Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Kamis 16 Desember 2020: Yesus Adalah Saudara Kita
Silsilah Yesus Kristus. Terasa agak melelahkan dan membosankan saat membacanya. Ada sebuah kerangka dengan sederetan nama-nama.
Renungan Harian Katolik, Kamis 16 Desember 2020: Yesus Adalah Saudara Kita (Matius 1:1-17)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Silsilah Yesus Kristus. Terasa agak melelahkan dan membosankan saat membacanya. Ada sebuah kerangka dengan sederetan nama-nama. Pesan rohani sangat miskin dan kabur. Apa yang mau dikatakan?
Tapi terbaca cukup jelas, diawali dengan referensi kepada Yesus Kristus: "Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham" (Mat 1:1); dan menjelang akhir disebut: "Yesus, yang disebut Kristus" (Mat 1:16).
Berarti Yesus termasuk anggota suatu suku bangsa dengan sejarahnya, yakni bangsa terpilih, bangsa Israel. Secara historis, Yesus adalah seorang Yahudi. Ia adalah raja dan manusia yang memiliki latar belakang Yahudi.
Sebagai orang Yahudi tulen, Ia digelari "anak Daud, anak Abraham", sebuah gelar yang berasal dari perbendaharaan Yahudi Perjanjian Lama, untuk seorang Mesias yang dinantikan bangsa terpilih sebagai pembebas.
Dalam sejarah bangsa Yahudi, Allah pernah mengikat janji dengan Abraham, bapa bangsa mereka: "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur dan engkau akan menjadi berkat" (Kej 12:2). Allah juga pernah berjanji kepada Daud bahwa seorang keturunannya akan muncul dan Allah akan mengokohkan kerajaannya (2 Sam 7:12-18).
Dus, dalam diri Yesus, janji-janji itu hidup lagi malah mendapat kepenuhannya. Yesus anak Daud, anak Abraham adalah Dia yang sudah dinantikan dalam sejarah bangsa Yahudi, sudah dikenal dalam janji mereka. Cita-cita, harapan orang Yahudi terjawab dalam diri Yesus. Yesus bukan jauh, bukan baru sama sekali. Ia bukan seorang asing, melainkan Ia terlahir dan masuk dalam silsilah, garis keturunan leluhur mereka.
Lalu, apa relevansinya mengetahui silsilah Yesus Kristus bagi kita zaman now?
Bagi orang Kristen asal Yahudi, silsilah ini memberi penegasan kepada mereka, bahwa Yesus itu memang manusia Yahudi, Dia bagian dari sejarah dan budaya mereka. Dia adalah saudara mereka. Dia adalah bagian dari diri mereka sendiri. Dia ada dalam cita-cita, harapan, suka dan duka mereka. Bahkan Ia adalah pemenuh janji yang mereka nanti-nantikan sejak leluhur mereka.
Meski sebagai seorang Yahudi, Ia juga sesungguhnya adalah bagian dari diri kita juga. Dunia Yahudi adalah pintu masuk Ia menjadi "manusia" seperti kita. Melalui suku bangsa Yahudi, Ia datang ke dalam silsilah, sejarah dan budaya "manusia" kita. Ia menjadi manusia Yahudi, agar Ia menjadi manusia bersama kita. Ia masuk ke dalam hidup, cita-cita, pergulatan hidup kita. Ia menjadi pemenuh janji-janji dan harapan kita.
Olehnya, semestinya Yesus menjadi unsur yang (sudah) terintegrasi dalam sejarah hidup suku, marga, budaya, bangsa, persekutuan, komunitas, keluarga kita. Dia seharusnya menjadi saudara kita, anggota keluarga kita, yang hidup dan menyertai kita dalam segala situasi.
Maka, dalam suka atau duka, berhasil atau gagal, seperti Petrus, kita mestinya mampu menyimpulkan: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah" (Yoh 6:68-69).
Searah dan semakna itu, bersama Yesus sebagai saudara se-marga, se-suku, se-perkumpulan, kita pun mesti memandang orang lain sebagai saudara. Saat melayani pelanggan, mengobati si sakit, berkarya bersama rekan atau kolega, kita harus memperlakukan mereka sebagai saudara. Pertemuan kring atau lingkungan, gotong royong RT/RW sesungguhnya merupakan pertemuan dan kegiatan persaudaraan kita.*
Simak juga video renungan harian katolik berikut:
