Bangkit di Tengah Pademi Corona

Bermula dari SORGA Tercium Istana, Aroma Teri Hadakewa Menembus Nusantara

Hadakewa dipatri sebagai penghasil ikan tertinggi di Lembata. Rata-rata produksi 10 ton ikan basah dan kering setiap dua bulan.

Penulis: Benny Dasman | Editor: Benny Dasman
POS-KUPANG.COM/Ricko Wawo
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, Kades Hadakadewa dan Bupati Lembata, Eliaser Jentji Sunur sedang menunjuk ikan teri 

Kades Klemens tidak membantah jika awalnya produksi teri kemasan Hadakewa hanya untuk memenuhi pasar lokal, Lembata, dan NTT. Namun seiring pertambahan sarana dan prasarana, Klemens bangga saat ini teri Hadakewa menembus pasar nasional. Menggebrak Nusantara. "Puji Tuhan. Semua ini bukan terjadi secara instan. Hasil kerja keras masyarakat Hadakewa," ujar Klemens merendah, belum lama ini.

Klemens bangga permintaan teri kemasan dari desanya terus meningkat. Bahkan, sejak Juli 2019 lalu pengiriman teri ke Jakarta mencapai 100 bungkus setiap minggu. Nilai per bungkus Rp 25 ribu. "Katanya rasa teri kita rasa lautnya kentara. Ini bedanya," ujar Klemens.

Klemens bertangan dingin. Usaha mengangkat dan mengelola potensi desanya membuahkan hasil. Pantas berbangga, pada tahun 2019, Hadakewa bertengger dalam posisi 10 besar  pengelolaan BUMDes terbaik tingkat nasional. Satu-satunya dari NTT. Karena kemiskinan yang mendera, selalu diplesetkan dengan Nanti Tuhan Tolong.

Ikan teri Hadakewa
Ikan teri Hadakewa (POS-KUPANG.COM/RICKO WAWO)

Sistem Digitalisasi

Kades Klemens menyebut kiat sukses BUMDes Tujuh Maret masuk nominasi 10 besar nasional karena pemasaran ikan teri Hadakewa dilakukan secara digital. Terintegrasi dengan beberapa market place. Fungsinya mempromosi dan memasarkan Teri Hadakewa.

Pada masa pendemi corona saat ini, Kades Klemens terus meretas pasar. Bahkan menyasar pasar digital, Tokopedia dan Shoopie. "Siapa tak kenal Tokopedia dan Shoopie. Semua, siapa saja, bisa akses. Kami sangat bangga. Kami juga memiliki halaman desa bersponsor untuk pasarkan. Selain itu melalui instagram desa dan whatsapp," Klemens promosi.

Gara-gara ikan teri, Kades Klemens mengaku diwawancarai langsung Presiden Joko Widodo pada 1 Juli 2020 lalu. Bersama sembilan kepala desa lainnya di Indonesia. Kepada Jokowi, Kades Klemens melitanikan singkat profil usaha ikan teri yang digagasnya.

"Bapak presiden sangat mendukung. Memotivasi kami menggunakan dana desa untuk kesejahteraan rakyat, terutama untuk tetap produktif selama masa pandemi ini. Kepada bapak presiden saya komit berkreasi agar warga Hadakewa tetap produktif di masa pandemi corona ini. Ini janji saya kepada bapak presiden. Asap dapur warga harus tetap mengepul," terang Klemens.

Presiden Jokowi, diakui Klemens, sangat bangga ketika dirinya memaparkan bahwa
semua bagian pekerjaan usaha ikan teri ini diambil alih masyarakat Hadakewa sendiri. Mulai dari bagian penjemuran, sortir hingga pengemasan.

"Untuk pekerja di bagian sortir, digaji berdasarkan tingkat kesulitan pekerjaan. Ikan teri yang disortir tujuh jenis. Tingkat kesulitan sortir tinggi karena jenis ikan tercampur. Maka satu kali sortir itu, pekerja dibayar Rp 5.000 per kilogram. Mereka senang. Pada masa pandemi ini warga yang bekerja selalu bawa uang ke rumah. Usaha ini menjadi sumber pendapatan bagi warga pekerja yang berjumlah berkisar 20-30 orang. Terutama ibu-ibu rumah tangga. Dampak ekonominya benar-benar dirasakan masyarakat," paparnya.

Klemens pun mengadvokasi semua pengelola BUMDes Tujuh Maret agar memanfaatkan momen digitalisasi saat ini karena sangat efektif dan praktis untuk memasarkan ikan teri kemasan Hadakewa. "Semua warga, tak terkecuali, agar melakukan aktifitas secara online berbasis aplikasi. Dengan demikian, kita tetap produktif di masa pandemi ini," bebernya.

Dampak promosi pada masa pendemi ini, diakui Klemens, BUMDesa 7 Maret-Hadakewa sudah miliki beberapa reseller pemasaran di Jakarta. Klemens senang karena pemasaran terus menggurita. Dia berobsesi pemasaran menembus nusantara, di semua daerah di Indonesia.

"Kita sedang menyiapkan MoU dengan beberapa reseller pemasaran di Jakarta. Pengusaha di Jakarta sudah siap memasarkan produk kami. Selama ini mereka akrab dengan produk teri dari Medan. Sampel produk teri kita sudah kirim. Kita juga terus meningkatkan kualitas produk agar tergerus produk sejenis lainnya, terutama dari Medan," tukas Klemens.

Tentang pengalamannya pada acara Benchmarking di India, Klemens memaparkan proses pengolahan ikan teri sampai jadi produk yang layak dijual ke pasaran melalui media teknologi informasi. "Saya bangga berada di forum itu. Terima kasih Bapak Jokowi," kenangnya.

Setelah sukses dengan inovasi ikan teri dan menjadi salah satu desa tematik di Lembata, Klemens bertekad mengembangkan pariwisata di desanya. Pariwisata menjadikan warga Hadakewa tetap produktif di masa pandemi. Banyak peluang usaha yang digarap. Lulusan Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar ini menjadikan Hadakewa sebagai desa wisata dengan potensi laut yang indah. Fokusnya pengembangan wisata kuliner.

Anggota DPRD NTT Bonifasius Jebarus sedang melihat proses pengeringan ikan teri di Desa Hadakewa, Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata, Kamis (23/9/2029)
Area lampiran
Anggota DPRD NTT Bonifasius Jebarus sedang melihat proses pengeringan ikan teri di Desa Hadakewa, Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata, Kamis (23/9/2029) Area lampiran (Foto/Ricko Wawo/)
Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved