Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Rabu 16 Desember 2020: Ragu-Bimbang
ia mengutus dua muridnya pergi bertanya langsung kepada Yesus, "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?"
Renungan Harian Katolik, Rabu 16 Desember 2020: Ragu-Bimbang (Lukas 7:19-23)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Ada banyak hal yang bisa bikin orang bimbang, ragu, skeptis. Salah satunya adalah kepastian. Mengetahui secara pasti tentang identitas, berikut maksud hati, bobot, bibit, bebet dari sang calon menantu, tentu membuat orang tua tak ragu untuk melepaskan anak gadisnya. Bawahan kadang menjadi bimbang, ragu bertindak bila atasan tak jelas arah, program kerja, dan kebijakannya.
Seorang sahabat sering mengirimkan WA, bercerita tentang kondisi sulit yang ia hadapi. Omset perusahaan melorot jatuh di masa pandemi covid ini. Ibunya yang sudah uzur harus menjalani cuci darah. Anak-anaknya tak pernah berusaha untuk menata hidup dan ingin menjadi apa. Ia telah berusaha dengan segala daya, termasuk berpasrah total dalam doa yang tak kunjung putus. Namun kondisinya tak pernah beranjak baik selangkah pun. Ia menjadi skeptis, bahkan terhadap Tuhan. Benarkah Gusti ora sare?
Yohanes Pembaptis rupanya berada dalam kondisi skeptis yang luar biasa. Sepanjang hidup ia telah mempersiapkan jalan bagi Sang Mesias. Bahkan ia sendiri pernah membaptis-Nya dan menyampaikan kepada para pengikutnya, "Ia ada di antara kalian. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus". Namun sampai ia dipenjara, rupanya Sang Mesias sendiri tak pernah menyatakan diri-Nya secara terbuka.
Maka dalam kegoncangan dan keraguan dirinya, ia mengutus dua muridnya pergi bertanya langsung kepada Yesus, "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" (Luk 7:20).
Kepada Yohanes Pembaptis dan semua orang yang saat ini sedang bimbang dan skeptis dalam hidupnya tentang kemesiasan-Nya, Yesus tidak memberi jawaban tentang siapakah diri-Nya, tapi justru membeberkan daftar perbuatan yang Ia lakukan.
"Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik" (Luk 7:22).
Dengan sangat jelas Yesus tak mau membuka dan menunjukkan identitas pribadi-Nya. Yesus tidak merasa diutus ke dunia ini untuk mengobralkan rahasia diri-Nya: "Oh iya saya memang Mesias", seperti kita yang sering begitu mudah tanpa diminta pun langsung membuka diri berujar, "gue anak jenderal", "gue pimpinan" . Yesus tetap sadar bahwa Ia diutus untuk "bekerja, berkarya". Perbuatan itulah yang seharusnya menjadi bukti dan meyakinkan orang tentang siapakah diri-Nya.
Tapi perlu diperhatikan, perbuatan-Nya yang menjadi bukti siapakah diri-Nya itu terarah dan terjadi pada orang lain, yakni pada diri "orang buta, orang lumpuh, orang kusta, orang mati, orang miskin". Jadi, proklamasi diri-Nya yang paling dahsyat itu terletak dalam tindakan-Nya mengurus dan menangani orang sederhana dan bersengsara.
Dengan begitu, Yesus seolah-olah juga mau mengatakan: "Keraguan diri kamu itu bukan masalah yang menyangkut diri Saya, melainkan justru masalah pada diri kamu sendiri. Kamu bisa bebas dari kebimbangan, kalau kamu melakukan perbuatan seperti yang Saya lakukan. Dengan terus bekerja dan tidak berhenti berkarya untuk kebaikan orang lain, maka akan sirna keraguan dalam dirimu".
KITA?
Yesus menitip pesan-Nya kepada Yohanes Pembaptis dengan berkata begini: "Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku". Pesan ini sungguh sarat makna bagi kita yang bimbang, skeptis. Bahwa kita jangan sampai kecewa pada Tuhan, karena kondisi sulit apa pun yang kita hadapi. Poin kita adalah fokus dan teruslah berkarya dan berbuat baik. Karya dan perbuatan baik itulah yang akan menghapus awan gelap kebimbangan dan membuat kita bisa melihat bahwa Tuhan memang tidak tidur.*
Simak juga renungan harian katolik berikut: