Berita Lembata Terkini
WASPADA Gunung Ile Lewotolok Muntahkan Debu hingga 500 Meter, Warga Agar, INFO
Gunung Ile Lewotolok di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, erupsi, Jumat (27/11/2020) pagi. Ile Lewotolok menyemburkan asap tebal dan debu se
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Ferry Ndoen

Ia menegaskan, status aktivitas Gunung Lewotolok sudah ditingkatkan dari normal menjadi waspada sejak 7 Oktober 2017. "Belum pernah kita turunkan statusnya karena gunung ini harus terus diwaspadai," imbuh Ugan.
Level statusnya pada saat itu ditingkatkan karena terjadi gempa tektonik kemudian diikuti peningkatan gempa vulkanik. "Kita naikkan menjadi waspada, setelah itu aktivitasnya cenderung menurun dan konsisten sampai sebelum erupsi Jumat pagi," jelas Ugan.
Ugan mengingatkan warga tidak panik dengan situasi tersebut, tetap waspada dan selalu mengikuti perkembangan terkini aktivitas Gunung Lewotolok.
"Sejak pukul 6.30 Wita, terpantau kalau Ile Lewotolok asap dari dalam kawah sudah kembali putih. Tidak ada lagi abu kehitaman dan tidak ada lagi material abu," sebut Ugan.
Menurut Ugan, sejak 2012 ini merupakan kejadian erupsi pertama. Lalu pada tahun 2017 statusnya ditingkatkan menjadi waspada karena adanya gempa tektonik kemudian diikuti peningkatan vulkanik.
Kepala Desa Waimatan, Kecamatan Ile Ape Timur, Mus Betekeneng menjelaskan, warga merasakan adanya hujan pasir bercampur debu, menderu-deru di atas atap rumah selama beberapa jam. Menurutnya, kejadian itu sejak Jumat pukul 3 dini hari dan berangsur reda.
Mus mengakui, awalnya mereka tidak tahu kalau hujan pasir tersebut akibat erupsi Gunung Lewotolok. "Rasanya seperti hujan karena pasir dan abu yang beterbangan di atap rumah, tetapi tidak ada hujan yang turun," ujar Mus.
Camat Ile Ape, Simon Langoday mengatakan, abu vulkanik menghujani beberapa desa di Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur.
Simon menerangkan warga masih melakukan aktivitas seperti biasanya karena kondisi belum terlalu mengkhawatirkan. Warga juga tidak merasa panik secara berlebihan karena menurutnya hal-hal semacam ini sudah biasa dialami masyarakat yang bermukim di lereng Ile Lewotolok.
"Mulai dari Desa Waowala sampai Napasabok itu kalau kita keluar rumah pagi itu masih ada butiran-butiran debu di atap rumah dan halaman," terang Simon saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang, abu vulkanik juga melanda Desa Waimatan, Desa Lamagute dan Desa Aulesa, Kecamatan Ile Ape.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata, Kanis Making menerangkan, masyarakat Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur sudah diimbau untuk tidak mendekat ke arah zona perkiraan bahaya.
Menurut Kanis, erupsi mulai terjadi pukul 05.57 Wita. Gunung Lewotolok menyemburkan abu berpasir dan asap.
Berdasarkan informasi dari Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok sebelum erupsi sempat ada gempa vulkanik dalam yang terekam sejak Kamis kemarin.
Visual asap teramati dengan intensitas berwarna abu-abu kehitaman dengan tinggi kolom asap sekitar 500 meter di atas puncak condong dan terbawa angin ke arah barat.
"Masyarakat di desa setempat sudah diimbau pertama menghindari jarak 5 kilometer dari lereng gunung dan selalu menggunakan masker, di desa biasa digantung toa dan langsung disampaikan," katanya.