China Gelar 2 Latihan Militer Serentak, Laut China Selatan Siap Bergolak, Latihan Tembak Langsung

serangkaian latihan militer akan berlangsung di wilayah Laut China Selatan sebelah Barat Semenanjung Leizhou, mulai 17 hingga 30 November

Editor: Hermina Pello
PLA
Rudal balistik China 

Serangkaian latihan militer akan berlangsung di wilayah Laut China Selatan sebelah Barat Semenanjung Leizhou, mulai 17 hingga 30 November mendatang

POS-KUPANG.COM | BEIJING - Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) akan mengadakan dua latihan simultan di Laut China Selatan pada Selasa (17/11). Dan, salah satunya bisa menampilkan latihan pendaratan amfibi.

PLA Daily melaporkan pada Senin (16/11), serangkaian latihan militer akan berlangsung di wilayah Laut China Selatan sebelah Barat Semenanjung Leizhou, mulai 17 hingga 30 November mendatang. 

Lalu, serangkaian latihan lainnya diadakan di Teluk Honghai pada Selasa (17/11), PLA Daily mengutip dua pembatasan navigasi yang dirilis oleh Badan Keselamatan Maritim Provinsi Guangdong, Senin (16/11).

Kedua lokasi latihan militer berada di Laut Cina Selatan, dan tidak ada kapal lain yang diizinkan memasuki zona terlarang, menurut pemberitahuan Badan Keselamatan Maritim Guangdong.

Latihan tembakan langsung 

Tapi, mengutip Global Times, baik pemberitahuan Badan Keselamatan Maritim Guangdong maupun laporan PLA Daily tidak memberikan perincian tentang latihan militer tersebut.

Di wilayah yang sama di dekat Semenanjung Leizhou, PLA mengadakan latihan tembakan langsung yang mencakup area yang luas dengan amunisi kuat pada akhir Juli lalu.

Teluk Honghai di lepas pantai Kota Shanwei memiliki nilai militer yang tinggi, dan bisa digunakan untuk pendaratan amfibi dan latihan penyerbuan pulau, eastday.com melaporkan pada Senin (16/11).

Situs berita yang berbasis di Shanghai itu mencatat, Shanwei hanya berjarak sekitar 100 mil laut dari Kepulauan Dongsha.

Pada Mei 2019, China dan Thailand mengadakan pendaratan amfibi dalam latihan gabungan Angkatan Laut bertajuk Blue Commando-2019 di Teluk Honghai. 

Peralatan pendaratan amfibi utama termasuk kapal pendarat amfibi Tipe 071, kapal pendarat kelas Zubr, dan kendaraan serbu amfibi Tipe 05 digunakan dalam latihan tersebut, menurut eastday.com.

"Tenggelamkan" Kapal China

Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Joe Biden diperkirakan akan mengambil langkah bersejarah dengan memilih seorang wanita sebagai menteri pertahanan memimpin Pentagon untuk pertama kalinya.

Melansir Associated Press (AP), Michele Flournoy, seorang veteran Pentagon yang secara politik berhaluan moderat dan dianggap oleh para pejabat AS sebagai pilihan utama untuk posisi itu.

Menteri Pertahanan terbaru yang baru saja dipecat Presiden AS Donald Trump adalah Mark Esper di tengah masalah-masalah penarikan pasukan dan penggunaan militer untuk memadamkan kerusuhan sipil.

Jika benar, Flournoy diperkirakan akan menghadapi penyusutan anggaran Pentagon dan potensi keterlibatan militer dalam distribusi vaksin virus corona.

Demokrat telah lama berusaha menunjuk seorang wanita ke posisi teratas di departemen yang tidak membuka pekerjaan militer untuk anggota perempuan sampai sekitar 5 tahun lalu.

Flournoy sendiri sudah menjadi kandidat yang diharapkan oleh Hilary Clinton jika memenangkan pemilihan 2016 lalu.

Menurut seorang pejabat anonim, nama Flournoy muncul lebih awal sebagai pelopor Kabinet Biden.

Adapun Departemen Pertahanan sendiri adalah satu dari 3 badan Kabinet (Departemen Keuangan dan Veteran) yang kesemuanya tidak pernah dipimpin oleh wanita.

Siapakah Flournoy?

Flournoy (59) yang dikenal sebagai sosok tenang yang bisa mengendalikan diri telah mendukung kerja sama militer kuat di luar negeri.

Flournoy sendiri telah bertugas beberapa kali di Pentagon sejak tahun 1990-an dan terakhir sebagai Wakil Menteri Pertahanan untuk kebijakan dari tahun 2009 sampai 2012.

Selain itu, dia juga menjabat di Dewan Booz Allen Hamilton, kontraktor militer yang bisa menimbulkan kekhawatiran di beberapa kalangan anggota parlemen.

Namun, pandangan moderatnya bisa memastikan hubungan bipartisan yang luas dalam posisi yang membutuhkan kepastian dari Senat.

Selain Flournoy, beberapa nama lain juga disebutkan termasuk mantan kepala departemen keamanan dalam negeri Jeh Johnson.

Namun, memilih kandidat perempuan akan sejalan dengan janji kampanye Joe Biden yang ingin memiliki Kabinet beragam.

Selama setahun terakhir, Flournoy telah blak-blakan soal kebijakan luar negeri dan pertahanan Amerika.

Dia menyukai kerja sama internasional yang lebih erat setelah 4 tahun kebijakan Trump 'America First' yang membuat lebih tidak dipercaya dan kritis terhadap sekutu AS. Flournoy adalah salah satu pendiri Westexec Advisors, firma konsultan yang menyediakan layanan saran dan analisis risiko geopolitik untuk klien korporat.

Dia juga bekerja dengan beberapa mantan pejabat senior pemerintah seperti Antony Blinken, mantan Wakil Menteri Dalam Negeri yang kini menjadi penasihat kebijakan luar negeri Biden.

Juga pakar militer seperti pensiunan Jenderal Angkatan Darat Vincent Brooks yang memimpin pasukan AS di Korea sampai tahun 2019.

Pada tahun 2007 silam, Flournoy juga membantu menciptakan wadah pemikir bernama Center for a New American Security.

"Tenggelamkan" Semua Kapal China di LCS 

Para ahli politik telah menyatakan kekhawatirannya akan potensi meletusnya Perang Dunia III, setelah calon potensial Pimpinan Pentagon dari tim Joe Biden mengklaim Amerika Serikat harus dapat "menenggelamkan semua" kapal China dalam 72 jam untuk meningkatkan pencegahan.

Express.co.uk memberitakan, Michele Flournoy, sebelumnya seorang wakil menteri pertahanan dalam pemerintahan Obama, telah diangkat sebagai calon Menteri Pertahanan di bawah Presiden AS terpilih Joe Biden.

Namun, Flournoy sebelumnya menyarankan pasukan Amerika harus ditempatkan di Laut China Selatan untuk meningkatkan pencegahan.

Perairan yang diperebutkan itu telah menjadi pusat keterlibatan AS di Indo-Pasifik, dengan staf senior Presiden Donald Trump dan pejabat China memperdebatkan klaim "kedaulatan" di laut.

Dalam tulisannya di jurnal Foreign Affairs awal tahun ini, Flournoy menyerukan peningkatan kehadiran angkatan laut Amerika di Laut Cina Selatan.

Dia mengatakan bahwa Washington kehilangan kemampuan untuk melawan agresi militer Beijing di perairan yang diperebutkan.

Masih mengutip Express.co.uk, sebagai hasil dari keyakinan kuat yang dipegang Beijing tentang penurunan kekuatan Amerika Serikat, Flournoy mengusulkan bahwa AS harus meningkatkan pencegahan di wilayah tersebut untuk melawan stigma tersebut.

"Misalnya, jika militer AS memiliki kemampuan secara kredibel mengancam untuk menenggelamkan semua kapal militer, kapal selam, dan kapal dagang China di Laut China Selatan dalam waktu 72 jam, para pemimpin China mungkin berpikir dua kali sebelum, katakanlah, meluncurkan sebuah blokade atau invasi Taiwan; mereka harus bertanya-tanya apakah layak mempertaruhkan seluruh armada mereka,” tulis Flournoy.

Baru-baru ini, dia juga menegaskan kembali sikap anti-China dan keinginannya untuk pertahanan Amerika yang lebih kuat di Indo-Pasifik.

Dalam sebuah wawancara dengan Defense News, Flournoy berkata: “Kita harus memiliki keunggulan yang cukup, yang pertama dan terpenting kita dapat mencegah China menyerang atau membahayakan kepentingan vital kita dan sekutu kita. Itu berarti tekad."

Namun mantan wakil menteri itu juga menginginkan perubahan dari pandangan "buram" pemerintahan Trump tentang China, dan menyatakan keinginan untuk beberapa kerja sama antara Beijing dan Washington.

“Ada serangkaian ancaman, apakah itu mencegah pandemi berikutnya, atau menangani perubahan iklim, atau berurusan dengan proliferasi nuklir Korea Utara di mana, suka atau tidak, kita harus berurusan dengan China sebagai mitra atau kita tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut," ujarnya.

Di sisi lain, para pengamat telah mendinginkan usulan Flournoy terkait kehadiran besar Angkatan Laut AS di Laut China Selatan, dengan mengatakan China siap untuk membalas jika AS secara besar-besaran meningkatkan pencegahan maritim.

Wu Xinbo, direktur Pusat Studi Amerika Universitas Fudan berkata kepada South China Morning Post: "Ancaman seperti itu hampir tidak dapat bekerja, karena PLA telah dan selalu memperhitungkan campur tangan Amerika secara langsung ketika merencanakan operasi militer di Taiwan."

Collin Koh, seorang peneliti dari S. Rajaratnam School of International Studies di Nanyang Technological University Singapura, sudah memprediksi sikap Flournoy dan pemerintahan baru Biden terhadap China.

"Terlepas dari siapa yang ada di Gedung Putih, kemampuan untuk mempertahankan pencegahan yang kredibel dan jika perlu, mengalahkan agresi [Tentara Pembebasan Rakyat] terhadap Taiwan sesuai dengan Undang-Undang Hubungan Taiwan, akan dipandang sebagai hal yang disepakati," papar Koh seperti dikutip Express.co.uk. 

Biden, setelah mengalahkan Trump dalam pemilihan presiden AS, telah menjelaskan bahwa dia akan tegas pada China dengan cara yang sama seperti pendahulunya.

Selama kampanye Demokrat, dia mengecam Presiden China Xi Jinping sebagai "preman" dan berjanji untuk memimpin kampanye internasional untuk "menekan, mengisolasi, dan menghukum China".

Biden juga bersikap brutal dalam penilaiannya terhadap penahanan dan perlakuan China terhadap Muslim Uighur, yang dia anggap sebagai "genosida".

Tapi mantan Wakil Presiden itu juga diharapkan mengejar "kepentingan nasional" AS dan berkolaborasi dengan China dalam kebijakan perubahan iklim. 

Di bawah pemerintahan Trump, Washington telah meningkatkan tekanan terhadap Beijing di Laut China Selatan.

Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri Trump, mengecam klaim China atas "kedaulatan" atas perairan yang disengketakan. "Kami tekankan, klaim Beijing atas sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut China Selatan sepenuhnya melanggar hukum, seperti kampanye penindasan untuk mengontrol mereka."

Sebagai bagian dari kebijakan anti-China ini, AS juga telah meningkatkan penjualan senjata ke Taiwan tahun ini, sehingga membuat marah Beijing.

Pada tahun 2020, AS telah menjual senjata dan kendaraan senilai US$ 4,981 miliar ke Taiwan, di mana transaksi yang terbaru adalah 100 Harpoon Coastal Defense Systems seharga US$ 2,37 miliar.

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Laut China Selatan siap bergolak, China gelar 2 latihan militer serentak https://internasional.kontan.co.id/news/laut-china-selatan-siap-bergolak-china-gelar-2-latihan-militer-serentak 

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved