Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Sabtu 5 Desember 2020: Jadi Pekerja Bukan Musiman

Tuhan ajak kita buka mata dan hati untuk saudara-saudari kita di Lembata, korban letusan Gunung Ile Lewotolok yang berada di tenda pengungsian

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Sabtu 5 Desember 2020: Jadi Pekerja Bukan Musiman ( Matius 9:35-10:1.6-8)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Di kampung-kampung, saat panen tiba, petani kadang tak mungkin bisa memanen sendiri panenan padi atau jagungnya. Ia pasti mencari bantuan tenaga orang lain.

Di Flores Timur, kalau ia tergabung dalam kelompok gemohing, maka ia pasti dibantu oleh anggota kelompoknya. Jika tidak, ia tentu mengupah pekerja-pekerja musiman.

Pemilik lahan kelapa sawit di Sumatera, tiap dua minggu pasti mempekerjakan orang-orang untuk memanen. Ada sejumlah orang yang berprofesi sebagai pekerja-pekerja musiman.

Saat berkeliling dari kota ke kota, menjelajah kampung-kampung, mengajar dalam rumah-rumah ibadat, memberitakan Injil, melenyapkan segala penyakit dan kelemahan; Yesus melihat orang banyak dan tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan karena mereka lelah dan telantar. Lantas meluncurlah kata-kata ini kepada para murid-Nya, "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit ... mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."

Tuaian macam apakah yang dipikirkan Yesus dan pekerja-pekerja seperti apakah yang dimaksudkan oleh Yesus?

Dalam kitab Yoel, terbaca catatan ini, "Baiklah bangsa-bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat, sebab di sana Aku akan duduk untuk menghakimi segala bangsa dari segenap penjuru. Ayunkanlah sabit, sebab masak tuaian" (3:12-13a). Rupanya Kitab Suci memaksudkan "tuaian" itu sebagai penghakiman terakhir, saat akhir zaman (bdk. Why 14:15-16).

Pandangan ini pun berkali-kali ditegaskan oleh Yesus sendiri. Misalnya, Ia menyinggung dalam perumpamaan tentang lalang di antara gandum (Mat 13:24-30). Ia menunjukkan bahwa waktu menuai adalah saat penghakiman nanti.

Namun, dengan term zaman akhir, berarti ada proses yang sudah dimulai dan kini sedang berlangsung. Proses penghakiman, proses pengumpulan panenan ke dalam lumbung, proses penyaringan yang baik dikumpulkan dan yang jelek dibakar, telah dimulai dan sedang berlangsung dengan kehadiran dan karya-Nya yang Ia laksanakan di bumi. Ia berkeliling, mewartakan dan berbuat baik agar semua orang bisa menjadi gandum yang baik. Ia melenyapkan segala penyakit dan kelemahan agar orang bisa tersembuhkan dan terselamatkan.

Hanya Yesus menyadari bahwa pekerjaan-Nya bukanlah ringan. Ini pekerjaan raksasa. Itulah sebabnya Ia berbicara tentang "pekerja-pekerja". Jumlahnya yang Ia miliki belumlah mencukupi. Bahkan masih sangat kurang, bila dibandingkan dengan besarnya karya yang mesti dilaksanakan.

Siapakah "pekerja-pekerja" itu? Para rasul? Tentu saja. Mereka nomor satu. Dalam bahasa gerejani, para pekerja itu biasanya diterapkan oleh liturgi Gereja pada masalah panggilan. Maka didoakanlah mohon panggilan untuk menjadi imam, frater, suster, dan semua mereka yang membantu mereka secara langsung. Tapi penerapan ini bukanlah satu-satunya.

Setiap orang yang mengikuti Yesus seharusnya menjadi pekerja. Siapa pun yang mengikuti Yesus memang dibutuhkan oleh Yesus untuk berkeliling, mengajar dan memberitakan Injil; untuk melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Pengikut Yesus memang dibutukan menjadi pekerja-pekerja tetap di mana pun dan kapan pun untuk menolong sesamanya yang lelah dan telantar.

Syaratnya terbaca sangat jelas dalam apa yang ditunjukkan oleh Yesus sendiri, yakni "tergerak hati oleh belas kasihan". Artinya, memperhatikan orang, menaruh minat terhadapnya, mengamat-amati kebutuhannya. Pendeknya, mempedulikan yang lelah, yang telantar, seperti domba tak bergembala. Rasa belas kasihan ini harus menetap dalam hati, sehingga ia tak hanya bersifat musiman.

KITA?
Kita memang telah menjadi pekerja. Tapi kali ini Yesus katakan kepada kita lagi, "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit". Mungkinkah kita masih menjadi pekerja musiman? Dia menunjukkan kepada kita, "Lihat tuh, ada banyak yang lelah dan telantar seperti domba yang tidak bergembala".

Tuhan ajak kita buka mata dan hati untuk saudara-saudari kita di Lembata, korban letusan Gunung Ile Lewotolok yang berada di tenda pengungsian dan rumah-rumah warga.*

SIMAK JUGA RENUNGAN HARIAN KATOLIK BERIKUT:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved