Renungan Harian katolik

Renungan Harian Katolik, Jumat 11 Desember 2020: Skenario Tuhan

Yesus menceritakan sebuah perumpamaan yang indah.Anak-anak membuat skenario "drama" dan memainkannya sendiri.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Jumat 11 Desember 2020: Skenario Tuhan (Matius 11:16-19)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Yesus menceritakan sebuah perumpamaan yang indah. Dia mengambil potret langsung dari kehidupan sehari-hari, pemandangan yang biasa dari dunia anak-anak, dunia permainan anak-anak. Anak-anak membuat skenario "drama" dan memainkannya sendiri.

Mula-mula ada anak yang mengajak bermain pesta pernikahan. Untuk itu ditentukan, ada anak-anak yang berperan sebagai pengantin perempuan dan laki-laki. Ada yang jadi pelayan dan tetamu. Ada juga yang menjadi pemain musik gondang dengan seruling yang khas.

Pesta pernikahan pun lantas digelar. Pelayan sibuk melayani para tamu. Setelah itu saatnya menari dan berdansa. Beberapa anak diminta menarikan polonaise. Musik cha cha dimainkan. Seruling ditiup. Namun rupanya tak ada yang turun melantai. Anak-anak yang bertugas menari ternyata menolak untuk berpolonaise. Mereka tidak tertarik dengan permainan pesta pernikahan itu.

Kemudian, dibikin sebuah skenario tragedi. Beberapa anak harus memainkan kisah penguburan orang meninggal. Salah seorang dari mereka harus berperan sebagai orang yang meninggal, sementara yang lainnya menyanyikan lagu perkabungan. Sisanya harus meratap. Tetapi rupanya mereka juga menolak. Mereka tidak tertarik untuk terlibat dalam permainan penguburan itu.

Saking jengkelnya, anak-anak yang telah merencanakan permainan itu berkata kepada anak-anak yang tidak mau berperan serta, "Kalian ini gimana ya ... kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung" (Mat 16:17).

Konon oleh ahli Kitab Suci, kisah perumpamaan Yesus ini bisa ditafsir dari 2 (dua) sisi: pertama, anak-anak yang mengusulkan permainan pesta pernikahan dan penguburan merepresentasikan Yesus dan Yohanes Pembaptis yang melakukan itu secara berurutan.

Anak-anak yang menolak berpartisipasi di dalam permainan itu adalah orang-orang Yahudi. Yohanes datang kepada mereka dan menyanyikan kidung duka, tetapi mereka tidak dalam keadaan yang mau mendengarkan dia.

Untuk menyingkirkan Yohanes, mereka mengatakan Yohanes kerasukan. Kemudian Yesus datang dan dengan berbagai cara membawa kabar sukacita dan kebahagiaan; Orang-orang Yahudi mengejek Dia karena Dia masuk ke rumah orang berdosa dan Dia makan dan minum dengan mereka.

Kedua adalah kebalikan dari yang pertama. Anak-anak yang mengusulkan permainan pernikahan dan penguburan adalah orang-orang Yahudi yang menginginkan Yohanes gembira dan Yesus menangis. Pada saat keduanya tidak memenuhi pengharapan mereka, maka mereka mengeluh.

Mereka mengatakan kepada Yohanes, "Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari." Dan mereka mengatakan kepada Yesus, "Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis".

Bagi kita, pesan pokok yang penting adalah ini. Kalau Tuhan mengajak kita main drama, kisahnya sedih. Skenario yang dibuat Tuhan berkisah tentang sakitnya anak kita atau kematian orang tua, atau gagalnya usaha bisnis. Kita ditunjuk jadi aktor dan aktrisnya. Tentu kita harus berlapang dada untuk menerima dan menjalaninya.

Di lain waktu, Tuhan memberi kita peran dalam lakon keberhasilan, tentang kembali sehatnya mertua, tentang negatif-nya hasil SWAB, tentang pembagian THR dan perayaan natal. Maka semestinya kita bermain dengan hati gembira. Kita syukuri dengan segenap jiwa dan raga.

Dengan begitu, tentu kata-kata-Nya justru indah bagi kita, "Saya meniup seruling dan kamu menari, saya menyanyikan kidung duka, kamu mau berkabung ... hikmat-Ku dibenarkan oleh perbuatanmu" (Mat 11:19).*

SIMAK JUGA VIDEO RENUNGAN HARIAN KATOLIK BERIKUT:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved