Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Selasa 1 Desember 2020, Pesta St. Dionisius & Redemptus: Manusia Pencinta
Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan
- Renungan Harian Katolik, Selasa 1 Desember 2020, Pesta St. Dionisius & Redemptus: Manusia Pencinta ( Lukas 10:21-24)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Betapa gembiranya hati Yesus saat menyambut kembalinya ketujuh puluh murid dari tugas perutusan. Dalam suasana sukacita yang dikarenakan Roh Kudus, Yesus mengucapkan sebuah doa syukur.
Doa itu berisikan ucapan-ucapan tentang "orang-orang bijak" dan "orang-orang kecil". Orang-orang kecil diberi wahyu oleh Bapa. Mereka menangkap saat datangnya Kerajaan Allah di bumi ini dalam diri Yesus. Lalu, melalui Yesus, mereka menangkap dan menjadi tahu misteri Allah. Sedangkan orang-orang bijak menjadi tidak tahu.
"Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu" (Luk 10:21).
Siapakah "orang kecil" dalam doa Yesus itu? Mereka yang membiarkan diri dibimbing oleh kasih. Mereka dari bermacam-macam golongan masyarakat. Namun ciri khas mereka adalah kasih.
Kasih berarti lupa akan diri sendiri, rendah hati, terpusat pada Allah dan sesama. Orang yang sungguh-sungguh mengasihi, cepat sekali melihat Allah serta karya-Nya. Biarpun ia "bodoh" dan tak terpelajar. Biar ia miskin akan harta. Biar ia kurang pengetahuan dan nir gelar akademik.
Sedangkan "orang bijak" dalam arti biblis ialah orang yang yakin akan dirinya sendiri, sehingga tertutup terhadap kasih Tuhan. Ia menganggap diri hebat, berkuasa, bisa dan boleh melakukan apapun. Dengan begitu ia tak mampu untu menerima Yesus.
Contoh orang bijak macam itu ialah orang-orang Farisi. Mereka merasa diri saleh, paling benar, super, dan selalu mencari akal untuk membinasakan Yesus.
Yesus dan Bapa-Nya pada umumnya selalu mengena dan tertambat di hati "orang kecil". Yesus dikelilingi oleh murid-murid yang semua "orang kecil". Mereka setia mengikuti-Nya dan menjalankan tugas perutusan yang diberikan oleh-Nya. Mereka-lah kecintaan Yesus dan Bapa-Nya.
Tak heran setelah berdoa syukur, Yesus berpaling kepada para murid-Nya dan berkata dengan gembira, "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat" (Luk 10:23). Artinya, Yesus seakan berkata, "Aku selaku utusan Bapa, mengucapkan "selamat" kepada kalian. Di mata dunia, juga di mata "orang-orang bijak", kalian memang tidak dianggap, tak berarti apa-apa. Tetapi tidaklah demikian halnya di mata-Ku dan di mata Bapa-Ku. Kalian sungguh luar biasa".
Lalu bagaimana dengan kita?
Tentu kita sangat berharap, suatu saat Yesus pun mengucapkan doa syukur atas diri kita. Olehnya, kita berusaha memahami misteri Allah dan berusaha berpaut pada Allah dan sesama dengan perbuatan kasih kita.
Kita terbiasa menggelar acara syukuran setelah wisuda dan meraih gelar. Kita adakan pesta syukur penerimaan sakramen baptis, komuni pertama, perkawinan. Kita dibanjiri papan bunga ucapan syukur atas dibukanya "grand opening" hotel, restaurant, butik, atau apalah usaha kita. Namun kita jangan sampai lupa bahwa yang paling penting, kita mesti berusaha menjadi "orang kecil", manusia pencinta (homo amans), yang selalu menunjukkan kasih dalam hidup.
Betapa gembiranya bila suatu saat kita mengalami Yesus menyambut kedatangan kita dan dalam sukacita hati-Nya, Ia berdoa syukur karena kita. Dan sambil berpaling kepada kita, Ia pun berujar, "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat".*
SIMAK juga video renungan harian berikut: