kita akan tetap bertahan untuk terus melayani Tuhan, meski 'dicemarkan nama baik, tersakiti, dsb?

Apakah kita akan tetap bertahan dalam iman, meski dihadapkan pada pilihan sulit; meski terjerumus dalam "situasi tercemar" sampai saatnya Tuhan "berkenan menghapuskan aibku di depan orang?" Luk 1:25).

Simak juga video renungan harian katolik berikut:

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved