WASPADA! Donald Trump Dikabarkan Segera Buat Keputusan Penting & Krusial Sebelum Turun Takhta

Suami Melania Trump itu tetap menggugat hasil pilpres di sejumlah negara bagian, melalui jalur pengadilan serta menghalangi transisi keputusan Biden.

Editor: Frans Krowin
MANDEL NGAN/AFP
Ekspresi lesu Presiden AS Donald Trump saat mengepalkan tinjunya setelah berbicara pada malam pemilihan di Ruang Timur Gedung Putih di Washington, DC, 4 November 2020. Orang dalam Gedung Putih mengungkapkan, di balik ngototnya Trump menolak hasil Pilpres AS, Trump dilanda ketakutan akan dipenjara bila ia tidak jadi presiden karena begitu banyaknya tuntutan hukum terhadapnya. 

WASPADA! Donald Trump Dikabarkan Segera Buat Keputusan Penting & Krusial Sebelum Turun Takhta

POS-KUPANG.COM - Calon Presiden (Capres) Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump dikabarkan bakal membuat keputusan penting dan krusial jika pesaingnya, Joe Biden memenangi Pilpres AS 2020.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dirumorkan bakal kembali maju pada pemilihan presiden (pilpres) 2024 semakin mengencang.

The New York Times pada Kamis 12 November 2020 memberitakan, walau tidak kunjung mengakui kekalahannya di tangan Joe Biden, Trump telah memberitahu para penasihatnya mengenai rencana setelah meninggalkan kursi kepresidenan.

Sangat jarang bagi presiden AS yang kalah setelah satu periode untuk kembali maju. Presiden terakhir yang melakukannya adalah Grover Cleveland yang menjabat dari 1885-1889 dan 1893-1897.

Sesuai jadwal, Electoral College atau Dewan Elektoral dijadwalkan akan bertemu pada 14 Desember untuk menetapkan Biden dan pendampingnya, Kamala Harris, sebagai presiden dan wakil presiden terpilih.

Sebelumnya Axios awal pekan ini telah melaporkan mengenai persiapan Trump untuk kembali merebut Gedung Putih.

Calon Presiden Partai Demokrat Joe Biden (kiri) dan Calon Presiden Partai Republik Donald Trump
Calon Presiden Partai Demokrat Joe Biden (kiri) dan Calon Presiden Partai Republik Donald Trump (AFP/MANDEL NGAN AND JIM WATSON)

Keputusan krusial Donald Trump

Apakah Trump akan maju atau tidak pada pilpres 2024 sangat krusial bagi belasan calon presiden (capres) lain Partai Republik.

Nama-nama seperti Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, mantan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley, Senator Arkansas Tom Cotton, Senator Missouri Josh Hawley, Gubernur Florida Ron Desantis, dan Senator Florida Rick Scott dilaporkan telah mengambil ancang-ancang untuk maju.

Tidak ketinggalan bakal capres yang dikalahkan Trump pada nominasi pencapresan Republik 4 tahun lalu seperti Senator Florida Marco Rubio, Senator Texas Ted Cruz, dan mantan Gubernur Ohio John Kasich juga kembali mengincar Gedung Putih.

Namun rencana bakal capres ini termasuk persiapan penggalangan dana dan penyusunan tim kampanye berpotensi berantakan, jika Trump benar memutuskan maju.

Akan sangat sulit bagi bakal capres itu untuk menantang atau bahkan mengalahkan Trump.

Sangat besar kemungkinan nama-nama di atas memilih tidak maju dan melapangkan nominasi partai kepada Trump.

Taipan real estat ini memiliki kendali penuh atas aparatus politik Partai Republik. Selama berkuasa, Trump telah mentransformasi ideologi partai berlambang gajah ini menjadi populis nasionalis kanan sesuai dengan gaya politiknya.

Dia juga menjadikan pemilih berkerah biru yang tidak berpendidikan universitas menjadi basis suara kuat Partai Republik. Blok pemilih ini sebelumnya loyal memilih capres Demokrat.

Selain itu, walau kalah Trump meraih hasil yang jauh lebih baik dari prediksi lembaga survei di mana dia tidak kalah telak di tangan Biden seperti yang diramalkan. Total 72,6 juta suara nasional yang sejauh ini telah memilihnya akan menjadi modal politik besar.

Namun dengan Trump yang akan berusia 78 tahun pada pilpres selanjutnya, kondisi kesehatannya akan jadi salah satu faktor yang harus diperhatikan meski sejauh ini masih prima.

Trump Sadar Kalah Pilpres 2020

Salah satu penasihat memberitahu bahwa Trump tahu benar dia telah kalah dan realistis bahwa gugatannya tidak akan mengubah hasil pilpres.

Namun suami Melania Trump itu memilih tetap menggugat hasil pilpres di sejumlah negara bagian, melalui jalur pengadilan serta menghalangi transisi kepresidenan ke Biden.

Biden saat ini dalam posisi untuk memenangkan 306 electoral votes berbanding 232 yang diraih Trump.

Trump menghabiskan hari-hari setelah pilpres dengan berkicau melalui akun Twitternya bahwa dia pemenang sesungguhnya, dan terjadi kecurangan besar untuk mencegahnya kembali terpilih.

Penyelenggara pilpres Amerika telah menegaskan tidak ditemukan kecurangan seperti yang diklaim oleh Trump.

Trump berpotensi kembali berhadapan dengan Biden pada pemilu Amerika 2024 yang akan menjadi rematch pertama pilpres AS sejak pilpres 1956, antara Presiden Republikan Dwight Eisenhower dan Gubernur Illinois dari Partai Demokrat Adlai Stevenson.

Biden mengisyaratkan hanya akan menjabat satu periode karena dia akan berusia 82 tahun pada pilpres mendatang.

Akan tetapi jika Trump kembali menjadi capres Republik, akankah suami Jill Biden itu mengubah keputusannya?

Joe Biden Menang, Muslim Amerika Serikat Pesta Pora

Muslim Amerika Senang Joe Biden kalahkan Donald Trump, janji Joe Biden menjadi penyebabnya.

Pemilhan presiden Amerika Serikat (pilres AS) sudah digelar pada 3 November 2020 lalu.

Hasilnya sudah terlihat jelas.

Joe Biden memenangkan pilpres AS dan melenggang ke Gedung Putih dengan mengantongi 290 suara elektoral.

Sementara lawannya Donald Trump mendapatkan 214 suara elektoral.

Kabar terpilihnya Biden membawa sedikit angin segar bagi Muslim Amerika.

Joe Biden
Joe Biden (Kompas.com)

Dikutip dari Al Jazeera, Senin (9/11/2020), pada hari pertama masa kepresidenannya, presiden terpilih Joe Biden bermaksud untuk mencabut larangan perjalanan Donald Trump pada pelancong dari 13 negara, sebagian besar merupakan negara mayoritas Muslim atau Afrika.

Tak lama setelah menjabat pada tahun 2017, Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang melarang pelancong dari tujuh negara mayoritas Muslim memasuki Amerika Serikat.

Pemerintahan Donald Trump menyusun ulang perintah tersebut beberapa kali di tengah gugatan hukum dan Mahkamah Agung menguatkan versi itu pada tahun 2018.

Negara-negara yang dikenakan pembatasan masuk telah berubah selama bertahun-tahun.

Larangan itu dapat dengan mudah dibatalkan karena dikeluarkan atas perintah eksekutif dan proklamasi presiden, menurut para ahli kebijakan.

Tetapi tuntutan hukum dari kaum konservatif dapat menunda prosesnya.

Ekspresi lesu Presiden AS Donald Trump saat mengepalkan tinjunya setelah berbicara pada malam pemilihan di Ruang Timur Gedung Putih di Washington, DC, 4 November 2020. Orang dalam Gedung Putih mengungkapkan, di balik ngototnya Trump menolak hasil Pilpres AS, Trump dilanda ketakutan akan dipenjara bila ia tidak jadi presiden karena begitu banyaknya tuntutan hukum terhadapnya.
Ekspresi lesu Presiden AS Donald Trump saat mengepalkan tinjunya setelah berbicara pada malam pemilihan di Ruang Timur Gedung Putih di Washington, DC, 4 November 2020. Orang dalam Gedung Putih mengungkapkan, di balik ngototnya Trump menolak hasil Pilpres AS, Trump dilanda ketakutan akan dipenjara bila ia tidak jadi presiden karena begitu banyaknya tuntutan hukum terhadapnya. (MANDEL NGAN/AFP)

Pada bulan Oktober, Joe Biden juga berjanji untuk mendorong politisi membuat undang-undang untuk memerangi meningkatnya jumlah kejahatan rasial di AS.

“Sebagai presiden, saya akan bekerja sama dengan Anda untuk merobek racun kebencian dari masyarakat kita untuk menghormati kontribusi Anda dan mencari ide-ide Anda."

"Pemerintahan saya akan terlihat seperti Amerika dengan Muslim Amerika melayani di setiap tingkatan," katanya.

“Pada hari pertama, saya akan mengakhiri larangan Muslim inkonstitusional Trump," tegasnya.

Trump memberlakukan pembatasan perjalanan - yang sering disebut oleh para kritikus sebagai "larangan Muslim" - melalui serangkaian perintah eksekutif yang memilih Iran, Libya, Somalia, Suriah, dan Yaman, memicu kritik bahwa tindakan tersebut merupakan diskriminasi agama yang melanggar hukum.

Trump kemudian memperluas larangan untuk memasukkan Venezuela dan Korea Utara dan kemudian menambahkan Nigeria, Sudan, Myanmar, dan tiga negara lain ke dalam daftar.

“Komunitas Muslim adalah yang pertama merasakan serangan Donald Trump terhadap komunitas kulit hitam dan coklat di negara ini, dengan larangan Muslim yang keji."

"Pertarungan itu adalah rentetan pembukaan dalam apa yang telah hampir empat tahun mengalami tekanan dan penghinaan terus-menerus," kata Biden.

Council on American-Islamic Relations (CAIR), organisasi advokasi dan hak-hak sipil Muslim terbesar di AS, mengucapkan selamat kepada Joe Biden atas kemenangannya pada hari Sabtu (7/11/2020).

“Presiden terpilih Biden telah berjanji untuk mengakhiri Larangan Muslim pada hari pertamanya menjabat, termasuk Muslim di setiap tingkat pemerintahannya dan mengatasi masalah diskriminasi rasial dan agama,” kata Nihad Awad, direktur eksekutif nasional CAIR.

“Kami berencana untuk bergabung dengan para pemimpin dan organisasi Muslim Amerika lainnya untuk memastikan bahwa pemerintahan Biden memenuhi janji-janji ini."

"Kami juga berencana untuk terus meminta pertanggungjawaban pemerintah kami jika terjadi kesalahan," katanya.

Selama kampanye pemilihan, Donald Trump menuduh Joe Biden ingin "mengakhiri semua larangan perjalanan, termasuk dari wilayah jihadis".

Trump menyiratkan Bidan akan mengizinkan "orang yang akan masuk dan meledakkan kota kita, melakukan sesuatu".

Kata itu diduga merujuk pada teroris.

Donald Trump Gunakan Israel "Serang" Joe Biden

Sebuah fakta mengejutkan muncul dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat belum lama ini.

Donald Trump diduga menggunakan Israel untuk menyerang saingannya Joe Biden.

Dilansir dari Grid ID, menurut The Intercept, terungkap percakapan antara Donald Trump dan Benjamin Netanyahu untuk menjatuhkan Biden.

Semua berawal ketika sepuluh bulan setelah dimakzulkan, Trump diam-diam mencoba memaksa pemimpin asing untuk membuka penyelidikan palsu pada Biden.

Trump berupaya membuat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyerang Joe Biden selama panggilan konferensi pers di Oval Office.

Tetapi upaya Trump  gagal untuk mendapat bantuan dari Netanyahu.

Hal itu terjadi ketika presiden mengumumkan bahwa pemerintahannya telah meyakinkan Sudan untuk bergerak menuju normalisasi hubungan dengan Israel.

Sebagai imbalannya, Sudan mendapat insentif keuangan dan janji bahwa itu akan dihapus dari daftar negara sponsor terorisme Amerika.

Perubahan haluan yang luar biasa terjadi di negara yang pernah menampung Osama bin Laden.

Panggilan Trump dengan Netanyahu, untuk mengumumkan kesepakatan itu, direkam oleh wartawan.

"Apa menurutmu Sleepy Joe bisa membuat kesepakatan ini, Bibi, Sleepy Joe?" Trump mengatakan.

Lalu mengundang Netanyahu untuk bergabung dengannya dalam menghina mantan wakil presiden yang saat ini dia ikuti dalam jajak pendapat.

"Apakah menurutmu dia akan membuat kesepakatan ini? Entah bagaimana, menurut saya tidak," tambah Trump.

Tetapi Netanyahu, yang sangat menyadari bahwa dia dapat segera berbicara di telepon dengan  Biden, jadi dia gagal menyampaikan pukulan partisan yang diminta darinya.

Perdana menteri Israel lalu berkata, "Tuan Presiden, satu hal yang dapat saya sampaikan kepada Anda, adalah, um....."

Trump menatap para wartawan di ruangan itu dengan harapan dan seringai puas diri.

Ekspresinya berubah, ketika Netanyahu menyimpulkan, "kami menghargai bantuan untuk perdamaian dari siapa pun di Amerika, dan kami sangat menghargai bantuan untuk perdamaian dari siapa pun di Amerika, dan kami sangat menghargai apa yang telah Anda lakukan."

Trump menanggapinya dengan murung mendengar jawaban Netanyahu.

"Ini akan dicatat dalam buku, dalam buku sejarah," Netanyahu, yang berbagi jajak pendapat kampanye dengan Trump, menambahkan dalam upaya nyata untuk meningkatkan ego Trump.

"Sejarah mencatat siapa yang melakukan apa, saya pikir itu yang dilakukannya," katanya.

Pembantu Trump sendiri tampaknya menyadari betapa memalukan baginya bahwa Netanyahu menolak untuk menerima undangannya untuk menyerang Biden.

Karena mereka mengedit pertanyaannya ketika mereka memposting video jawaban perdana menteri Israel di saluran YouTube resmi presiden.

Sebelumnya dalam panggilan konferensi, yang juga mencakup para pemimpin sipil dan militer Sudan, Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan.

Trump telah menggambarkan kesepakatan antara negara-negara itu sebagai kesepakatan "untuk berdamai," sebelum menyatakan bahwa dia tidak setuju.

sangat yakin bahwa mereka pernah berperang. "Mereka pada dasarnya berperang dengan Israel untuk waktu yang lama," kata presiden .

Sudan menyalahkan Israel atas serangkaian serangan udara yang dilakukan di wilayahnya, terhadap konvoi senjata yang dicurigai dan setidaknya satu pabrik senjata.

Pendonor Donald Trump pun Gigit Jari  

Sudah bukan rahasia lagi jika ada sosok-sosok taipan yang mengendalikan pemilihan umum.

Hal ini terutama terjadi di negara demokrasi dengan sistem ekonomi kapitalis, tak terkecuali di Amerika Serikat.

Negara tersebut baru saja menyelenggarakan pesta demokrasi yang menyorot perhatian dunia.

Pemilihan umum AS kemarin memilih anggota DPR, anggota Senat dan juga Presiden dan Wakil Presiden.

Hasil Pemilu kemarin didapatkan bahwa kandidat Demokrat, Joe Biden dan Kamala Harris berhasil melengserkan petahana Republik Donald Trump dan Mike Pence.

Lengsernya Donald Trump dari Gedung Putih sebenarnya tidak mengherankan.

Banyak yang kecewa karena Trump tidak berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 dan tidak memulihkan ekonomi negaranya.

Trump justru fokus pada kebijakan luar negeri seperti perlawanan dengan China di Laut China Selatan serta kebijakan yang mencekik di Timur Tengah.

Trump mendukung penuh aneksasi Tepi Barat oleh Israel, bahkan mendorong negara-negara Timur Tengah untuk normalisasi hubungan mereka dengan Israel.

Lantas dapat wejangan apa Trump sampai sebegitu getolnya mendukung Israel dan mencekik Palestina?

Rupanya, ada sosok taipan yang bayangi langkah politik Trump.

Hal ini cukup mengherankan bahwasanya Trump sendiri merupakan pebisnis, tapi ia malah membutuhkan sosok taipan untuk menghidupi politiknya.

Ialah Sheldon Adelson, pemilik kasino dan juga seorang miliuner.

Mengutip Guardian.com, Adelson merupakan pendana partai Republik.

Tahun 2015 ia hampir dipenjara atas bukti-bukti ia telah menyuap pejabat China dan bekerja dengan organisasi 'jahat' di cabang kasinonya di Macau.

Tuduhan tersebut menjadi titik penentu hidup Adelson, sebelumnya ia telah gelontorkan uang 150 miliar Dolar AS tahun 2012.

Jika dihitung dengan inflasi, ia telah gelontorkan uang sebanyak 242 Triliun Rupiah untuk gulingkan Barack Obama di pemilu 2012, tapi upaya tersebut gagal.

Namun kondisi dengan cepat berubah.

Tiga tahun sejak sidangnya, pengaruh Adelson terasa di mana-mana.

Soalnya, ia adalah sosok yang terlibat dalam keputusan politik kontroversial Trump.

Ia yang sebabkan Trump memilih melanggar perjanjian nuklir dengan Iran.

Bahkan keputusan memilih John Bolton sebagai penasihat keamanan nasional juga karena pengaruh Adelson.

Logan Bayroff dari kelompok liberal pro-Israel, J Street mengemukakan: "Adelson berhasil mencapai posisi yang aman di politik AS berkat jumlah uang yang ia donorkan.

"Tidak ada keraguan jika ia memiliki posisi kuat yang sangat berbahaya dan secara praktisnya, posisi itu merupakan posisi tertinggi di pemerintahan."

Sidang dengar tahun 2015 tersebut tidak selesai, tapi miliuner tersebut menelan kesombongannya dengan membayar jutaan dolar untuk hentikan gugatan.

Namun, kasinonya masih berjalan dengan lancar, menjadikannya orang terkaya nomor 14 di AS tahun lalu.

Tidak hanya terapkan uang untuk lancarkan operasi kontroversial di Timur Tengah, Adelson juga gunakan uang untuk mendorong berlakunya undang-undang yang membantunya untuk hidup.

Dari melindungi bisnisnya yaitu judi online sampai perlawanan atas legalisasi marijuana.

Namun memang, campur tangannya yang paling licik adalah atas Israel.

Dukungan Adelson untuk Partai Republik sebagian besar dimotivasi oleh apa yang dia anggap sebagai dukungan mereka yang lebih dapat diandalkan untuk kebijakan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel.

Netanyahu memang mencegah pembentukan negara Palestina merdeka.

Adelson sampai berikan 82 juta Dolar di tahun 2016, atau untuk saat ini senilai 127 Triliun Rupiah kepada Trump dan kampanye Republik lainnya.

Donor tersebut lebih dari tiga kali lipat donor individu terbesar berikutnya.

Komitmen itu memberinya dengar pendapat yang penuh perhatian dari pemerintahan baru saat dia mendorong penunjukan Bolton sebagai penasihat keamanan nasional karena mengetahui bahwa dia akan menjadi sekutu penting dalam membuat Gedung Putih menghentikan kesepakatan nuklir Iran.

The New York Times melaporkan bahwa Adelson adalah anggota dari " Dewan Keamanan Nasional bayangan " yang menasihati Bolton.

Sehari setelah Trump mengumumkan bahwa AS menarik diri dari perjanjian Iran, Adelson dikabarkan telah mengadakan pertemuan pribadi di Gedung Putih dengan presiden, Bolton dan Wakil Presiden Mike Pence.

Adelson sangat berkomitmen untuk melindungi Israel di AS, dengan membayar markas baru untuk kelompok lobi pro-Israel paling kuat di Washington.

Saat ini, Adelson berkonsentrasi untuk memastikan Partai Republik tetap memegang kendali Kongres, dan mengalokasikan $ 30 juta untuk mendanai kampanye pemilu paruh waktu GOP.

Adelson tidak kalah aktifnya di Israel di mana dia memiliki surat kabar terbesar di negara itu, sebuah publikasi yang sangat terkait dengan pemerintahan Netanyahu sehingga dijuluki "Bibipaper" setelah julukan perdana menteri.

Hubungan pribadi dengan Netanyahu telah memburuk tetapi Adelson tetap berkomitmen pada agenda politik "Israel Raya" perdana menteri yang lebih luas dan untuk memperkuat hubungan antara Partai Republik dan Israel.

Namun setelah tahu sang jagoannya, Donald Trump kalah dalam pertarungan politik melawan Joe Biden, Adelson pun dikabarkan gigit jari.

Ia akan merasa terbuang setelah selama ini diam-diam dia memiliki peranan yang aman menentukan dibalik semua kebijakan yang diambil Donal Trump.

Tapi, akankah riwayat kehebatan Adelson tamat seturut kekalahan Donald Trump dalam panggung politik di negara adidaya tersebut?

Kita tunggu saja perkembangan ke depan. Namun kabar terbaru menyebutkan, dengan kekayaan yang ia miliki, Adelson diprediksi tetap pada kehidupannya sebagai salah satu orang kaya raya di negara adidaya tersebut.  

(*)

Artikel ini telah tayang di intisari grid.id: https://intisari.grid.id/read/032418480/sohor-sebagai-megadonor-donald-trump-inilah-sheldon-adelson-juragan-kasino-kelahiran-israel-di-balik-semua-kebijakan-sang-petahana-di-timur-tengah?page=all

KLIK TAUTAN AWAL: https://intisari.grid.id/read/032419013/gunakan-israel-sebagai-senjata-beginilah-cara-licik-donald-trump-gunakan-presiden-israel-untuk-menjatuhkan-joe-biden-tepat-sebelum-pemilu-amerika-serikat?page=all

Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Donald Trump Pakai Cara Licik, Gunakan Israel Jatuhkan Joe Biden, Penyelidikan Palsu Terungkap, https://manado.tribunnews.com/2020/11/09/donald-trump-pakai-cara-licik-gunakan-israel-jatuhkan-joe-biden-penyelidikan-palsu-terungkap?page=3

(*)

Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul TRUMP Dikabarkan akan Buat Keputusan Penting & Krusial jika Joe Biden Terima Sertifikasi Kemenangan, https://pontianak.tribunnews.com/2020/11/13/trump-dikabarkan-akan-buat-keputusan-penting-krusial-jika-joe-biden-terima-sertifikasi-kemenangan?page=all

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved