Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Senin 14 Desember 2020, Pesta St. Yohanes dari Salib: Kuasa

Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Senin 14 Desember 2020, Pesta St. Yohanes dari Salib: Kuasa (Matius 21:23-27)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPNG.COM - Dengan kehidupan sehari-hari, kita menjumpai ada orang yang memanfaatkan kuasa yang dimiliki untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya; ada orang yang cenderung bertindak sesuka hatinya, mentang-mentang karena dia berkuasa; ada juga orang yang sok berkuasa, padahal dia bukan orang yang memiliki kuasa.

Tak jarang kita menyaksikan pula ada orang yang mempertanyakan kuasa yang dimiliki orang yang sedang menjalankan tugas dengan dasar kuasa yang dimilikinya. Dengan sangat terbuka kita lihat ada orang yang ngeyel mengganggu kuasa yang secara sah dimiliki oleh orang lain. Bahkan tak segan orang berusaha merebut kuasa yang dimiliki oleh orang lain, lantaran tak rela orang lain berkuasa.

Ketika Yesus sedang mengajar dalam Bait Allah, imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi mempertanyakan, "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" (Mat 21:23).

Tidak diberitahu oleh penginjil Matius, apa alasan para pemuka Yahudi itu melakukan hal itu. Kita bisa berandai-andai, mungkin mereka merasa "terganggu", bahkan "terancam" kedudukan dan kewibawaannya di mata umat. Bisa jadi kalah pamor dan kehilangan jemaah berikut tergerusnya pengaruh dan pendapatan.

Kuasa, wewenang, otoritas dalam bahasa Latin "auctoritas" dari kata kerja "augere" yang berarti menambah, membuat lebih besar.

Dengan kuasa, orang yang berkuasa memang bertambah besar pengaruh, bertambah tinggi kedudukan, bertambah lebar jangkauan untuk berbuat atau bertindak.

Tidaklah heran kalau para pemuka Yahudi cenderung berkuasa, senang berkuasa, berusaha untuk mempertahankan kuasa, berbuat seakan kuasa itu milik pribadi.

Menarik disimak! Yesus tidak terjebak memberi jawaban atas pertanyaan para pemuka Yahudi. Ia justru balik bertanya tentang sumber atas asal kuasa.

"Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?" (Mat 21:25). Kalau dari sorga, kenapa mereka merasa seakan "pemilik" eksklusif kekuasaan itu? Kenapa mereka tidak menerima Yohanes Pembaptis sebagai nabi yang jelas-jelas menjalankan kuasa mengajar dan membaptis orang?

Kalau dari manusia, kenapa mereka tak menolak Yohanes Pembaptis? Kenapa takut kepada orang banyak yang menerima Yohanes Pembaptis dengan kuasa yang dimilikinya?

KITA?
Kita mesti sadari asal, sumber kuasa yang kita miliki. Terkadang kita dengar istilah "amanah" yang menunjuk kepada kuasa, wewenang saat seseorang dilantik atau diambil sumpah untuk menduduki jabatan tertentu. Itu memberi pesan bahwa kuasa itu hanyalah titipan, bukan "milik eksklusif pribadi" dan tak boleh digunakan semau gue.

Kalau kuasa itu asalnya dari "atas", maka tujuannya untuk kebaikan, keselamatan. Dengan begitu, siapa pun yang mengajarkan kebaikan, berbuat kebaikan, janganlah dipertanyakan atau dipersoalkan atau dicari-cari alasan untuk menjatuhkannya. Semestinya ia diterima, didukung, diulurkan tangan, agar bisa bergandengan tangan untuk kebaikan.*

Simak juga renungan harian katolik berikut:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved