Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Jumat 13 November 2020: Mumpung Masih Ada Waktu
Mumpung masih ada waktu, kita harus hidup sedemikian rupa sehingga kapan pun Anak Manusia datang, Ia akan menemukan kita siap menyambut kedatangan-Nya
* Renungan Harian Katolik, Jumat 13 November 2020: Mumpung Masih Ada Waktu (Lukas 17:26-37)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Saat ditanya oleh orang-orang Farisi, "Kapan Kerajaan Allah datang?", Yesus justru bicara tentang kedatangan Anak Manusia sebagai penggenapan Kerajaan Allah. Soalnya Ia sudah ada di tengah-tengah mereka, tapi mereka tak menerima Dia. Malah Ia sendiri harus menanggung penderitaan dan disalibkan. Olehnya, perhatian harus terarah kepada kedatangan-Nya kembali nanti dan saat sekarang harus dijadikan sebagai kesempatan untuk berbenah diri, agar kelak bisa diterima oleh Anak Manusia.
Peristiwa air bah di zaman Nuh dan hujan api dan belerang di zaman Lot, yang membinasakan umat manusia, dijadikan gambaran mengenai hari kedatangan-Nya untuk kedua kalinya nanti. Pada hari itu, tidak ada lagi waktu untuk mengurus aktivitas harian. Kesempatan untuk memperbaiki sudah tidak ada lagi. Maka saatnya sekarang ini untuk mempersiapkan hari kedatangan-Nya. Orang tidak bisa lagi kembali ke masa lalu atau menunggu di masa depan.
Pada waktu Anak Manusia datang hanya ada kesempatan untuk memberi pertanggungjawaban. Saat itu masing-masing orang harus mempertanggungjawabkan sendiri akan hidup yang dia jalani sekarang. Tiap orang akan diselamatkan oleh apa yang dia lakukan kini dan saat ini.
Orang biasanya memahami masa sekarang sebagai kelanjutan dan akibat peristiwa-peristiwa di masa lampau. Cukup sering terjadi orang-orang sukses berbagi pengalaman tentang kesuksesannya. Pengusaha bakso yang sukses punya outlet tersebar di mana-mana, juara dunia olahraga sering jadi tamu dalam acara talk show televisi. Mereka bilang apa yang diraih atau dicapainya sekarang justru karena perjuangannya yang panjang dan berat di masa lalu. Dalam petikan pikiran ini, keadaan sekarang ini bisa dibayangkan sebagai masa "lampaunya" kejadian "kelak".
Memang dalam hidup ini ada kebiasaan bahwa orang berharap pertolongan dari orang lain. Ia merasa tugas bisa digantikan oleh orang lain. Bahkan kewajibannya bisa dilunasi oleh uang pangganti. Cukup sering kehadiran dalam doa dan pertemuan di lingkungan bisa diwakilkan pada anak-anak atau pembantu. Diajak ke gereja pada hari Minggu terkadang ditanggapi, "kamu aja yang menggantikan dan mendoakan saya". Tapi pada hari Anak Manusia, tak dikenal yang namanya wali atau pengganti, tak berlaku surat kuasa.
Yesus berkata, "Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa, dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa, dan yang lain akan ditinggalkan" (Luk 17:35).
KITA?
Terkadang kita menyesal, seandainya dulu kita rajin, kita bertekun, kita buat ini atau itu, mungkin sekarang kita sesukses dia. Sering kita menasihati anak, peserta didik, agar belajar rajin sekarang sehingga kelak bisa meraih bintang. Dus, kita bisa memaknai bahwa agar kelak pada Hari Anak Manusia datang, kita diterima dan diselamatkan, maka sekaranglah saatnya kita harus menata diri dan hidup.
Saat ini kita masih punya kesempatan, masih diberi waktu. Kita tak tahu berapa lama waktu dan kesempatan yang masih kita punya. Kita tidak bisa berandai-andai dan berspekulasi.
Mumpung masih ada waktu, kita harus hidup sedemikian rupa, dengan penuh kewaspadaan, sehingga kapan pun Anak Manusia datang, entahkah pada waktu pagi, tengah hari atau malam, Ia akan menemukan kita siap menyambut kedatangan-Nya. *
SIMAK JUGA VIDEO BERIKUT:
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/pater-steph-tupeng-witin-svd.jpg)