Breaking News

Difabel Korban Erupsi Ile Lewotolok Butuh Penanganan Khusus

Forum Peduli Kesejahteraan Difabel dan Keluarga ( FPKDK) Kabupaten Lembata berjuang mencari tahu keberadaan para difabel

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/RICKO WAWO
Ramsya Langoday (tengah), Ketua FPKDK Lembata, sedang berdiskusi tentang penanganan pengungsi difabel bersama Relawan Forum Lembata Memanggil Gabriel Goa (kiri) dan Polce Ruing di Posko FLM Hotel Rejeki Lewoleba, Jumat (18/12/2020) 

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA-Sejak erupsi Ile Lewotolok, pada 29 November 2020, Forum Peduli Kesejahteraan Difabel dan Keluarga ( FPKDK) Kabupaten Lembata berjuang mencari tahu keberadaan para difabel dari Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur yang menjadi korban erupsi.

Mereka kini berada di posko-posko pengungsian dan juga ada di rumah-rumah keluarga yang ada di Kota Lewoleba. Namun belum ada jaminan penanganan terhadap mereka ramah difabel atau tidak.

Ketua FPDK Kabupaten Lembata Ramsya Langoday mengatakan berdasarkan data yang mereka kumpulkan sebanyak 393 kaum difabel dari Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur yang terdampak erupsi Ile Lewotolok dan sekarang berada di lokasi pengungsian.

Baca juga: Penjelasan Sekretaris Umum FPI Soal Demo 1812 di Istana: Bukan Perintah Rizieq Shihab

"Difabel ini kelompok yang sangat rentan. Dalam situasi bencana seperti ini orang normal saja ada kesulitan apalagi difabel. Kesulitan mereka berlapis-lapis," ungkap Ramsya di Posko Forum Lembata Memanggil di Hotel Rejeki Lewoleba, Jumat (18/12/2020) pagi.

Ramsya menceritakan bahkan pada saat erupsi Ile Lewotolok ada difabel yang tidak sempat mengevakuasi diri ke Kota Lewoleba karena keterbatasan fisik.

Baca juga: Peduli Korban Erupsi Gunung Ile Lewotolok, Ikatan Pegawai OJK Donasi ke Sekolah dan Pelajar

Menurutnya ada difabel yang tidak bisa duduk, dia hanya bisa tidur saja dan butuh pendampingan ekstra.

Kondisi seperti ini, kata dia, perlu penanganan khusus sebenarnya supaya dia tetap merasa nyaman dan aman meski berada di tempat pengungsian.

Para difabel korban erupsi Ile Lewotolok yang berada di rumah keluarga juga tidak mau pindah ke posko khusus difabel di SDI Waikomo yang sudah disiapkan pemerintah.

"Itu karena mereka juga trauma dengan proses evakuasi pertama. Kita tidak akan paksa untuk pindah posko. Kita juga tidak bisa paksa orang yang menampung mereka di rumah untuk layani mereka sesuai yang kita mau," katanya.

Saat ini, tambahnya, para difabel pengungsi erupsi Ile Lewotolok membutuhkan obat-obatan, pelayanan kesehatan, pelayanan trauma healing, kursi roda, tongkat kaki tiga, tongkat ketiak dan kebutuhan ramah difabel lainnya.

Relawan Forum Lembata Memanggil Gabriel Goa menjelaskan pihaknya bermitra dengan FPKDK untuk menangani penyintas difabel.

"Kita tidak akan intervensi jauh, kita siapkan logistiknya dan kita berbagi peran saja," ujarnya.

Senada dengan Ramsya, Gabriel berujar kalau kaum difabel memang merupakan kelompok rentan dalam penanganan pengungsi seperti saat ini.

Fasilitas yang disiapkan untuk mereka juga harus ramah difabel sehingga mereka merasa nyaman dan aman.

Korban difabel, lanjutnya, sejak awal mendapat perhatian khusus Relawan Forum Lembata Memanggil dan dia bersyukur karena di Lembata sudah ada forum khusus seperti FPKDK yang sudah berkompeten menangani difabel.

Forum Lembata Memanggil dan FPKDK akan bermitra menangani masalah yang masih dihadapi difabel korban erupsi Ile Lewotolok.

Selain penanganan trauma healing dan pelayanan kesehatan bagi difabel, pihaknya juga berupaya mendatangkan beberapa barang kebutuhan khusus untuk kaum difabel. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved